Dampak Negatif Dampak Pertanian Kopi Terhadap kehidupan Sosial Petani Desa Parulohan

94 perbedaan harga mencapai Rp. 2000-3000 untuk satu liter kopi. Setiap hari minggu lokasi POLKOPI selalu di padati oleh para petani, para petani datang secara bergantian untuk menjual hasil panen kopi ke POLKOPI.

5.4.2 Dampak Negatif

Dalam kehidupan bermasyarakat ketika terjadi sebuah perubahan, tentu perubahan itu mempunyai dampak, baik dampak yang negatif maupun dampak yang positif. Begitu juga dengan yang terjadi di Desa Parulohan ini, pertanian di Desa Parulohan mengalami perubahan yaitu mulai dari pertanian padi, ubi sampai pada akhirnya pertanian kopi. Di pertanian kopi ini terjadi perubahan yang sangat mencolok baik itu dari tingkat pendapatan, pendidikan sampai ke tingkat kesehatan. Dibalik semua keberhasilan itu, ternyata ada dampak negatif yang terjadi di Desa Parulohan antara lain: Berkurangnya Rasa Kepedulian solidaritas bagi Masyarakat. Kehidupan masyarakat di Desa Parulohan yang tergolong homogen, kehidupan masyarakat yang terikat dalam satu hubungan marga, agama dan suku maupun bahasa. Adanya hubungan marga yang erat satu sama lain, menjadi sumber pengikat dalam hubungan sosial diantara masyarakat di desa ini. Secara lambat laun, corak kehidupan di desa ini yang dulunya masih terikat terkikis oleh pola kehidupan berlomba-lomba mengejar kekayaan. Berkurangnya rasa kepedulian di kalangan masyarakat di Desa Parulohan hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan yang semakin tinggi. Meningkatnya pendapatan membuat masyarakat di desa ini selalu sibuk dengan urusan masing-masing urusan pekerjaan. Bagi sebagaian besar petani telah mementingkan pekerjaaan daripada adat ataupun kegiatan sosial lainya. Untuk saat itu urusan adat menjadi urusan yang terbelakang, dan lebih mengutamakan urusan pertanian ataupun pekerjaan. Pekerjaan Universitas Sumatera Utara 95 yang selalu membuat masyarakat selalu sibuk dan lebih mengutamakan urusan pertanian. Dalam menghadiri acara adat, yang seharusnya suami ataupun istri harus hadir. Namun karena kondisi yang selalu sibuk urusan adat hanya diikuti satu orang perwakilan saja perwakilan suami ataupun istri. Sistem kekeluargaan yang diikat oleh dalihan natolu terlihat semakin menipis, hal ini menyebabkan kepedulian masyarakat juga semakin terkikis. Dalihan natolu yang merupakan filosofi dalam adat Batak Toba terdiri dari tiga bagian yaitu Somba marhula- hula, Manat mardongan tubu, Elek marboru. Sebutan dalihan natolu paopat sihalsihal dengan yang keempat adalah tetangga adalah falsafah yang dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak. Dalam adat Batak Toba, pihak borulah yang menghormati hula-hula. Di dalam satu wilayah yang dikuasai hula-hula, tanah adat selalu dikuasai oleh hula-hula. Sehingga boru yang tinggal di kampung hula-hulanya akan kesulitan mencari nafkah apabila tidak menghormati hula- hulanya. Gambaran dongan tubu adalah sosok abang dan adik. Secara psikologis dalam kehidupan sehari-hari hubungan antara abang dan adik sangat erat. Namun satu saat hubungan itu akan renggang, bahkan dapat menimbulkan perkelahian. Boru ialah kelompok orang dari saudara perempuan kita, dan pihak marga suaminya atau keluarga perempuan dari marga kita. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah elek marboru yang artinya agar saling mengasihi supaya mendapat berkat pasu-pasu. Istilah boru dalam adat batak tidak memandang status, jabatan, kekayaan oleh sebab itu mungkin saja seorang pejabat harus sibuk dalam suatu pesta adat batak karena posisinya saat itu sebagai boru. 78 78 Diambil dari internet : id.wikipedia.org.wikiDalihan_natolu. Diakses pada tanggal 22 September 2013 pukul 21:30 WIB. Universitas Sumatera Utara 96 Hal yang tidak boleh lepas dan hingga saat ini masih terjadi di Desa Parulohan. Apabila harga kopi maupun hasil pertanian lainya mengalami kenaikan harga maka tradisi masyarakat juga berubah, terkadang gaya bicara masyarakat semakin sombong dan lupa diri. Tumbuhnya tradisi HOTEL hosuk, teal,elat,late yang berarti rakus, iri, sombong, dengki mengakibatkan masyarakat semakin terpecah belah satu sama lain. Masyarakat Lebih Komsumtif Konsumeris Akibat tingkat pendapatan para petani di Desa Parulohan yang semakin meningkat, menyebabkan tingkat kebutuhan petani juga semakin bertambah. Hasil penjualan panen kopi yang dulunya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan keperluan rumah tangga lainya. Meningkatnya pendapatan petani dari usaha pertanian kopi mengakibatkan pola hidup masyarakat mengarah ke arah gaya hidup yang komsumtif. Keuntungan yang di dapat petani hasil pertanian tidak lagi terarah sesuai dengan tujuan. Pendapatan para petani lebih banyak digunakan untuk membeli barang- barang yang tidak perlu seperti TV, parabola, sopa, dan barang mewah lainya. Untuk soal pengadaan pesta misalnya pesta pernikahan juga sudah lebih banyak membutuhkan biaya. Setelah berkembangnya pertanian kopi Lasuna ataupun kopi Sigarar, masyarakat memiliki kebiasaan untuk membuat pesta besar-besaran. Masyarakat di Desa Parulohan identik dengan gengsi dan tidak mau kalah. Kalau misalnya salah satu masyarakat membuat pesta besar untuk pernikahan anaknya tentu masyarakat yang lainnya akan mengikuti dan tidak mau kalah. Meningkatnya pendapatan petani dari pertanian kopi juga ditandai dengan munculnya kedai-kedai dan parter tuak yang baru yang menjual berbagai macam minum keras dan minuman beralkohol. Akibatnya bagi kalangan pria kepala keluarga dan pemuda menggunakan hasil pendapatan pertanian kopi untuk membeli minuman- minuman beralkohol. Jika malam hari sudah tiba, kebanyakan kaum lelaki di desa ini Universitas Sumatera Utara 97 menghabiskan pendapatanya di parter tuak. Sebagian ada yang tidak segan-segan pulang ke rumah dalam kondisi mabuk, sehingga sering menyebabkan adanya perselisihan dalam rumah tangga. Selain untuk membeli minuman beralkohol, bahkan sebagian orang juga yang menghabiskan pendapatanya untuk bermain judi di kedai. Adanya Penggarapan Tanah Seperti telah disebutkan dalam Bab II, bahwa sebelum pertaian kopi sangat jarang ditemukan masyarakat yang menjual tanah tanpa ada tujuan tertentu. Namun, hal negatif yang menjadi kebiasaan buruk masyarakat di desa ini setelah perkembangan pertanian kopi yaitu munculnya obsesi masyarakat untuk melakukan penggarapan tanah. Selain kebiasaan masyarakat Desa Parulohan untuk mengutang dan kehidupan yang konsumtif, ternyata ada muncul banyak konflik akibat pertanian kopi. Ketika masyarakat melihat potensi kopi dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat, luas lahan kopi sangat berkembang dan masyarakat menanam kopi semakin banyak. Namun, akibat perluasan lahan kopi terjadi hal yang diluar pemikiran masyarakat yaitu kejadian dimana terjadi pertengkaran antar keluarga masih semarga akibat penggarapan tanah. Meluasnya lahan pertanian kopi yang mengakibatkan juga semakin mahalnya harga tanah di Desa Parulohan. Dalam pembukaan lahan yang baru, para petani sering kali bertengkar karena ukuran tanah yang tidak tepat. Hal yang sering terjadi di desa ini yang mengakabitkan pertengkaran yaitu permasalahan dalam pembatas areal pertanian yang sering disebut bondargolat 79 . Bondar yang sebenarnya adalah jalan ataupun pemisah lahan pertanian yang satu dengan yang lain. Namun akibat lahan pertanian yang semakin luas, kegunaan bondar pun telah disalah artikan oleh petani. Para petani yang sangat terobsesi untuk hidup sukses membuka lahan yang sudah lama tidak diusahakan namun ternyata lahan itu adalah milik orang lain yang sudah lama 79 Bondargolat artinya garis pemisah antara lahan pertanian yang satu dengan lahan lain. Universitas Sumatera Utara 98 tidak diusahakan, sehingga mengakibatkan munculnya perdebatan yang sengit di kalangan petani. Penggarapan tanah ini sangat marak di Desa Parulohan yang menyababkan munculnya berbagai permasalahan. Baik akibat kesalahan perbatasan maupun yang dulunya di sewakan, ada masyarakat yang menyangkal bahwa tanah itu disewakan pada dia. Sehingga tanah yang diperuntukkan untuk saudara yang merantau biasanya sudah diusahakan oleh keluarganya yang tinggal di kampung tersebut. Universitas Sumatera Utara 99 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kehidupan petani merupakan permasalahan yang cukup serius untuk diperhatikan dan kemudian dicari jalan keluarnya yang baik. Hal ini perlu mengingat jumlah penduduk di Indonesia sebagian besar bermata pencaharian dari pertanian, sebagian besar penduduk Indonesia juga hidup sebagai petani. Selain juga petani di Desa Parulohan sebagai kelompok masyarakat pengahasil komoditi yang sangat penting bagi penduduk Indonesia dan Desa Parulohan pada Khususnya. Berkembangnya pola usaha pertanian di Desa Parulohan terlihat jelas setelah adanya pertanian kopi yang dimulai dari pertanian kopi Lasuna sejak awal tahun 1970. Perkembangan pola usaha pertanian kopi Lasuna dan Sigarar utang membawa pengaruh yang besar, sehingga mengakibatkan adanya perubahan perekonomian terhadap pola kehidupan para petani di desa ini. Pola usaha pertanian kopi yang bermamfaat sebagai sumber penghasilan juga sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan adanya sumber penghasilan yang berbeda bagi petani di desa Parulohan. Pola usaha pertanian padi dan ubi yang sebelumnya dilakukan dengan sistem nomaden berpindah-pindah. Berbagai perubahan yang terjadi banyak dirasakan oleh petani, baik dari sistem pertanian maupun perekonomian masyarakat. pertanian yang diusahakan oleh masyarakat mulai dari pertanian padi, bawang sampai pertanian kopi. Pertanian padi yang ada di Desa Parulohan ini awalnya bersifat subsistensial dan ditanam satu kali kali dalam setahun. Kehidupan yang subsisten tersebut menyebabkan perekonomian masyarakat desa ini jauh dari kemajuan dan perekonomian tergolong rendah. Lambat laun, pertanian padi di desa ini mengalami penurunan hasil panen. Hal Universitas Sumatera Utara 100 ini mengakibatkan adanya niat para petani melakukan pertanian sebagai sumber penghasilan lain selain hasil dari pertanian padi. Pada tahun 1988, masyarakat mulai menanam jenis kopi Sigarar utang. Kopi jenis arabika yang mempunyai kualitas tinggi serta harga yang tinggi. Dengan pertanian kopi ini banyak perubahan terhadap kehidupan masyarakat desa ini dari segi pendapatan, tingkat perekonomian serta pendidikan dan kesehatan. Selain itu juga pertanian ini juga membawa pengaruh buruk terhadap kehidupan masyarakat yaitu kehidupan yang lebih konsumtif, terjadinya penggarapan tanah serta berkurangnya kepedulian antar masyarakat. Meningkatnya hasil usaha pertanian kopi Lasuna dan Sigarar utang di Desa Parulohan. Hal tersebut berhasil karena adanya kecocokan tanaman kopi dengan suhu serta ketinggian serta hal lain yang mendukung. Kopi Lasuna dan kopi Sigrarar utang yang merupakan jenis tanaman keras, bisa tumbuh di berbagai macam tempat sehingga sangat mendukung dengan keadaan di desa ini. Kopi sangat mempunyai pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Desa Parulohan ini. Kemajuan yang dialami masyarakat terjadi setelah adanya pertanian kopi tersebut. Pola kehidupan masyarakat yang memprioritaskan pertanian kopi sebagai sumber utama mata pencaharian penduduk. Perbedaan jenis kopi yang dikembangakan oleh petani di desa ini, mengakibatkan sumber penghasilan petani mempunyai perbedaan. Namun, perbedaan itu bukanlah sebuah hal yang menyebabkan adanya perbedaaan ketimpangan sosial di kalangan petani. Universitas Sumatera Utara 101 Saran Dari hasil penelitian yang sudah disimpulkan diatas, maka peneliti berkeinginan memberikan saran yaitu:  Diharapkan agar masyarakat petani kopi Lasuna dan Sigarar utang kopi lebih bisa mengupayakan serta meningkatkan teknik pertanian yang bisa mendorong meningkatnya produksi tanaman kopi dan menggunakan hasil produksi pertanian kopi ke arah yang lebih tepat.  Diharapkan kepada pemerintah agar lebih memberi bantuan seperti subsidi pupuk, penganjuran bibit dan pemberian penyuluhan tentang teknik pertanian yang baik untuk masyarakat yang melakukan pertanian kopi.  Diharapkan kepada petani kopi agar lebih respon terhadap inovasi baru tentang cara atau teknik pengolahan lahan kopi agar produksi tanaman kopi dapat meningkat dan mutu kopi yang dihasilkan lebih bagus lagi. Universitas Sumatera Utara 13 BAB II DESA PARULOHAN HINGGA TAHUN 1988

2.1. Asal-Usul Nama Desa