Penerapan Pola Pertanian Tumpang Sari

82 yang baru yaitu traktor tangan. Awalnya keberadaan taraktor tangan hanya dimiliki oleh beberapa petani saja, bertambahnya jumlah traktor yang dimiliki oleh petani di Desa Parulohan tidak terlepas dari hasil produksi panen kopi yang semakin berkembang.

5.3.5 Penerapan Pola Pertanian Tumpang Sari

Berbagai hal yang diterapkan oleh petani di Desa Parulohan dalam usaha pengembangan pertanian kopi, salah satunya adalah adanya keinginan para petani melakukan pola pertanian tumpang sari. Lahirnya pertanian tumpang sari yang secara menyeluruh dilakukan oleh petani di desa ini dimulai dari tahun 1997. Awalnya pola pertanian dengan tumpang sari hanya dilakukan oleh beberapa petani saja, pada saat itu sebagian petani menggangap pertanian tumpang sari hanya merepotkan petani saja. Pada saat itu banyak para petani merasa bingung dan ragu melihat sistem pertanian tumpang sari yang dilakukan oleh sebagian petani di desa ini. Namun setelah beberapa bulan, akhirnya pola pertanian tumpang sari membawa hasil yang menguntungkan dan memuaskan. Sebagian dari petani yang mencobanya pun menuai hasil yang bagus. Munculnya keinginan para petani malakukan pola pertanian tumpang sari, hal ini diakibatkan oleh pentingnya sumber penghasilan lain yang dapat menambah sumber penghasilan para petani selain hanya dari sumber hasil dari pertanian kopi. Hal ini juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bisa dikomsumsi oleh petani. Petani yang sebelumnya harus membeli sayur-mayur, cabai, tomat, kentang dan bumbu bumbu dapur lainya, namun hasil pertanian itu telah bisa diproduksi oleh petani sendiri tanpa membelinya dari pasar. Penerapan pola pertanian dengan sistem tumpang sari tampaknya semakin memajukan pola pertanian di Desa Parulohan. Bagi petani di Desa Parulohan, penerapan pola pertanian tumpang sari bukanlah menjadi sebuah pengaruh yang dapat mengurangi minat masyarakat dalam usaha pengembangan pertanian kopi. Penerapan pola pertanian Universitas Sumatera Utara 83 tumpang sari ini biasanya dilakukan di areal pertanian kopi, hal ini dilakukan dengan menanam tanaman-tanaman muda cabai, kol, tomat, kentang, buncis, arcis maupun tanaman muda lainya di selah tanaman kopi. Selain hasilnya yang bisa dijual dan dikomsumsi oleh petani, bagi petani di desa ini merasa bahwa pola pertanian tumpang semakin menambah hasil panen pertanian kopi. Pola pertanian dengan tumpang sari yang semakin menambah sumber penghasilan petani di Desa Parulohan. Produksi dan hasil pertanian yang terus mengalami peningkatan, menyebabkan munculnya sebuah istilah yang baru bagi masyarakat. Masyarakat di desa ini sering menyebutnya dengan sada ni tebbak dua hona artinya dalam satu usaha, dua hasil yang di dapat. Munculnya istilah sada ni tebbak dua hona menjadi pegangan teguh bagi para petani, sehingga membuat para petani selalu semangat dan terobsesi menjalani hidupnya sebagai petani. Berkembangnya pola pertanian tumpang sari yang semakin menarik simpati dari para petani di Desa. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya para petani untuk mencoba dan menerapkanya, ditambah juga pola pertanian ini yang memang sangat cocok dilakukan di areal pertanian kopi.

5.4 Dampak Pertanian Kopi Terhadap kehidupan Sosial Petani Desa Parulohan