tranformasi yang menghasilkan suatu produk dengan bentuk dan sifat  yang sama sekali  berbeda  dari  keadaan  awalnya,  seperti  halnya  dalam  memproduksi  terasi
dan kecap ikan; 2 Proses fermentasi yang menghasilkan senyawa-senyawa, yang memiliki  kemampuan  atau  daya  awet  dalam  produk  yang  tersebut,  misalnya
dalam pembuatan ikan peda Adawyah 2007. Produk ikan fermentasi diproduksi melalui hidrolisis material yang ada pada
ikan  dengan  autolisis  dan  aksi  mikroorganisme.  Karakteristik  bau  dari  produk ikan  fermentasi  merupakan  hasil  dari  aktivitas  enzimatis  dan  mikrobiologi  pada
daging  ikan  dengan  adanya  garam.  Faktor-faktor  yang  berpengaruh  terhadap proses produk ikan fermentasi adalah a mikroorganisma yang terdapat pada ikan
dan  garam,  b  aktivitas  proteolitik  enzim  pada  ikan,  c  kondisi  produk  yang digunakan pada proses fermentasi, d ada atau tidaknya oksigen, e status nutrisi
ikan,  f  suhu,  g  pH  campuran  fermentasi,  h  adanya  isi  perut  atau  enzim  dari tanaman,  i  ketersediaan  dan  konsentrasi  karbohidrat,  dan  j  lama  proses
fermentasi. Teknik untuk meningkatkan kecepatan fermentasi, di antaranya adalah a  menggunakan  suhu  lebih  tinggi,  b  menambahkan  enzim,  c  menambahkan
bakteri,  dan  d  menambahkan  asam  Wheaton  dan  Lawson  1985  diacu  dalam Irianto 2008
Produk  ikan  fermentasi  umumnya  dapat  dihasilkan  dengan  melibatkan bakteri asam laktat dari berbagai spesies Saisithi 1994.  Produk ikan fermentasi
yang dikenal  di  Indonesia sangat  bervariasi  namun  dapat  dikelompokan kedalam dua  kelompok  yaitu  produk  fermentasi  ikan  dan  garam  dan  produk  fermentasi
ikan,  karbohidrat  dan  garam.  Produk  fermentasi  ikan  dan  garam  diantaranya adalah  ikan  peda,  jambal  roti,  terasi,  kecap  ikan,  ikan  tukai  dan  bekasang.
Sedangkan  ikan  hasil  fermentasi  ikan,  karbohidrat  dan  garam  adalah  bekasam, picungan, cincalok, naniura dan pudu Irianto  2008.
2.3 Bekasam
Bekasam  adalah  salah  satu  produk  olahan  fermentasi  ikan  yang  dilakukan secara  tradisional.    Bekasam  dibuat  dengan  penambahan  garam  dan  sumber
karbohidrat.    Bakteri  utama  yang  berkembang  dalam  fermentasi  pembuatan bekasam  adalah  bakteri  asam  laktat.  Hingga  saat  ini  bekasam  yang  dibuat
masyarakat  lebih  mengandalkan  fermentasi  oleh  bakteri  asam  laktat  yang
berkembang secara spontan sehingga kualitas bekasam yang dihasilkan bervariasi Candra et al.  2007.
Produk bekasam telah dikenal masyarakat di beberapa daerah di Indonesia. Pada  awalnya  bekasam  dikenal  di  wilayah  muara  Bengawan  Solo  dan  Surabaya
Irianto 2008. Bekasam dikenal pula di daerah Jawa Tengah dan Sumatra Selatan Adawyah  2007.  Namun  sekarang  pembuatan  bekasam  telah  dikenal  oleh
masyarakat Jawa Tengah, Jawa Barat khususnya di Indramayu, Sumatera Selatan dan  Kalimantan  Tengah.    Di  Kalimantan  Tengah  produk  serupa  dikenal  sebagai
wadi  dan  di  Pelembang  Sumatera  Selatan  dikenal  dengan  ikan  pede Saisithi 1994.
Ikan  air  tawar  merupakan  bahan  baku  yang  banyak  digunakan  dalam menghasilkan  bekasam.    Namun  ikan  laut  pun  seperti  bandeng  dapat  digunakan
sebagai  bahan  pembuatan  bekasam.    Bekasam  mempunyai  cita  rasa  asin  asam yang  khas.    Rasa  asin  dihasilkan  pada  saat  proses  penggaraman  yang  dilakukan
pada  awal  pengolahan,  sedangkan  rasa  asam  dihasilkan  dari  proses  fermentasi sumber karbohidrat  yang ditambahkan selama fermentasi.  Contoh bekasam ikan
bandeng  Chanos  chanos  yang  dipasarkan  di  Pasar  Tradisional  Higienis  di  kota Indramayu ditunjukkan dalam Gambar 2.
Gambar 2 Bekasam ikan bandeng Chanos chanos yang dipasarkan di Pasar Tradisonal Higienis di kota Indramayu, Jawa Barat.
a  Teknik pembuatan bekasam
Bahan  baku  utama  pembuatan  bekasam  adalah  ikan  segar  baik  ikan  air tawar maupun ikan laut.  Semua ikan tawar dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan  bekasam,  namun  pemilihan  bahan  baku  sangat  tergantung  pada kondisi wilayah.  Ikan air tawar yang telah umum digunakan sebagai bahan baku
bekasam  adalah  ikan  mas,  lele,  bader,  nila  mujahir  Irianto  2008.  Di  daerah Indramayu Jawa Barat ditemukan bekasam ikan bandeng.
Pada proses pembuatan bekasam diperlukan garam dan sumber karbohidrat. Garam  digunakan  pada  proses  penggaraman  yang  dilakukan  pada  awal  proses
pembuatan bekasam sebelum proses fermentasi. Sumber karbohidrat ditambahkan pada  awal  atau  akhir  proses  fermentasi.    Saisithi    1994  menyatakan  bahwa
penambahan karbohidrat bertujuan untuk mendapatkan aroma tertentu, menyerap kelebihan  kadar  air,  dan  menghindari  terjadinya  kelengketan  antara  ikan  hasil
olahan.    Karbohidrat  digunakan  sebagai  sumber  energi  oleh  bakteri  asam  laktat yang  berkembang  selama  fermentasi,  sehingga  dapat  mempercepat  pertumbuhan
bakteri  tersebut.    Sumber  karbohidrat  yang  banyak  digunakan  adalah  nasi,  tape ketan, tepung beras sangrai, gula dan ada juga yang menggunakan dedak sebagai
pengganti nasi. Bekasam  memiliki  cara  pembuatan  yang  bervariasi,  namun  secara  prinsip
pembuatan  bekasam  diawali  dengan  pemotongan  dan  pembersihan  ikan  dari  isi perut,    penggaraman,  diikuti  dengan  fermentasi  ikan  dengan  menambahkan
sumber  karbohidrat  dan  sumber  bakteri  asam  laktat.    Pada  awal  pembuatan bekasam,  ikan  segar  dipotong  kemudian  dibuang  isi  perut,  insang  dan  sisiknya.
Ikan  selanjutnya  dibelah  dan  dicuci  dengan  air  bersih.    Ikan  yang  telah  bersih direndam dalam air garam 16 atau dilumuri dengan garam maksimum 20 dari
berat  segar selama 24-48 jam.   Larutan  garam  perendam  atau  garam  harus dapat merendam atau menutupi seluruh bagian ikan sehingga tidak ada bagian ikan yang
kontak dengan udara luar sehingga tidak membusuk Irianto 2008. Ikan  yang telah direndam  dalam air garam  atau digarami dicuci  bersih dan
ditiriskan.  Ikan  ditambah  atau  dilumuri  nasi  lembek  dan  tape  ketan  yang berjumlah  masing-masing  50  dan  25  dari  berat  bahan  ikan  segar.    Sumber
karbohidrat  lain  yang  ditambahkan  dapat  berupa  beras  sangrai  yang  berjumlah 50 dari berat ikan segar.  Campuran lain yang berupa beras sangrai, gula, nanas
dan jahe dapat  ditambahkan dalam jumlah 50, 10, 15 dan 0.5 dari  bobot ikan  segar.  Selanjutnya  Ikan  yang  telah  dicampur  dengan  sumber  karbohidrat
dibungkus  dengan  rapi  dan  rapat  sehingga  memungkinkan  terjadi  fermentasi anaerobik.  Proses  fermentasi  biasanya  dilakukan  lebih  dua  hari  hingga  satu
minggu  bahkan  bisa  lebih  lama  lagi,  tergantung  pada  cita  rasa  bekasam  yang dihasilkan.  Proses  fermentasi  yang  dilakukan  masyarakat  hanya  2-3  hari
Irianto  2008. Pada  proses  pembuatan  bekasam  oleh  masyarakat  pada  umumnya  tidak
menggunakan sumber asam laktat secara khusus.  Namun kualitas bekasam yang konsisten dapat diperoleh dengan penambahan bakteri asam laktat.  Bakteri asam
laktat  misalnya  Lactobacilus  plantarum  atau  sumber  bakteri  asam  laktat  lainnya dapat  ditambahkan  pada  awal  proses  fermentasi.    Bakteri  asam  laktat  dapat
diperoleh  dari  asinan  sawi  dan  kubis.    Penambahan  asam  laktat  dari  sumber tersebut meningkatkan jumlah bakteri asam laktat dan bakteri anaerob pada awal
fermentasi  dan  menyebabkan  peningkatan  jumlah  koloni  jenis  mikroba  tersebut Murtini et al. 1997.
Selama  proses  fermentasi  berjalan  secara  anaerobik,  bakteri  asam  laktat berkembang  dengan  menggunakan  karbohidrat  yang  ditambahkan  dan  nutrien
lainnya  yang  terlarut  di  dalam  media  tersebut.  Bakteri  asam  laktat  menguraikan karbohidrat  khususnya  pati  menjadi  molekul  gula  sederhana  dan  selanjutnya
diubah menjadi asam laktat.  Asam laktat yang dihasilkan dalam proses fermentasi dapat  meresap  ke  dalam  jaringan  tubuh  ikan  dan  mengasamkan  seluruh  bahan
yang  difermentasi  dan  mengawetkannya.    Produk  fermentasi  menimbulkan  rasa asam  sehingga  produk  fermentasi  menghasilkan  cita  rasa  asin  asam  dan  aroma
yang khas. Fermentasi  asam  laktat  diakibatkan  aktivitas  bakteri  asam  laktat.    Bakteri
asam  laktat  dibagi  menjadi  dua  kelompok,  yaitu  bakteri  asam  laktat homofermentatif  dan  bakteri  asam  laktat  heterofermentatif.    Bakteri  asam  laktat
homofermentatif  dapat  mengubah  95  glukosa  atau  heksosa  lainnya  menjadi asam laktat. Bakteri asam laktat heterofermentatif mengubah glukosa dan heksosa
lainnya  menjadi  asam  laktat,  etanol,  asam  asetat,  asam  format,  dan  CO
2
dalam jumlah yang hampir sama Adawiyah 2007.
Reaksi  dalam  fermentasi  oleh  bakteri  asam  laktat  homofermentatif  dan heterofermentatif Adawyah 2007 adalah sebagai berikut:
C
6
H
12
O
6
homofermentatif 2CH
3
.CHOH.COOH asam laktat
C
6
H
12
O
6
glukosa  heterofermentatif CH
3
.CO.COOH + CH
3
COOH + CO
2
asam piruvat     asam asetat
3H
2
CH
3
.CHOH.COOH
Asam laktat
CH
3
CHO asetal dehid
CH
3
CH
2
OH etanol
Gambar 3   Reaksi dalam fermentasi oleh bakteri asam laktat homofermentatif dan heterofermentatif.
b  Karakteristik bekasam
Yahya  et  al.  1997  melaporkan  bahwa  selama  fermentasi  dari  hari  ke  1 sampai  ke  11  terjadi  kecenderungan  penurunan  nilai  pH,  total  volatile  base
TVB,  kadar  protein,  kadar  lemak  dan  kadar  abu,  tetapi  sebaliknya  terjadi kecenderungan  peningkatan  total  asam,  dan  kadar  air.    Pada  akhir  fermentasi
selama  7  hari  protein  menurun  dari  10,2  menjadi  7,8,  kadar  lemak  menurun dari 4,2 menjadi 0,7, pati menurun dari 6,12 menjadi 3,23, total keasaman
meningkat  dari  0,2  menjadi  0,55,  pH  menurun  dari  5,22  menjadi  3,68  dan TVB meningkat dari 0,12 menjadi 0,15.  Peningkatan kadar air dan penurunan
kadar  abu  selama  fermentasi  7  hari  tidak  berpengaruh  nyata  sehingga  masih dianggap konstan.
Bekasam ikan bandeng yang telah difermentasi  2 minggu mempunyai  total asam laktat 1,30 , pH 4,46 dan kadar garam 3,26   Candra et al.  2007.
Tabel 1 Karakteristik kadar nutrien dan kimia bekasam ikan Mas
Peubah Nilai
Kadar air, 58,40-66,95
Kadar abu, 6,11-8,67
Kadar protein, 4,80-6,91
Kadar lemak, 5,00-5,72
Kadar garam, 14,95-17,20
Kadar asam laktat, 0,60-5,33
pH 4,57-4,89
Sumber: Murtini et al. 1991.
c  Mikrobiologi bekasam
Bakteri asam laktat yang berkembang dalam fermentasi pembuatan bekasam umumnya  adalah  Lactobacillus  coryneformis,    Lactobacillus  spp.,  Pediococcus
sp., dan Pediococcus damnosus Irianto 2008.  Bakteri jenis Staphylococcus sp., Erysipelothrix  atau  Lactobacillus,  dan  Streptococcus  sp.  atau    Gemella  juga
diduga  ada  pada  bekasam  ikan  bandeng,  yang  difermentasi  selama  2  minggu Candra et al. 2007.
Yahya  et  al.  1997  melaporkan  bahwa  selama  fermentasi  total  kapang mold meningkat  dari 3,9 x 10
4
cfug menjadi  3,2 x 10
5
cfug, total  ragi yeast meningkat dari 2,3 x 10
5
cfug menjadi 5,2 x 10
7
cfug dan total bakteri meningkat dari  5,6  x  10
6
cfug  menjadi  6,7  x  10
8
cfug.    Selama  7  hari  fermentasi,  total bakteri  asam  laktat  dalam  bekasam  meningkat  dari  8,9  x  10
6
cfug  menjadi 8,7  x  10
8
cfug.    Kajian  lebih  jauh  menunjukkan  bahwa  Leuconostoc mesenteroides tumbuh pada hari 1-7, Lactobacillus acidophilus pada hari 5-7, L.
plantarum, L. fermentum tumbuh dari hari 1, L. buchneri, L. reuteri dari hari ke 3, Pediococcus  pentosaceus,  L.iactis,  L.coryniformis  dari  hari  ke  5,  sedangkan
Streptococcus  raffinolactis,  L.  clelbrueckii,  L.  halotolerans,  L.  bifermentans,  L. tolerans, Pediococcus acidilactici, L. bulgaricus, L. dextranicum ditemukan pada
hari ke 7. Lactobacillus plantarum, L. frrmentum, L. acidophilus dan Pediococcus acidilactici menunjukan aktifitas antimikroba terhadap S. Aureus.
2.4     Bahan Tambahan Pembuatan Bekasam a    Garam dapur NaCl