Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut
tahun, melainkan juga terjadi pada kelompok usia produktif di bawah 45 tahun yang menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan
dalam sejumlah kasus, penderita stroke masih berusia di bawah 30 tahun Junaidi, 2011 dalam Adhim, 2013. Hal tersebut dapat
terjadi karena adanya perubahan gaya hidup terutama orang muda di perkotaan modern. Ketika era globalisasi menyebabkan
informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera mungkin meniru kebiasaan negara barat yang dianggap
cermin pola
hidup modern.
Sejumlah perilaku
seperti mengkonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar lemak
tinggi, kebiasaan merokok, minuman
beralkohol, kurang berolahraga dan stress, telah menjadi gaya hidup seseorang
terutama di perkotaan padahal perilaku tersebut merupakan faktor- faktor risiko penyakit stroke Sitorus, 2008.
Adanya perubahan gaya hidup seperti mengkonsumsi makanan
tinggi lemak,
kurang berolahraga
dan stres
mengakibatkan pergeseran usia risiko terkena stroke yaitu usia muda 40 tahun
. Hipertensi yang timbul saat usia muda ≤ 40 tahun berisiko akan timbul komplikasi 5-10 tahun kemudian, salah
satunya stroke iskemik. Proses penuaan yang terjadi, dalam kasus stroke terutama berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada
pembuluh darah. Perubahan yang terjadi mulai dapat dilihat ketika seseorang memasuki umur 40 tahun Usrin, 2013.
Reni Wulan Sari 2008 dalam buku dangerous junk food mengatakan bahwa pada usia produktif, stroke dapat menyerang
terutama pada mereka yang gemar mengkonsumsi makanan berlemak. Menurut Burhanuddin 2013 hadirnya stroke pada usia
muda berhubungan dengan gaya hidup kaum muda pada akhir- akhir ini, seperti banyak mengkonsumsi makanan yang enak
berlemak serta cenderung malas bergerak. Hal ini dapat menyebabkan lemak dalam tubuh menumpuk.
Konsumsi gula yang berlebihan alias menyukai makanan yang manis-manis, kue-kue, cemilan manis, sirup, kopi, coklat, dan
sebagainya yang dapat menimbulkan penyakit diabetes mellitus. Dimana penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu faktor
risiko stroke pada dewasa muda. Penyakit diabetes ini jika ditambah dengan kadar kolestrol tinggi, trigliserida tinggi serta
tekanan darah juga tinggi, risiko terjadinya stroke 4 kali lipat lebih besar Nightingale dkk, 2008 dan Sitorus, 2008 dalam
Burhanuddin, 2013. Menurut dr. Stephanie Pangau, MPH 2013 dalam tabloid
Reformata mengatakan bahwa stroke pada usia muda dibawah 45 tahun dapat terjadi karena beberapa hal yaitu pola hidup yang
kurang sehat kurang istirahat, gila kerja, makan tidak teratur, kurang olahraga, stres, pola makan yang tidak sehat
mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang konsumsi sayur dan buah, adanya kelainan bawaan seperti kelainan bentuk
anatomis arteri vena yang bisa menyebabkan terjadi gejala stroke perdarahan pembuluh otak bila tekanan darah tiba-tiba meningkat
selain itu, bisa juga terjadi stroke karena adanya infeksi atau tumor otak, pemakaian napza yang sebagian besar pemakainya berusia
muda. Genis 2009 dalam buku berjudul stroke hanya menyerang
orang tua mengatakan bahwa setelah usia 55 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa usia 40 tahun juga mempunyai risiko yang besar terkena stroke. Hasil penelitian didukung oleh Sofyan 2015 menunjukkan
ada hubungan antara usia dengan kejadian stroke. Hasil penelitian Lestari 2010 bahwa proporsi usia 55 tahun lebih banyak
menderita stroke dibandingkan dengan kelompok usia 40-55 tahun. Penelitian lain yang dilakukan oleh Puspita dan Putro
2008 yang menyatakan bahwa risiko terjadinya stroke pada kelompok usia 55 tahun adalah 3,64 kali. Peningkatan frekuensi
stroke seiring dengan peningkatan usia berhubungan dengan proses penuaan, dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran
fungsi termasuk pembuluh darah otak. Pembuluh darah menjadi tidak elastis terutama bagian endotel yang mengalami penebalan
pada bagian intima, sehingga mengakibatkan lumen pembuluh darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah
otak Kristiyawati dkk, 2009.
Setelah usia 55 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat setiap pertambahan usia 10 tahun. Dua pertiga dari kasus stroke
adalah usia 65 tahun. Angka kematian stroke yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut Genis, 2009. Hasil
penelitian yang serupa membuktikan bahwa individu berusia di atas 55 tahun mempunyai risiko terserang stroke iskemik
meningkat 2 kali lipat setiap dekade Mahendra dkk, 2004. c Status Merokok
Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke menurut status
merokok, status pernah merokok dan status tidak merokok. Hasil penelitian menujukkan bahwa individu hipertensi dengan status
merokok mempunyai risiko 28,46 kali lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan status pernah merokok dan status tidak
merokok ditunjukkan dengan nilai 95 CI 17,52-46,24 menyimpulkan bahwa hasil temuan ini signifikan secara statistik
karena batas bawah kepercayaan 17,52 berada jauh di atas 1,0. Hal tersebut didukung oleh Burhanuddin 2013 kebiasaan
merokok pasien akan mengakibatkan timbulnya penyakit seperti aterosklerosis dan hipertensi yang merupakan faktor risiko utama
stroke. Pasien yang memiliki perilaku merokok dan memiliki riwayat hipertensi lebih berisiko dibandingkan pasien merokok
namun tidak memiliki riwayat hipertensi.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa merokok berisiko 2,42 kali terkena stroke Sorganvi dkk,
2014. Hasil serupa dibuktikan oleh Zhang 2008 bahwa individu dengan status merokok 2,38 kali lebih berisiko terkena stroke
sedangkan, individu dengan status pernah merokok 1,6 kali lebih berisiko terkena stroke. Individu dengan kebiasaan merokok
mempunyai risiko 3,90 kali terkena stroke Mahmudah, 2012. Hasil yang mendukung juga dibuktikan oleh Setyarini 2013 ada
hubungan antara status merokok pada individu hipertensi dengan risiko terjadinya stroke di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam
Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Perokok berat mempunyai risiko stroke 2 kali lipat
dibandingkan dengan perokok ringan. Risiko stroke menurun jika kebiasaan merokok dihentikan selama 2 tahun. Selain itu, jika tidak
lagi merokok hingga 5 tahun ke depan risiko terjadinya stroke sama dengan mereka yang bukan perokok Genis, 2009. Efek zat
kimia yang terdapat dalam rokok seperti tar, CO, nikotin, pestisida, polonium dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi fibrinogen,
hematokrit dan agregasi platelet, menurunkan aktifitas fibrinolitik dan aliran darah serebral, menyebabkan vasokonstriksi sehingga
mempercepat terjadinya plak aterosklerosis Iskandar, 2002 dalam Teguh, 2011.
Serangan stroke bagi perokok dikarenakan pada rokok terdapat bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan antara lain nikotin,
karbon monoksida, nitrogen oksida, dan hidrogen sianida. Nikotin menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin akan menurunkan HDL kolestrol dan meningkatkan LDL kolestrol,
sementara asam lemak bebas meningkatkan agregasi trombosit dan viskositas darah yang semuanya mempercepat aterosklerosis pada
lapisan endotel. Dengan demikian, merokok akan menaikkan fibrinogen darah, menambah agregasi trombosit, menurunkan HDL
kolestrol yang percepat aterosklerosis Mahendra dkk, 2004. Rokok mengandung bahan kimia toksik diantaranya adalah
nikotin, tar, karbonmonoksida, ammonia, dan lain-lain. Nikotin adalah kandungan utama dalam rokok. Apabila merokok, nikotin
akan masuk ke dalam sirkulasi darah kemudian masuk ke dalam otak. Dibutuhkan waktu 7 detik, sejak nikotin dihisap hingga
menuju otak. Nikotin yang masuk ke dalam otak akan menyempitkan pembuluh darah pada otak sehingga aliran darah ke
otak terhambat sehingga sel-sel otak rusak atau mati yang kemudian dikenal sebagai stroke Kabo, 2008 ; Sallika, 2010 ;
Wibowo, 2005 Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan
bahwa mayoritas masyarakat penderita stroke di Sulawesi Selatan dengan status merokok adalah laki-laki 97,4 oleh karena itu,
individu dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang mengalami stroke. Sebaiknya masyarakat di Sulawesi Selatan
khususnya laki-laki tidak lagi merokok karena akan meningkatkan risiko terjadinya stroke.
62