Kependudukan Petani Kopi Lasuna dan Petani Kopi Sigarar Utang di Desa Parulohan Kecamatan Lintong Nihuta (1988-2002)

35 puskesmas belum ada. Masyarakat yang sakit hanya berobat secara tradisional, kalaupun mau berobat secara medis akan menempuh jarak yang jauh untuk menemukan puskesmas ke ibukota kecamatan yaitu Pasar Baru. Sedangkan untuk bidang pendidikan, sebelum tahun 1988 desa ini hanya memiliki satu unit Sekolah Dasar yang didirikan pada tahun 1952. Untuk Sekolah Lajutan Tingkat Pertama SLTP dan Sekolah Menengah Atas SMA, masyarakat harus menyekolahkan anak-anaknya ke desa sebelah yaitu Desa Sibuntuon Parpea Pasar Baru yaitu ibukota Kecamatan Lintong Nihuta. Fasilitas lainya yang berkaitan dengan kegiatan para petani di Desa Parulohan yaitu adanya beberapa pea atau tambok 33 yaitu : Pea Linta, Tambok Dolok, Pea Natas, Tambok Simallo, Tambok Siduldul. Keberadaan ke lima kali ini sangat membantu para petani dalam mendapatkan air yang diperlukan untuk tanaman- tanaman pertanian. Selain hanya sebagai sumber air untuk pertanian masyarakat, ke lima kali ini juga digunakan sebagai tempat pemancingan ikan bagi masyarakat Desa Parulohan. Sebagian besar masyarakat di Desa Parulohan menganut ajaran agama Kristen Protestan 100 . Untuk tempat ibadah di Desa Parulohan hanya terdapat 1 unit gereja yaitu HKBP Huria Kristen Batak Protestan yang berdiri sejak tahun 1903, sebagian masyarakat yang tidak terdaftar sebagai jemaat anggota HKBP Parulohan setiap hari minggunya beribadah ke gereja lain yang berada di luar Desa Parulohan.

2.10 Kependudukan

Pertambahan jumlah penduduk di Desa Parulohan yang setiap tahunya mengalami peningkatan yang sangat drastis. Peningkatan jumlah penduduk di desa ini bukan hanya dari faktor kelahiran saja, juga diikuti dengan bertambahnya jumlah marga lain yang karena faktor tertentu berdomisili dan tinggal menetap di Desa Parulohan. Pada tahun 33 Pea atau Tambok dalam bahasa batak artinya sungai ataupun waduk sungai kecil, dimana sumber air untuk sungai ini berasal dari air hujan, pea atau tambok digunakan masyarakat sebagai irigasi dan tempat penampungan air hujan di musim kemarau. Universitas Sumatera Utara 36 1988 penduduk di Desa Parulohan terdiri berbagai marga, keberagaman marga mengakibatkan munculnya perkampungan-perkampungan yang baru yang telah mendapat izin untuk mendirikan perkampungan yang baru dari Raja huta. Adanya prinsip masyarakat yang menyatakan bahwa “maranak sappulu pitu marboru sappulu onom ” artinya punya anak tujuh belas orang dan punya boru anak perempuan enam belas orang. Kebahagiaan dalam berumah tangga bukan dilihat dari harta ataupun kekayaan yang dimiliki, kebagian itu ada pada banyaknya pinompar keturunan dari seseorang. Prinsip inilah yang membuat sehingga setiap kepala keluarga di desa ini memiliki keturunan yang cukup banyak, dalam setiap kepala rumah tangga sangat jarang ditemukan yang memliki hanya 2 orang anak. Pada tahun 1987 tercatat sebanyak 1105 jiwa, dan tergabung dalam 120 KK Kepala Keluarga. 34 Berarti dalam setiap kepala keluarga beranggotakan ±8-9 jiwa anggota keluarga. Dilihat dari tingginya jumlah penduduk, kemungkinan progaram KB Keluarga Berencana di desa ini belum berhasil. Setiap tahun penduduk Desa Parulohan terus mengalami peningkatan. Dengan luas wilayah 761 Ha atau 7, 61 Km tingkat kepadatan penduduk Desa Parulohan yaitu sekitar 144Km. Sebagian besar penduduk di Desa Parulohan terkonsentrasi di beberapa dusun yaitu dusun 4 dan dusun 5. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari sekretaris Desa Parulohan, setiap tahunya jumlah umur yang paling banyak di desa ini yaitu umur 1- 15 tahun ±40. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatkatnya jumlah kelahiran setiap tahunya. Usia produktif di desa ini sudah terlihat sejak mereka berusia 10 tahun, karena pada usia tersebut mereka sudah mulai bekerja membantu orang tuanya baik dalam pekerjaan dalam rumah ataupun pekerjaan bertani. 34 Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Lintong Nihuta tahun 1987 dan data dari sekretaris Desa Parulohan. Universitas Sumatera Utara 37 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Parulohan sebelum tahun 1988 tergolong rendah. Proporsi penduduk terbesar 31 hanyalah tamatan SMP sekolah menengah Pertama. Besarnya tingkat masyarakat yang tidak tamat SMA Sekolah Menengah Atas disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: sulitnya sumber penghasilan, jumlah anggota keluarga yang tidak sesuai dengan jumlah penghasilan keluarga, kurangnya minat masyarakat untuk mengakses pendidikan dan jarak sekolah dari desa terlalu jauh. Sesuai dengan keadaan geografisnya Desa Parulohan sangat cocok untuk daerah Pertanian. Mata pencaharian penduduk yang utama pada umumnya adalah bertani. Sebagai masyarakat agraris, di dalam melangsungkan hidupnya sebagian besar masyarakat hidup dari hasil pertanian. Pertanian yang dimaksud adalah pertanian ladang terutama kopi. Sebagian besar lahan pertanian di desa ini pada saat digunakan untuk pertanian padi. Hasil pertanian lainya seperti tanaman-tanaman muda, padi dan umbi- umbian dan sebagainya yang merupakan kegiatan sampingan atau merupakan tanaman selang biasanya dipergunakan untuk memenuhi keperluan sendiri. Sebagian besar penduduk Desa Parulohan adalah suku Batak Toba dan beragama Kristen Protestan. Sebagian kecil lainya adalah suku lain yang karena faktor tertentu tinggal dan menetap di desa ini, adapun suku lain adalah seperti Nias, Karo, Jawa. Kehidupan sosial di desa ini ditandai dengan keberagam marga yang menjadi simbol ataupun identitas diri bagi setiap masyarakat. Adapun bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa batak Toba.

2.11 Bentuk Kesenian Hidup