33
menuju areal pertanian. Tenaga kerbau digunakan untuk menggiring pedati. Pedati yang merupakan angkutan tradisional dan sangat diperlukan oleh petani di desa ini, para petani
menggunakanya sebagai angkutan yang dapat membantu para petani menjalankan aktivitas pertanian setiap harinya seperti untuk mengangkut hasil pertanian dari ladang
ataupun dari sawah ke rumah masyarakat. Bagi masyarakat yang areal pertanian jauh dari pemukiman, mereka juga memanfaatkan tenaga kerbau tanpa pedati atau disebut dengan
istilah marbatak menunggang kerbau. Mengingat minimnya sarana dan prasarana di Desa Parulohan pada masa itu,
akibatnya aktivitas perekonomian masyarakat juga terganggu dan terkendala. Pada saat itu di desa ini belum ada transportasi umum seperti bus, mikrolet dan sejenisnya. Setiap
hari pekanya masyarakat selalu terkendala untuk membawa barang daganganya ke pasar, ditambah juga jarak dari Desa Parulohan yang agak jauh dari lokasi pasar setempat.
Akibatnya masyarakat Desa Parulohan yang hendak bepergian ke pasar pekan hanya dapat menggunakan pedati itu pun bagi masyarakat yang memiliki kerbau, dan
masyarakat yang tidak memiliki harus rela dan pasrah jalan kaki dengan memikul beban di kepala menuju lokasi pasar.
2.9 Fasilitas Umum Ekonomi
Sumber air bersih bagi masyarakat di Desa Parulohan untuk keperluan rumah tangga dulunya diambil dari sumber mata air sumur galian. Selain hanya dari sumur
galian, sebagian masyarakat juga memanfaatkan air hujan. Oleh karena itu, setiap rumah tempat tinggal masyarakat di desa ini biasanya terdapat bak-bak penampung air hujan.
Bak penampungan air dibuat dari bahan semen, selain menggunakan bak penampung sebagian masyarakat ada juga memamfaatkan drum-drum bekas untuk penampungan air
hujan.
Universitas Sumatera Utara
34
Namun, keberadaan sumur galian dan bak-bak penampungan air sekarang ini tidak lagi dimanfaatkan seiring meningkatnya pendapatan masyarakat di desa ini. Pada
saat penelitian ini dilakukan hampir di setiap rumah tangga sudah memiliki sumur bor artesis milik pribadi yang digunakan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari,
terutama untuk minum. Hal ini menyebabkan masyarakat berkurangnya minat masyarakat untuk memanfaatkan maupun melestarikan mual
32
sumur galian yang sebelumnya dimanfaatkan masyarakat sebelum adanya sumur bor. Mual yang dulunya sumber air
bersih yang banyak membantu masyarakat. Namun, sekarang bukan lagi sarana penting, padahal hampir di setiap dusun di Desa Parulohan keberadaan mual masih ada
ditemukan. Mual bukan hanya sebagai tempat pengambilan air minum bagi masyarakat, mual adalah salah satu bentuk adanya rasa gotong-royong dari masyarakat, mual
bukanlah milik pribadi. Listrik sebagai fasilitas umum yang sangat penting bagi masyarakat di Desa
Parulohan. Namun, pada saat itu rumah-rumah tempat tinggal masyarakat belum seluruhnya menggunakan listrik dari Perusahaan Listrik Negara PLN. Adapun rumah
penduduk yang telah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan, itu hanyalah rumah-rumah yang sudah tergolong kaya ataupun orang-orang tertentu. Rumah penduduk
yang belum menggunakan listrik, mereka hanya menggunakan palito lampu telong lampu teplok. Lampu teplok biasanya dibuat dari botol ataupun keleng-kaleng bekas
yang dibubuhi dengan sumbu dengan menggunakan minyak tanah. Untuk sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan di Desa Parulohan pada
saat itu masih sangat minim. Sebelum tahun 1988, sarana dan prasarana kesehatan seperti
32
Mual yaitu sumur galian, sumber air bersih yang digunakan masyarakat. Mual termasuk salah satu sumber penting yang menunjukkan adanya soliidaritas kebersamaan yang tercipta pada masyarakat.
Mual bukanlah benda yang baru ditemukan, keberadaan mual bahkan sudah ada ratusan tahun yang lalu di Desa Parulohan .
Universitas Sumatera Utara
35
puskesmas belum ada. Masyarakat yang sakit hanya berobat secara tradisional, kalaupun mau berobat secara medis akan menempuh jarak yang jauh untuk menemukan puskesmas
ke ibukota kecamatan yaitu Pasar Baru. Sedangkan untuk bidang pendidikan, sebelum tahun 1988 desa ini hanya memiliki satu unit Sekolah Dasar yang didirikan pada tahun
1952. Untuk Sekolah Lajutan Tingkat Pertama SLTP dan Sekolah Menengah Atas SMA, masyarakat harus menyekolahkan anak-anaknya ke desa sebelah yaitu Desa
Sibuntuon Parpea Pasar Baru yaitu ibukota Kecamatan Lintong Nihuta. Fasilitas lainya yang berkaitan dengan kegiatan para petani di Desa Parulohan
yaitu adanya beberapa pea atau tambok
33
yaitu : Pea Linta, Tambok Dolok, Pea Natas, Tambok Simallo, Tambok Siduldul. Keberadaan ke lima kali ini sangat membantu para
petani dalam mendapatkan air yang diperlukan untuk tanaman- tanaman pertanian. Selain hanya sebagai sumber air untuk pertanian masyarakat, ke lima kali ini juga digunakan
sebagai tempat pemancingan ikan bagi masyarakat Desa Parulohan. Sebagian besar masyarakat di Desa Parulohan menganut ajaran agama Kristen
Protestan 100 . Untuk tempat ibadah di Desa Parulohan hanya terdapat 1 unit gereja yaitu HKBP Huria Kristen Batak Protestan yang berdiri sejak tahun 1903, sebagian
masyarakat yang tidak terdaftar sebagai jemaat anggota HKBP Parulohan setiap hari minggunya beribadah ke gereja lain yang berada di luar Desa Parulohan.
2.10 Kependudukan