37
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Parulohan sebelum tahun 1988 tergolong rendah. Proporsi penduduk terbesar 31 hanyalah tamatan SMP sekolah menengah
Pertama. Besarnya tingkat masyarakat yang tidak tamat SMA Sekolah Menengah Atas disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: sulitnya sumber penghasilan, jumlah anggota
keluarga yang tidak sesuai dengan jumlah penghasilan keluarga, kurangnya minat masyarakat untuk mengakses pendidikan dan jarak sekolah dari desa terlalu jauh.
Sesuai dengan keadaan geografisnya Desa Parulohan sangat cocok untuk daerah Pertanian. Mata pencaharian penduduk yang utama pada umumnya adalah bertani.
Sebagai masyarakat agraris, di dalam melangsungkan hidupnya sebagian besar masyarakat hidup dari hasil pertanian. Pertanian yang dimaksud adalah pertanian ladang
terutama kopi. Sebagian besar lahan pertanian di desa ini pada saat digunakan untuk pertanian padi. Hasil pertanian lainya seperti tanaman-tanaman muda, padi dan umbi-
umbian dan sebagainya yang merupakan kegiatan sampingan atau merupakan tanaman selang biasanya dipergunakan untuk memenuhi keperluan sendiri.
Sebagian besar penduduk Desa Parulohan adalah suku Batak Toba dan beragama Kristen Protestan. Sebagian kecil lainya adalah suku lain yang karena faktor tertentu
tinggal dan menetap di desa ini, adapun suku lain adalah seperti Nias, Karo, Jawa. Kehidupan sosial di desa ini ditandai dengan keberagam marga yang menjadi simbol
ataupun identitas diri bagi setiap masyarakat. Adapun bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa batak Toba.
2.11 Bentuk Kesenian Hidup
Sebagaimana dalam kesenian adat batak Toba pada umunya, bentuk kesenian hidup masyarakat di Desa Parulohan masih merupakan wujud kesenian yang berasal dari
warisan ompu sijolo-jolo tubu nenek moyangnya. Adanya umpasa pepatah batak Toba yang menyatakan “mangalakka tu jolo manaili tu pudi, na pinungka ni naparjolo”,
siihuttonon ni naparbudi artinya melangkah ke depan dan belajar dari yang masa lalu,
Universitas Sumatera Utara
38
adat kebiasaan yang sebelumnya harus diikuti oleh generasi berikutnya. Hal tersebut masih dijalankan oleh masyarakat di Desa Parulohan, masyarakat mengangap tabu setiap
kesenian yang bukan dari nenek moyangnya. Jenis kesenian hidup yang sering dilakukan oleh masyarakat di Desa Parulohan
adalah martumba ataupun manortor. Bentuk kesenian terus dilakukan masyarakat, bahkan sampai sekarang masih tetap dipertahankan oleh masyarakat. Manortor ataupun
martumba memiliki fungsi disamping sebagai hiburan atupun perlombaan. Fungsi sosial martumba ataupun manortor terlihat pada saat acara-acara adat atau pun keagamaan.
Manortor sebagai bentuk kesenian masyarakat, sebagai bentuk adanya kepatuhan masyarakat terhadap tradisi dari nenek moyang yang sebelumnya. Selain sebagai fungsi
sosial, manortor juga sering dilakukan dalam acara hiburan dan perlombaan. Perlombaan dilakukan untuk mengisi acara-acara tertentu seperti, pesta gereja, perayaan hari ulang
tahun kemerdekaan dan acara lainya. Hal ini yang dilakukan oleh masyarakat dalam mempertahankan dan melestarikan tradisi yang sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Terbitnya sebuah buku di Hindia Belanda yang berjudul: “Max Havelaar atau Lelang Kopi Maskapai Dagang Belanda
”
1
yang ditulis Eduart Douwes Dekker alias Multatuli tahun 1859. Hal ini menunjukkan bahwa kopi merupakan salah satu tanaman
komoditas pertanian di era diterapkanya sistem tanam paksa cultuurstelsel
2
yang memberikan keuntungan besar bagi pemerintahan Belanda di Indonesia. Hal ini juga tidak
terlepas dari arti penting tanaman kopi sebagai tanaman komoditas yang sangat menguntungkan sebagai komoditas ekspor dunia hingga sekarang.
Kopi sebagai tanaman komoditas pertanian mempunyai peran penting dalam sejarah pertanian di Indonesia. Kopi bukanlah tanaman asing yang masih baru dikenal
dan ditanami oleh petani di Indonesia, namun sampai sekarang keberadaan kopi tidak boleh terlepas dari kehidupan petani di beberapa daerah di Indonesia. Sebagai negara
agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, pertanian menjadi sumber utama mata pencaharian yang tidak bisa terlepas
dalam proses keberlangsungan hidup para petani di Indonesia. Keberlangsungan hidup petani sangat dipengaruhi oleh jenis tanaman yang merupakan faktor bagaimana para
petani bisa mengelolahnya dan menjadikanya sebagai sumber kehidupan.
1
Max Havelaar atau Lelang Kopi Dagang Belanda adalah sebuah buku roman yang mengisahkan bentuk tanam paksa Cultuur Stelsel kopi yang dilbuat oleh Johannnes Van Den Bosh, buku ini lahir
sebagai bentuk gugatan kolonialisme Belanda di Indonesia yang menunjukkan adanya politik penghisapan yang dilakukan oleh Belanda kepada petani di Indonesia
, buku ini juga sering disebut” The Book That Killed Colonialism”.
2
Cultuur Stelsel atau yang lazim disebut tanam paksa yaitu suatu cara ataupun politik yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk menguasai mengeksploitasi sumber daya alam dari
hasil pertanian masyarakat Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2
Jenis mata pencaharian merupakan faktor pembeda yang pokok dan penting
3
. Pertanian merupakan ciri utama kehidupan masyarakat di pedesaan, adalah petunjuk
betapa eratnya keterkaitan antara pertanian dan desa. Petani adalah subjek dan sekaligus objek pertanian, tanpa petani pertanian tidak ada. Bidang pertanian cukup mengandung
variasi dan kompleksitas yang memiliki pengaruh terhadap proses perubahan dan keberlangsungan kehidupan petani khususnya di daerah pedesaan.
Petani secara umum sering dipahami sebagai suatu ketegori sosial yang seragam dan bersifat umum, artinya sering tidak disadari adanya difrensiasi atau perbedaan-
perbedaan dalam berbagai aspek yang terkandung dalam komoditas petani ini. Perbedaan dalam skala besar kecilnya usaha pertanian, jenis-jenis tanaman, sistem pertanian yang
diterapkan akan mengakibatkan terjadinya perbedaan-perbedaan terhadap pola kehidupan petani. Selama ini kita lebih memperhatikan komoditas sebagai subjek dan sekaligus
objek pertanian, akibatnya petani sebagai inti dari pertanian sering luput dari pertanian. Desa sebagai tempat tinggal maupun tempat pemenuhan kebutuhan mempunyai
karakteristik yang tentu tidak sama antara desa yang satu dengan yang lain. Keberagaman kehidupan petani di pedesaan adalah ciri khas tersendiri yang dimiliki
suatu desa berdasarkan jenis tanaman, sumber penghasilan dan faktor lain yang mendukung kehidupan manusia di desa tersebut. Perbedaan itu banyak terjadi di beberapa
desa yang dapat membedakan pola perubahan kehidupan petani di desa tertentu. Desa Parulohan terletak di Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang
Hasundutan. Pemukiman di Desa Parulohan belum jelas sejak kapan berdirinya, dan siapa orang yang pertama bertempat tinggal di desa Parulohan. Namun, seiring perjalanan
waktu Desa Parulohan mengalami banyak perubahan dan sampai sekarang Desa
3
Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999, hal. 40.
Universitas Sumatera Utara
3
Parulohan masih tetap dihuni masyarakat. Sebagian besar masyarakat yang bertempat tinggal di desa ini adalah suku Batak Toba yang mayoritas beragama kristen Protestan.
Pola kehidupan masyarakat yang berdomisili di Desa Parulohan ditandai dengan adanya keberagaman marga dan huta yang berbeda-beda. Masing-masing marga hidup secara
berkelompok menurut jenis marga yang menempati satu huta
4
, ada juga yang membentuk perkampungan baru yang disebut dengan lumban
5
yang di huni oleh satu oppu
6
. Proses keberlangsungan hidup masyarakat di Desa Parulohan terlihat sangat asri
dengan rasa solidaritas yang sangat kuat, dipengaruhi oleh tradisi adat dan budaya Batak Toba yang turun-temurun sebagai warisan dari nenek moyangnya. Tradisi dan budaya
asli batak Toba berlangsung dalam kehidupan masyarakat, baik dalam upacara-upacara adat maupun kegiatan sosial lainya. Di samping keberagaman marga, masyarakat di desa
ini juga mempunyai sistem sosial yaitu Paradatan dan Sarikkat, yang menjadi sebuah pengikat masyarakat dalam acara adat, pesta dan upacara-upacara keagamaan lainya.
Letak Desa Parulohan yang berada di daerah pengunungan, suhu udaranya yang dingin ditambah dengan keadaan tanahnya adalah potensi yang menjadi penyebab
sehingga desa ini cocok menjadi daerah pertanian terutama untuk tanaman kopi. Hal tersebut menjadikan sebagian besar masyarakat di Desa Parulohan hidup petani dan
sebagian kecilnya bekerja sebagai PNS, buruh dan pedagang. Selain mengembangkan usaha pertanian, para petani kopi juga memelihara hewan ternak sebagai kerja sampingan
seperti kerbau, ayam dan babi. Tanaman prioritas petani di desa ini adalah kopi, kopi sebagai tanaman prioritas petani dan menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat
yang mendukung perkembangan sosial ekonomi masyarakat di Desa Parulohan.
4
Huta adalah pola ataupun bentuk pengkampungan suku batak Toba, bentuknya berhadap-hadapan , yang dihubungkan oleh dua bahal gerbang yaitu bahal jolo depan dan bahal pudi belakang yang
dikelilingi oleh bambu.
5
Lumban artinya perkampungan baru yang dihuni oleh satu marga.
6
Saoppu dalam bahasa batak Toba artinya satu keturunan satu marga.
Universitas Sumatera Utara
4
Pola pertanian di Desa Parulohan yang terus mengalami perubahan seiring dengan peralihan tanaman prioritas petani. Sebelum bercocok tanam kopi, jenis tanaman yang
ditanam petani di desa ini adalah ubi dan padi. Proses penanaman ubi dan padi dilakukan dengan cara ladang berpindah pindah nomaden. Untuk menambah penghasilan, selain
bercocok tanam ubi dan padi para petani di desa juga memelihara berbagai hewan ternak sebagai pekerjaan sampingan. Masuknya tanaman kopi, membuat sistem pertanian di desa
ini mengalami perubahan yaitu sistem pertanian berpindah-pindah menjadi sistem menetap.
Dari 22 desa yang ada di Kecamatan Lingtong Nihuta Desa Parulohan adalah desa penghasil kopi terbesar yang ada di Kecamatan Lintong Nihuta.
7
Jenis kopi yang di tanami masyarakat di Parulohan yaitu jenis kopi Arabika yang menurut variatesnya ada 2
jenis yaitu kopi Lasuna dan kopi Sigarar utang
8
. Awalnya kopi yang pertama ditanam masyarakat di Desa Parulohan adalah jenis kopi Lasuna, dalam bahasa lokal kopi Lasuna
ini sering juga disebut dengan kopi Djember. Awal tahun 1970 kopi Lasuna menjadi salah satu tanaman prioritas petani di Desa Parulohan, dan pada tahun 1988 ditemukan bibit
kopi lokal yaitu kopi Sigarar utang. Dari hasil wawancara penulis dengan salah satu petani kopi di Desa Parulohan.
Masuknya kopi lasuna di desa ini tidak diketahui kapan dan siapa orang yang pertama kali membawa dan menanam kopi lasuna di Desa Parulohan. Berbeda dengan kopi sigarar
utang, bibit kopi sigarar utang pertama kali ditanam salah seorang petani kopi yang bernama oleh Binsar Sihombing, beliau adalah petani kopi yang memiliki areal terluas
7
Janiar Elisabet L Tobing, Peranan tenaga Kerja wanita Pada Usahatani Kopi dan Sikapnya Dalam Peran Ganda Rumah Tangga Studi Kasus: Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten
Humbang Hasundutan, Skripsi Jurusan Pertanian USU, 2009. Hal. 30.
8
Sigarar utang artinya alat pembayar ataupun pelunas utang. Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian Nomor 205kptssr. 12042005 tanggal 12 April 2005, kopi sigarar utang merupakan
kopi lokal variates unggul yang ditemukan di kecamatan Paranginan yaitu variates sigarar utang yang menjadi Variates Nasional.
Universitas Sumatera Utara
5
tanaman kopi di Desa Parulohan. Bibit kopi sigarar utang berasal dari dusun yang bernama huta Batu Gajah, desa Paranginan Utara, Kecamatan Paranginan tahun 1988
9
. Awalnya bibit kopi sigarar utang ditanam hanya sebagai bahan percobaan, namun karena
hasil yang memuaskan sehingga masyarakat tertarik dan langsung menanaminya. Masuknya jenis kopi Sigarar utang yang semakin menambah dan menambah
minat petani di desa ini untuk mengembangkan dan bercocok tanam kopi. Keberadaan kopi sigarar utang yang tidak mempengaruhi terhadap keberadaan kopi Lasuna, sehingga
keberadaan kopi lasuna masih tetap dipertahankan dan dibudidayakan oleh para petani. Namun sebagian masyarakat ada juga yang tetap mempertahankan dan menanam kopi
lasuna, bahkan ada yang menanam kopi sigarar utang tanpa menghilangkan kopi lasuna. Adanya bibit kopi sigarar utang yang merupakan bibit kopi terbaru membuat masyarakat
semakin memperluas areal pertanianya. Keberadaan kopi lasuna dan sigarar utang membawa banyak perubahan terhadap
pola ataupun sistem pertanian oleh petani kopi di Desa Parulohan. Hal tersebut terlihat dari semakin meluasnya areal pertanian untuk kopi, juga tampak dari beralihnya pungsi
harangan
10
, tombak
11
, dan hauma
12
menjadi areal pertanian. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh turunya harga kopi Robusta di akhir tahun 1970-an, membuat
masyarakat semakin mengembangkan pertanian jenis kopi lasuna dan sigarar utang. Kopi sebagai faktor produksi dan sumber penghasilan yang menjadi pembeda pola
kehidupan petani di Desa Parulohan. Jenis tanaman kopi yang ditanam oleh petani, baik kopi Lasuna maupun kopi Sigarar utang memiliki potensi ataupun nilai lebih yang
9
Wawancara dengan Tumpal Sihombing di Banjar Ganjang, 15 Mei 2013
10
Harangan artinya padang rumput yang luas, tempat penggembalaan kerbau.
11
Tombak artinya hutan atupun ladang yang belum dikelolah, sebagai tempat masyarakat mencari kayu bakar dan sebagainya.
12
Hauma artinya daerah persawahan, di Desa Parulohan sebagian sawah masyarakat beralih fungsi menjadi areal penanaman kopi.
Universitas Sumatera Utara
6
menjadi faktor yang menarik niat masyarakat sehingga keberadaan kedua jenis kopi tetap dipertahankan dan ditanam oleh petani.
Keberhasilan petani di Desa Parulohan dalam mengembangkan usaha pertanian kopi terlihat jelas setelah masuknya kopi Lasuna dan kopi Sigarar utang. Jika dilihat dari
jumlah produksi dan luas areal pertanian, luas pertanian kopi lasuna dan Sigarar utang keduanya tidak jauh berbeda. Bagi petani di Desa Parulohan, perbedaan jenis tanaman
yang ditanami oleh petani bukanlah sebuah hal yang menyebabkan adanya perbedaan ataupun kesalahpahaman dalam masyarakat.
Proses keberlangsungan hidup petani di Desa Parulohan yang tidak bisa terlepas dari keberadaan kopi. Kopi menjadi tanaman yang pokok dan sumber penghasilan yang
membedakan dua objek yang berbeda yaitu kehidupan petani kopi lasuna dan petani kopi sigarar utang. Kopi lasuna dan kopi sigarar utang mempunyai makna dan dampak
terhadap keberlangsungan hidup petani di desa Parulohan. Bagi petani di Desa Parulohan tanaman kopi bukanlah hanya sebagai bahan
minuman, tetapi menjadi komoditas unggulan sebagai penunjang kehidupan petani. Kedua jenis kopi yaitu kopi Lasuna dan kopi Sigarar Utang menjadi icon penting di desa
ini. Hasil usaha pertanian kopi yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani. Meningkatanya hasil pertanian kopi di desa ini, sehingga tingkat sosial dan budaya
masyarakat terlihat merata tanpa ada perbedaan yang mencolok dalam kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, melakukan pengkajian terhadap petani kopi lasuna dan petani kopi sigarar utang di Desa Parulohan, dalam waktu dan wilayah yang sama merupakan
alasan dan tujuan yang terpenting yang akan dilakukan oleh penulis. Menariknya keberadaan kopi lasuna dan kopi sigarar utang berkontribusi banyak membidani
perubahan sosial sosial change dan perbedaan petani di desa Parulohan.
Universitas Sumatera Utara
7
Akhirnya berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik mengkajinya dalam konteks sejarah pedesaan, yang sifatnya komparatif perbandingan dua objek yang
berbeda yaitu petani kopi Lasuna dan petani kopi Sigarar utang. Oleh sebab itu pembabakan dalam penulisan yang dilakukan oleh penulis tidak terlalu meluas, maka
ditentukan periodesasi yang tepat. Penelitian ini di awali mulai dari tahun 1988, yang diprakarsai dengan dimulainya pertanian kopi Sigarar utang. Jangkauan waktu scope
temporal penelitian ini diakhiri pada tahun 2002, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan dan perubahan yang terjadi khususnya bagi petani dan pertanian kopi
di Desa Parulohan selama kurun waktu 14 tahun. Akhirnya, pemilihan topik ini tentunya berdasarkan kedekatan emosional dan
intelektual penulis.
13
Meksipun demikian, penulis tetap bersikap kritis dalam melakukan penelitian agar hasilnya objektif. Dalam penelitian ini penulis bebas dari tarik ulur
kepentingan apapun, kecuali untuk kepentingan akademis.
1.2 Rumusan Masalah