Sarana dan PrasaranaTransportasi Petani Kopi Lasuna dan Petani Kopi Sigarar Utang di Desa Parulohan Kecamatan Lintong Nihuta (1988-2002)

32 diwariskan kepada anak sulungnya, sehingga keberadaan bentuk rumah-rumah lama di desa ini masih banyak ditemukan sampai sekarang. Rumah-rumah tua ini sering disebut dengan jabu parsaktian.

2.8 Sarana dan PrasaranaTransportasi

Letak Desa Parulohan tergolong sangat strategis. Pintu masuk ke Desa Parulohan dapat dilalui dengn 4 jalur yaitu: jalur dari Desa Sibuntuon, jalur dari Desa Habeahan, jalur dari Desa Sigumpar dan jalur dari Desa Pearung. Kondisi jalan di Desa Parulohan sebelum tahun 1988 sebagian besar masih dalam keadaan rusak, karena belum ada pengaspalan ataupun pengerasan. Sepanjang lintasan jalan utama menuju pemukiman dan areal pertanian penduduk pada waktu itu belum tersentuh oleh kemajuan zaman, sehingga pada waktu musim hujan sepanjang lintasan jalan sering becek. Ditambah juga dengan kondisi jalan yang sempit, sehingga sangat sarang ditemukan angkutan yang melintas di desa ini. Kendaraan yang melintas ke Desa Parulohan tidak begitu banyak, hanya sesekali kendaraan beroda dua dan empat melintas di jalan raya. Sebelum tahun 1988 alat transportasi seperti sepeda motor dan kendaraaan beroda empat masih sangat jarang ditemukan di Desa Parulohan, pada saat itu hanya ada 5 orang yang telah memiliki sepeda motor. Alat transportasi sepeda motor hanya digunakan untuk keluar masuk desa, bagi masyarakat yang memiliki sepeda ontel dan sepeda motor. Sepeda ontel dan sepeda motor pada saat itu menjadi barang yang sangat berhrga bagi masyrakat, bagi masyarakat yang telah mempunyai sepeda ontel dan sepeda motor pada saat itu diketegorikan sebagai orang sudah kaya atau sudah mempunyai penghasilan lebih. Akibat minimnya sarana dan prasarana transportasi, tak jarang sebagian besar petani di Desa Parulohan pada saat itu memanfaatkan tenaga kerbau sebagai angkutan Universitas Sumatera Utara 33 menuju areal pertanian. Tenaga kerbau digunakan untuk menggiring pedati. Pedati yang merupakan angkutan tradisional dan sangat diperlukan oleh petani di desa ini, para petani menggunakanya sebagai angkutan yang dapat membantu para petani menjalankan aktivitas pertanian setiap harinya seperti untuk mengangkut hasil pertanian dari ladang ataupun dari sawah ke rumah masyarakat. Bagi masyarakat yang areal pertanian jauh dari pemukiman, mereka juga memanfaatkan tenaga kerbau tanpa pedati atau disebut dengan istilah marbatak menunggang kerbau. Mengingat minimnya sarana dan prasarana di Desa Parulohan pada masa itu, akibatnya aktivitas perekonomian masyarakat juga terganggu dan terkendala. Pada saat itu di desa ini belum ada transportasi umum seperti bus, mikrolet dan sejenisnya. Setiap hari pekanya masyarakat selalu terkendala untuk membawa barang daganganya ke pasar, ditambah juga jarak dari Desa Parulohan yang agak jauh dari lokasi pasar setempat. Akibatnya masyarakat Desa Parulohan yang hendak bepergian ke pasar pekan hanya dapat menggunakan pedati itu pun bagi masyarakat yang memiliki kerbau, dan masyarakat yang tidak memiliki harus rela dan pasrah jalan kaki dengan memikul beban di kepala menuju lokasi pasar.

2.9 Fasilitas Umum Ekonomi