Fasilitas Umum Ekonomi Petani Kopi Lasuna dan Petani Kopi Sigarar Utang di Desa Parulohan Kecamatan Lintong Nihuta (1988-2002)

33 menuju areal pertanian. Tenaga kerbau digunakan untuk menggiring pedati. Pedati yang merupakan angkutan tradisional dan sangat diperlukan oleh petani di desa ini, para petani menggunakanya sebagai angkutan yang dapat membantu para petani menjalankan aktivitas pertanian setiap harinya seperti untuk mengangkut hasil pertanian dari ladang ataupun dari sawah ke rumah masyarakat. Bagi masyarakat yang areal pertanian jauh dari pemukiman, mereka juga memanfaatkan tenaga kerbau tanpa pedati atau disebut dengan istilah marbatak menunggang kerbau. Mengingat minimnya sarana dan prasarana di Desa Parulohan pada masa itu, akibatnya aktivitas perekonomian masyarakat juga terganggu dan terkendala. Pada saat itu di desa ini belum ada transportasi umum seperti bus, mikrolet dan sejenisnya. Setiap hari pekanya masyarakat selalu terkendala untuk membawa barang daganganya ke pasar, ditambah juga jarak dari Desa Parulohan yang agak jauh dari lokasi pasar setempat. Akibatnya masyarakat Desa Parulohan yang hendak bepergian ke pasar pekan hanya dapat menggunakan pedati itu pun bagi masyarakat yang memiliki kerbau, dan masyarakat yang tidak memiliki harus rela dan pasrah jalan kaki dengan memikul beban di kepala menuju lokasi pasar.

2.9 Fasilitas Umum Ekonomi

Sumber air bersih bagi masyarakat di Desa Parulohan untuk keperluan rumah tangga dulunya diambil dari sumber mata air sumur galian. Selain hanya dari sumur galian, sebagian masyarakat juga memanfaatkan air hujan. Oleh karena itu, setiap rumah tempat tinggal masyarakat di desa ini biasanya terdapat bak-bak penampung air hujan. Bak penampungan air dibuat dari bahan semen, selain menggunakan bak penampung sebagian masyarakat ada juga memamfaatkan drum-drum bekas untuk penampungan air hujan. Universitas Sumatera Utara 34 Namun, keberadaan sumur galian dan bak-bak penampungan air sekarang ini tidak lagi dimanfaatkan seiring meningkatnya pendapatan masyarakat di desa ini. Pada saat penelitian ini dilakukan hampir di setiap rumah tangga sudah memiliki sumur bor artesis milik pribadi yang digunakan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, terutama untuk minum. Hal ini menyebabkan masyarakat berkurangnya minat masyarakat untuk memanfaatkan maupun melestarikan mual 32 sumur galian yang sebelumnya dimanfaatkan masyarakat sebelum adanya sumur bor. Mual yang dulunya sumber air bersih yang banyak membantu masyarakat. Namun, sekarang bukan lagi sarana penting, padahal hampir di setiap dusun di Desa Parulohan keberadaan mual masih ada ditemukan. Mual bukan hanya sebagai tempat pengambilan air minum bagi masyarakat, mual adalah salah satu bentuk adanya rasa gotong-royong dari masyarakat, mual bukanlah milik pribadi. Listrik sebagai fasilitas umum yang sangat penting bagi masyarakat di Desa Parulohan. Namun, pada saat itu rumah-rumah tempat tinggal masyarakat belum seluruhnya menggunakan listrik dari Perusahaan Listrik Negara PLN. Adapun rumah penduduk yang telah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan, itu hanyalah rumah-rumah yang sudah tergolong kaya ataupun orang-orang tertentu. Rumah penduduk yang belum menggunakan listrik, mereka hanya menggunakan palito lampu telong lampu teplok. Lampu teplok biasanya dibuat dari botol ataupun keleng-kaleng bekas yang dibubuhi dengan sumbu dengan menggunakan minyak tanah. Untuk sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan di Desa Parulohan pada saat itu masih sangat minim. Sebelum tahun 1988, sarana dan prasarana kesehatan seperti 32 Mual yaitu sumur galian, sumber air bersih yang digunakan masyarakat. Mual termasuk salah satu sumber penting yang menunjukkan adanya soliidaritas kebersamaan yang tercipta pada masyarakat. Mual bukanlah benda yang baru ditemukan, keberadaan mual bahkan sudah ada ratusan tahun yang lalu di Desa Parulohan . Universitas Sumatera Utara 35 puskesmas belum ada. Masyarakat yang sakit hanya berobat secara tradisional, kalaupun mau berobat secara medis akan menempuh jarak yang jauh untuk menemukan puskesmas ke ibukota kecamatan yaitu Pasar Baru. Sedangkan untuk bidang pendidikan, sebelum tahun 1988 desa ini hanya memiliki satu unit Sekolah Dasar yang didirikan pada tahun 1952. Untuk Sekolah Lajutan Tingkat Pertama SLTP dan Sekolah Menengah Atas SMA, masyarakat harus menyekolahkan anak-anaknya ke desa sebelah yaitu Desa Sibuntuon Parpea Pasar Baru yaitu ibukota Kecamatan Lintong Nihuta. Fasilitas lainya yang berkaitan dengan kegiatan para petani di Desa Parulohan yaitu adanya beberapa pea atau tambok 33 yaitu : Pea Linta, Tambok Dolok, Pea Natas, Tambok Simallo, Tambok Siduldul. Keberadaan ke lima kali ini sangat membantu para petani dalam mendapatkan air yang diperlukan untuk tanaman- tanaman pertanian. Selain hanya sebagai sumber air untuk pertanian masyarakat, ke lima kali ini juga digunakan sebagai tempat pemancingan ikan bagi masyarakat Desa Parulohan. Sebagian besar masyarakat di Desa Parulohan menganut ajaran agama Kristen Protestan 100 . Untuk tempat ibadah di Desa Parulohan hanya terdapat 1 unit gereja yaitu HKBP Huria Kristen Batak Protestan yang berdiri sejak tahun 1903, sebagian masyarakat yang tidak terdaftar sebagai jemaat anggota HKBP Parulohan setiap hari minggunya beribadah ke gereja lain yang berada di luar Desa Parulohan.

2.10 Kependudukan