40
desa ini, bahkan dari awalnya kehidupan masyarakat desa ini dimulai dari pertanian. Secara turun-temurun pola hidup sebagai petani itulah terus berlanjut hingga sekarang.
Namun, dari waktu ke waktu pola usaha pertanian di desa ini telah mengalami peralihan ataupun perubahan. Perubahan yang terjadi bukan hanya pada sistempola pertanian, juga
terjadi pada peralihan jenis tanaman. Adapun peralihan itu adalah:
3.1 Masa bercocok Tanam Padi
Awal mulanya tanaman pertanian yang pertama kali dibudiyakan di Desa Parulohan yaitu tanaman padi. Pola pertanian padi yang dilakukan oleh masyarakat di
Desa Parulohan pada masa itu dilakukan dengan cara ladang berpindah nomaden, dalam bahasa lokal sering disebut dengan mandasor
37
. Adapun mandasor dilakukan dengan membuka hutan dan membersihkan dengan cara tebang bakar, lalu menanam padi dalam
beberapa tahun. Para petani yang ingin membuka lahan baru, menerapkan sistem kerja bersama marsiruppa ataupun marsiadap ari gotong royong antar sesama petani demi
mempermudah pembukaan lahan pertanian yang baru. Masyarakat menganggap dengan diterapkan sistem kerja bersama, waktu untuk pembukaan lahan yang baru lebih cepat
tanpa membutuhkan waktu yang lama. Sistem kerja marsiruppa yang dilakukan oleh petani banyak mendapatkan hal yang positif, sehinga toleransi dan hubungan di antara
masyarakat berjalan dengan baik. Marsiruppa bukan hanya dilakukan untuk kegiatan pembukaan lahan, kegiatan ini juga menjadi budaya sosial masyarakat. Sebagai contoh
yaitu dalam hal pembangunan rumah, perbaikan jalan umum dan saluran air irigasi, dll. Pola usaha pertanian padi di Desa Parulohan merupakan pertanian yang sudah
cukup lama mendarah daging dilakukan oleh petani di desa ini. Awal mulanya masyarakat bermukim di desa ini memulai proses kehidupanya sebagai petani, tanaman
37
Istilah mandasor merupakan bahasa lokal yang berarti pembukaan lahan pertanian yang baru. Istilah sering juga digunakan masyarakat bagi anggota masyarakat yang baru menikah membentuk
keluarga baru yang berarti dimulai dari nol masih baru.
Universitas Sumatera Utara
41
padi yang merupakan tanaman komoditas dan sumber pengahasilan utama petani telah memberikan sumbangsih yang besar terhadap keberlangsungan hidup petani di desa ini.
Tanaman padi bukanlah tanaman yang baru dikenal dan ditanam oleh petani di Desa Parulohan, awal pertanian di desa yang dilakukan oleh masyarakat di desa ini dimulai dari
pertanian padi. Selama beberapa puluh tahun bahkan beratus tahun yang lalu, masyarakat di desa ini memulai hidupnya dari pertanian padi.
Sebelum masuknya tanaman kopi, tanaman komoditas pertanian yang ditanami petani di Desa Parulohan adalah tanaman padi. Pola pertanian padi di desa ini sedikit
agak berbeda dengan pola pertanian di daerah yang lain. Para petani di desa ini menanam padi bukan hanya di daerah persawahan saja, lahan pertanian padi juga dilakukan di areal
perladangan. Hal ini disebabkan minimnya areal persawahan yang ingin digunakan petani untuk lokasi penanaman padi. Cara penanaman dan jenis padi yang ditanami di daerah
perladangan berbeda dengan penanaman padi yang ditanam di daerah persawahan. Jenis padi yang ditanam di daerah persawahan biasa disebut dengan nama eme saba, dan jenis
padi yang ditanam di daerah perladangan disebut dengan eme tur. Eme saba dan eme darat memang banyak perbedaan, baik dari segi umur maupun bentuk padi. Biasanya
petani yang menanam padi di perladangan harus lebih duluan menanam padi dari petani yang menanam padi di persawahan, hal ini dikarenakan umur padi yang ditanaman di
perladangan lebih lama daripada umur padi di persawahan. Selain umur dan jenis padi yang ditanam di perladangan dan persawahan, waktu
atau masa penanamanya juga berbeda. Padi yang ditanam di perladangan biasanya dimulai pada bulan Oktober-November sedangkan padi yang ditanam di sawah mulai
ditanam pada bulan November-Desember yaitu pada saat curah hujan mulai tinggi. Hal ini disebabkan oleh umur padi yang ditanam di daerah perladangan lebih lama masa
panen padi di persawahan lebih cepat daripada padi yang ditanam di perladangan. Jenis
Universitas Sumatera Utara
42
padi yang ditanam di perladangan dan di persawahan juga berbeda. Jenis padi yang ditanam di perladangan ada beberapa jenis, petani di desa ini sering menyebutnya dengan
nama eme sipinasa dan eme simedan
38
sedangkan jenis padi yang ditanam di persawahan disebut dengan eme siporngis.
39
Proses penanaman padi yang dilakukan oleh petani di Desa Parulohan biasanya hanya satu kali dalam setahun. Selain bercocok tanam padi masyarakat juga memelihara
hewan ternak seperti babi, kerbau, ayam dan hewan peliharaan lainya sebagai pekerjaan sampingan menunggu tanaman padi bisa di panen. Hewan ternak juga sumber
penghasilan sampingan, selain untuk dijual hewan peliharaaan juga bisa dikomsumsi dan digunakan sebagai alat bantu untuk pertanian contohnya: petani memanfaatkan tenaga
kerbau untuk membajak areal persawahan. Dalam hal pemupukan tanaman, para petani juga memanfaatkan kotoran hewan peliharaan mereka sebagai pupuk sampingan.
Sebelum kegiatan penanaman padi dimulai, pekerjaan pertama yang dilakukan oleh para petani adalah mangalopok
40
. Setelah itu para petani baru bisa mengerjakan areal yang ingin di tanami padi, proses pengerjaan areal pertanian yang masih sangat
sederhana. Bagi petani yang memiliki kerbau, memamfaatkan tenaga kerbau untuk mangalukku membajak sawah, dan petani yang tidak memiliki kerbau mengerjakanya
dengan tenaganya sendiri. Proses pengelolaan pertanian yang masih sangat sederhana,
38
Sebutan untuk nama padi yang di gunakan petani biasanya dilihat dari rasa dan bentuknya juga asal-usul dari mana padi itu berasal. Sipinasa artinya nangka, ciri khas biji padi ini memang mirip nangka,
biji padi sipinasa biasnya lebih besar daripada biji padi yang lain juga rasanya manis seperti nangka. Sebutan untuk eme simedan dibuat berdasarkan asal-usul padi yang berasal dari Medan. Dan eme siporngis,
porngis artinya semut. Nama eme siporngis dibuat karena bentuk biji padi yang kecil-kecil.
39
Wawancara dengan Ojak Siregar di Sosor Bagot 14 Juli 2013.
40
Mangalopok artinya penanaman bibit padi sebelum dipindahkan ke lokasi penanaman. Biasanya petani memilih tempat khusus sebagai tempat pembibitan padi. kegiatan mangalopok menjadi budaya
petani yang beragama kristen, setiap tahunya di desa Parulohan diadakan sebuah acara di gereja yaitu pesta gotilon. Pesta gotilon merupakan acara doa bersama dan ucapan syukur agar usaha pertanian masyarakat
berhasil dan memuaskan. Di acara ini para jemaat gereja memberikan ucapan syukur berupa hasil pertanian seperti padi maupun dalam bentuk uang.
Universitas Sumatera Utara
43
untuk mengerjakan lahan pertanian petani hanya menggunakan cangkul, sabit dan hudali atau pun gair-gair dan alat-alat sederhana lainya.
Banyak usaha maupun cara yang dilakukan oleh petani untuk meningkatkan hasil pertanian padi. Selama dalam satu periode penanaman, para petani biasanya melakukan
pemupukan sampai 1 kali untuk padi yang ditanam di persawahan eme saba dan 2 kali untuk padi yang ditanam di daerah perladangan eme darat. Dalam hal pemupukan
tanaman, para petani saat itu hanya bisa menggunakan burta kompos yang telah lama diolah dalam takkal
41
dan pada saat itu para petani belum ada yang menggunakan pupuk kimia. Untuk lebih lebih menambah kualitas kompos, para petani juga mengggunakan
pupuk kandang kotoran ternak dengan menggabungkan kompos dan pupuk kandang. Tanaman padi yang ditanam di perladangan, pemupukan yang pertama dilakukan pada
saat padi berumur 30 hari, pemupukan yang pertama hanya menggunakan kompos saja. Pemupukan ke dua dilakukan setelah padi berumur 3 bulan , untuk pemupukan yang ke
dua petani hanya menggunakan kompos dan pupuk kandang. Untuk padi yang ditanam di persawahan, pemupukan hanya dilakukan satu kali saja pada saat tanaman padi berumur 3
bulan atau setelah selesai marbabomangguris
42
dengan menggunakan kompos dan pupuk kandang juga.
43
Selama dalam masa pertanian padi, petani di Desa Parulohan tidak terlepas dari adanya tantangan, tantangan itulah yang kerap kali mengurangi semangat masyarakat
untuk menanam padi juga sering menyebabakan para petani sering gagal panen. Berbagai tantangan yang dialami petani dari awal penanaman sampai masa panen padi. Tantangan
41
Takkal yaitu tempat pengolahan kompos. Selain tempat pengolahan kompos, takkal juga digunakan sebagai tempat pembuangan sampah-sampah bekas. Takkal yang sangat penting pada saat itu,
sehingga hampir di setiap rumah penduduk mempunyai takkal pribadi. Lokasi takkal tidak jauh dari rumah penduduk, biasanya berada di belakang rumah penduduk.
42
Marbabomangguris artinya kegiatan rutin yang dilakukan para petani untuk membersihkan rumput-rumput liar yang ada di lahan pertanian padi. Biasanya dilakukan setelah padi berumur 2,5 bulan.
43
Wawancara dengan Basaria Sinaga di Sosor Bahal 15 Juli 2013.
Universitas Sumatera Utara
44
yang dialami oleh petani, baik petani yang menanam padi di perladangan maupun di persawahan. Khususnya petani yang petani yang menanam padi di perladangan, resiko
yang dialami petani yang menanam padi di perladangan biasanya berupa tantangan dari binatang-binatang liar dan alam sekitar seperti babi hutan, burung maupun kerbau-kerbau
liar milik para petani itu sendiri. Para petani yang menanam padi di perladangan di desa ini diharuskan melakukan kegiatan rutin, masyarakat di Desa Parulohan kegiatan rutin itu
disebut mamuro
44
. Petani yang menanam padi di daerah persawahan juga mempunyai tantangan, salah satunya adalah tantangan dari alam sekitar, seperti kurangnya fasilitas air
akibat saluran air irigasi yang tidak terawat untuk areal persawahan menjadi kendala besar yang dihadapi oleh petani di desa ini. Gejala alam dengan adanya ambolas hujan
es sering kali membuat masyarakat petani di desa ini gagal panen, akibatnya para petani sering mengalami kerugian yang besar.
Padi merupakan tanaman yang sangat penting bagi petani di Desa Parulohan sebelum bercocok tanam kopi. Selain hanya menjadi tanaman pokok petani, padi
merupakan jenis tanaman yang dapat langsung dikonsumsi masyarakat tanpa melalui proses pemasaran. Padi yang ditanam sendiri oleh masyarakat menjadikan petani di desa
sebagai petani subsisten. Namun, kurangnya sarana dan prasarana pertanian pada saat membuat pola pertanian di desa ini sangat salit untuk berkembang. Dalam hal
penggilingan padi, masyarakat selalu terkendala karena masyarakat belum ada yang memiliki gilingan padi. Pada saat itu proses penggilingan padi di desa ini dilakukan
dengan tradisional, yaitu dengan menggunakan lesung yang dibuat dari batu dan kayu
44
Mamuro yaitu kegiatan rutin yang dilakukan oleh petani untuk menjaga tanaman padi dari serangan hewan liar seperti burung, babi hutan, tikus dan hewan lainya. Mamuro biasanya dilakukan setelah
biji padi sudah keluar. Mamuro hanya dilakukan oleh petani yang menanam padi di perladangan. Biasanya kegiatan ini dilakukan sampai padi masa panen padi.
Universitas Sumatera Utara
45
atau disebut dengan cara Manduda.
45
Bagi petani yang ingin menggiling padinya dengan gilingan mesin, mereka harus dengan susah payah pergi ke desa lain yang telah memiliki
mesin penggiling padi. Apabila tanaman padi mulai terserang oleh hama, para petani di desa ini pada saat
itu belum bisa mengontrol tanamanya terhadap gangguan hama tanaman. Jika ada tanda- tanda serangan hama, para petani juga belum bisa melakukan penyemprotan dengan
pestisida. Hal ini diakibatkan kurangnya fasilitas pertanian seperti sprayer alat penyemprot, yang bisa digunakan oleh para petani untuk menyemprot tanaman padi.
Untuk menghadapi serangan hama tanaman, petani hanya bisa mengandalkan doa sebagai jalan terbaik agar tanamanya bisa terhindar dari serangan hama.
Masa panen padi di desa ini biasanya dilakukan pada bulan ke lima dan bulan ke enam Mei dan Juni. Alat yang digunakan petani di desa ini untuk memanen padi hanya
dengan menggunakan sabit biasa dan sabit bergerigi. Untuk merontokkan padi petani hanya bisa mengggunakan cara ataupun alat yang tradisional yaitu dengan cara mardege
dan mambatting
46
. Namun untuk memanen padi para petani tidak banyak mengeluarkan biaya, karena dilakukan dengan cara gotong royong marsirupa dengan perjanjian tenaga
dibayar dengan tenaga. Setelah panen padi selesai dilakukan, setiap tahun para petani di Desa ini biasanya
melakukan sebuah ritual yang disebut dengan mangamoti bentuk ucapan syukur. Tradisi mangamoti hanya dilakukan dalam setahun sekali setelah paska panen. Adapun tujuan
45
Manduda artinya menumbuk padi, seperti biasanya masyarakat menumbuk padi dengan menggunakan lesung yang terbuat dari kayu dan batu. Lesung ini juga merupakan hasil buatan petani. di
desa Parulohan, manduda biasanya hanya dilakukan oleh kum wanita.
46
Mardege yaitu cara yang digunakan untuk merontokkan padi dengan menginjak-injak padi dengan kaki dan menggunakan alat bantu yaitu sebuah kayu yang berbentuk tongkat berukuran sebesar
kepalan tangan, kayu itu biasanya digunakan seperti tongkat sebagai alat penahan tubuh. Mambatting battingan yaitu alat yang digunakan untuk merontokkan padi yang dibuat dari kayu berbentuk persegi
panjang setinggi pinggang manusia. Mambatting biasanya dilakukan oleh tiga orang dengan berganti- gantian.
Universitas Sumatera Utara
46
tradisi ini dilakukan yaitu sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk memohon berkat agar senantiasa hasil produksi padi semakin baik dan bertambah.
Tradisi mangamoti dilakukan dengan cara makan bersama biasanya dilakukan setiap rumah tangga, dengan memakan beras yang baru dipanen. Para petani di desa ini setiap
melakukan tradisi mangamoti, tidak segan-segan juga untuk memotong hewan peliharaanya sebagai bukti ucapan syukur yang mereka terima.
Manfaat padi yang sangat dirasakan petani di Desa Parulohan di masa sebelumnya juga masih penting bagi kehidupan petani di desa ini di masa sekarang. Selain sebagai
sumber kebutuhan petani, padi sangat bermakna khususnya dalam adat dan tradisi masyarakat di Desa Parulohan. Sebagai desa yang mayoritas penduduknya suku batak
Toba, keyakinan dan kepercayaan akan adat batak Toba masih sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat di desa ini. Kegiatan sosial seperti acara pesta yaitu pesta pamasu-
pamasuon, mangdati, manandoki, pesta peresmian huta
47
dan pesta lainya. Menjadi ciri khas yang secara turun-temurun untuk mengahadiri pesta adat diwajibkan membawa padi
sebagai bentuk atau simbol rasa toleransi maupun silaturahmi dalam tatanan masyarakat. Adanya tuntutan tuntutan yang sangat kuat dari tradisi adatbudaya, membuat kehidupan
masyarakat di desa ini tidak bisa terlepas dari manfaat penting hasil pertanian padi. Usaha pertanian padi yang telah sekian lama dilakukan para petani di desa ini
yang tidak mengarah kepada kemajuan perekonomian atupun peningkatan pendapatan masyarakat. Selama dalam usaha pertanian padi pola kehidupan masyarakat Di desa
Parulohan terlihat tidak mengalami sedikit perkembangan ataupun kemajuan. Hasil yang didapatkan para petani dari usaha pertanian padi hanya bisa untuk memenuhi keperluan
47
Pesta pamasu-masuon atau mangadati artinya pesta perkawinan. Manandoki artinya pesta untuk orang yang meninggal dunia, manandoki digunakan untuk
pestaorang tua lanjut usia semua anaknya sudah berumah tangga. Pesta huta yaitu pesta peresmian perkampungan yang baru.
Universitas Sumatera Utara
47
makan keluarga saja, terbukti dengan minimnya alat-alat pertanian yang dapat membantu petani dalam pengelolaan lahan pertanian. Hal ini mengakibatkan perekonomian
masyarakat di desa ini sulit untuk mengalami kemajuan. Upaya yang dilakukan oleh para petani untuk meningkatkan hasil produksi
pertanian padi terlihat sia-sia dan tidak membuai hasil. Semakin lama masyarakat semakin tidak bisa mempertahankan hasil produksi panen padi, tanaman padi yang
menjadi tanaman pokok di desa ini pada saat itu semakin merosot dan menghantar masyarakat pada kemiskinan yang membuat perekonomian masyarakat juga menurun.
Keadaan yang semakin mengancam kelangsungan hidup masyarakat apabila masyarakat tidak segera menemukan solusi yang tepat dan menemukan tanaman lain yang bisa
memperbaiki kehidupan para petani. Tanaman padi yang ditanam sekali dalam setahun, belum tentu bisa mendapat hasil sesuai dengan yang diiginkan oleh para petani. Berbagai
kendala yang mengakibatkan merosotnya pola usaha pertanian padi Desa Parulohan, sacara singkat dapat dijelaskan faktor penyebabnya adalah:
1. Keterbatasan sarana maupun prasarana yang digunakan petani.
Minimnya sarana dan prasarana pertanian membuat petani sulit untuk memperluas lahan pertanian sehingga produki hasil pertanian yang didapatkan
para petani juga tidak mengalami peningkatan. Contohnya dalam hal pengolahan lahan, petani di desa ini hanya bisa menggunakan alat-alat yang
sederhana saja. 2.
Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam hal peningkatan budidaya pertanian hanya berdasarkan pengalaman.
3. Sistem ataupun pola usaha pertanian yang tidak berubah.
Penurunan hasil produksi pertanian padi masyarakat, membuat masyarakat petani cenderung tidak mampu untuk membiayai kebutuhan selama setahun. Maka sulit bagi
Universitas Sumatera Utara
48
para petani untuk tetap bertahan dengan menanam padi saja. Hasil panen yang dihasilkan biasanya untuk kelangsungan hidup selama setahun, namun tidak jarang juga masyarakat
harus menjual hasil panen sebagian untuk biaya sekolah anaknya itupun jika hasil panen tanaman padi bagus. Namun, lain hal lagi jika para petani mengalami kegagalan panen.
Masyarakat harus berusaha menghemat biaya hidup sehari-hari, dan harus mencari solusi lain yaitu mencari tanaman lain yang bisa mencukupi kebutuhan perekonomian keluarga.
Akibat hasil tanaman padi yang sangat menurun masyarakat kesulitan terhadap kelangsungan hidupnya, hal inilah yang membuat perekonomian masyarakat hanya
seperti jalan di tempat. Berkurangnya hasil produksi pertanian padi dari tahun ke tahun,membuat masyarakat berpikir dan melirik tanaman yang lebih cocok dan sesuai
dengan kondisi alam dan iklim Desa Parulohan.
3.2 Masa Bercocok Tanam Padi dan Ubi