Self-Indication Orientasi Nilai Pengguna Jilbab Dikalangan Mahasiswi FISIP USU

18 dalam kelompok itu, daripada menempatkan individu itu pada satu posisi yang menentang kelompok. Doyle, 1986 :17-24 Di dalam interview guide ,penulis banyak menanyakan tentang sejarah dan bagaimana awal mula informan menggunakan jilbab, maka dapat dihubungkan dengan menggunakan tahap-tahap dalam perkembangan konsep diri, yaitu tahap bermain, tahap pertandingan dan tahap generalized other, untuk dapat mengetahui awal mula dan faktor pendorong informan dalam menggunakan jilbab serta pemaknaannya.

2.2 Self-Indication

Dalam Poloma, Blumer 1969 : 4-5 juga menyatakan “bagi seseorang makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam kaitannya dengan sesuatu itu. Tindakan-tindakan yang mereka lakukan akan melahirkan batasan sesuatu bagi orang lain.” Aktor memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan, dan mentransformir makna dalam hubungannya dengan situasi dimana dia ditempatkan dan arah tindakannya. Sebenarnya, interpretasi seharusnya tidak diangap hanya sebagai penerapan makna-makna yang telah ditetapkan, tetapi sebagai suatu proses pembentukan dimana makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrumen bagi pengarahan dan pembentukan tindakan. Blumer 1969: 80 menyanggah individu bukan dikelilingi oleh lingkungan obyek-obyek potensial yang mempermainkannya dan membentuk perilakunya.Gambaran yang benar ialah dia membentuk obyek-obyek itu, misalnya berpakaian atau mempersiapkan diri untuk sesuatu hal, individu Universitas Sumatera Utara 19 sebenarnya sedang merancang obyek-obyek yang berbeda, memberinya arti, menilai kesesuaian dengan tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut.Inilah yang dimaksud dengan penafsiran atau bertindak berdasarkan simbol-simbol. Manuisa merupakan aktor yang sadar dan refleksif, yang menyatukan obyek- obyek yang diketahuinya melalui apa yang disebut Blumer 1969:81 sebagai proses self-indication .Self-indication adalah proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu. Proses self-incication ini terjadi dalam konteks sosial dimana individu mencoba “mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia menafsirkan tindakan itu”. Poloma, 2010: 260-261 2.2.1 Tiga Premis Interaksionisme Simbolik Bagi Blumer , interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga premis, yaitu: 1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. 2. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial sesorang dengan yang lainnya. 3. Lalu makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung. 2.2.2 Ide-ide Dasar Interaksionisme Simbolik Universitas Sumatera Utara 20 Ide-ide dasar atau “root images”yang di ketengahkan oleh Blumer adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur sosial. 2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain. Interaksi-interaksi nonsimbolis mencakup stimulus-respon yang sederhana, sedangkan Interaksi simbolis mencakup “penafsiran tindakan”. 3. Obyek-obyek tidak memiliki makna yang instrinstik; makna lebih merupakan produk interaksi-simbolis. Obyek-obyek dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori yang luas: a obyek fisik, seperti meja,tanaman, atau mobil. b obyek sosial seperti guru, ibu, menteri atau teman, dan c obyek abstrak seperti nilai-nilai, hak dan peraturan, Blumer 1969: 10-11 dalam Poloma, membatasi obyek sebagai “segala sesuatu yang berkaitan”. Dunia obyek “diciptakan, disetujui, ditransformirkan dan dikesampingkan” lewat interaksi- simbolis. Ilustrasi peranan makna yang diterapkan kepada obyek fisik dapat dilihat dalam perlakuan yang beda dalam perlakuan yang beda terhadap sapi di Amerika dan India. Apabila di Amerika sapi adalah makanan, lain hal apabila di India yang mengangap sapi adalah suatu hal yang sakral. Bila dilihat dari perspektif lintas kultural,obyek-obyek fisik yang maknanya kita ambil begitu saja bisa dianggap terbentuk secara sosial. Universitas Sumatera Utara 21 4. Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai obyek. Jadi seorang pemudi dapat melihat dirinya sebagai mahasiswi ,pengguna jilbab, isteri, dan seoang yang baru saja menjadi ibu. Pandangan terhadap diri sendiri ini, sebagaimana dengan semua obyek, lahir di saat proses interaksi simbolis. 5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Blumer menulis 1969: 15 : Pada dasarnya tindakan manusia itu terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahuinya dan melahirkan serangkaian kelakuan atas dasar bagaimana mereka menafsirkan hal tersebut. Hal-hal yang dipertimbangkan itu mencakup berbagai masalah seperti keinginan dan kemauan, tujuan dan sarana yang tersedia untuk mencapainya, serta tindakan yang diharapkan dari orang lain, gambaran tentang diri sendiri, dan mungkin hasil dari cara bertindak tertentu. 6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota- anggota kelompok; hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai; “organisasi sosial dari perilaku tindakan –tindakan berbagai manusia” Blumer, 1969: 17. Sebagai besar tindakan bersama tersebut berulang-ulang dan stabil, melahirkan apa yang disebut para sosiolog sebagai “kebudayaan” dan :aturan sosial”.

2.3 Penelitian Terdahulu