Jilbab Masa Kini dan Harapan

88 yang dulunya itu-itu saja, yaitu jilbab yang dipasangkan dikepala dengan menyerupai segitiga dan di pasang jarum peniti di bagian bawah dagu sebagai pengait serta jilbab yang dipakai dengan cara di lilitkan ke leher. Namun sekarang trend jilbab yang terjadi seperti membawa “angin segar” bagi kaum muslimah yang ingin mengekspresikan diri dan mempercantik diri sekaligus dapat beribadah dengan memadukan banyak warna dan lipatan-lipatan.

4.4.3 Jilbab Masa Kini dan Harapan

Harapan berasal dari kata “harap” yang berarti memohon, minta atau keinginan agar sesuatu terjadi, jadi harapan adalah sesuatu yang dapat diharapkan agar dapat terjadi.Dalam penggunaan jilbab oleh mahasiswi FISIP USU banyak harapan yang disampaikan oleh subyek penelitian mengenai jilbab. Harapan yang disampaikan subyek penelitian terhadap penggunaan busana muslimah pada masa kini datang dari Yolanda, Poetri dan juga Salwa, yaitu sebagai berikut: Poetri “…walaupunmerekaberjilbab tapi masih ehh belum sesuai syariat Islam gitu yakan, cuman gapapa siapa tahusetelah mereka pake dan banyak belajar insya Allah bisa lebih rapi gitujilbabnya, bisa lebihsesuai dengan syariat jilbabnya” Salwa: Universitas Sumatera Utara 89 “….kalau daripada setengah-setengah gitu jilbabnya mending udahbuka aja gitu daripada nanti semakin melukai agama. cuman kalau memang adayang seperti itu, ya temenin aja temenin, mudah-mudahan dengan begitu dia menjadi terpengaruh atau sadar bahwa dia salah.” Yolanda: “Tapi bagus juga sih, walaupun misalnya awalnya jilbab nya itu untuk gaya-gayaan tapi kan nanti bisa berubah jadi jilbab yang bener, kayak gitu” Harapan-harapan itu muncul karena adanya rasa prihatin akan perkembangan jilbab masa kini, yang dianggap oleh Yolanda, Poetri, dan Salwa sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Berdasarkan nilai- nilai yang terkandung dalam agama Islam tentang ketentuan penggunaan jilbab yang sesuai dengan syariat adalah yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, terbuat dari kain yang tebal serta tidak transparan, jilbabnya longgar atau tidak ketat dan tidak membentuk lekuk tubuh, dan yang terakhir tidak menyerupai pakaian laki-laki artinya tidak menggunakan celana jeans atau bergaya tomboy. Kemunculan variasi dalam penggunaan jilbab banyak menimbulkan pro-kontra khususnya dikalangan umat muslim. Di Indonesia sendiri penggunaan jilbab sudah sangat bervariasi, baik jenis-jenis kain nya, maupun merk-merk jilbab tertentu yang banyak muncul ke permukaan. Sebagai negara yang sedang berkembang, masyarakatnya pun dengan mudah mempelajari dan menerima informasi-informasi dari luar, yang lalu diadopsi menjadi “kebudayaan” nya sendiri atau bahkan menciptakan kebudayaan atau aturan yang baru. Di lain sisi trend penggunaan jilbab Universitas Sumatera Utara 90 mengkampanyekan penutup aurat oleh kaum muslimah, dan dampak nya dapat kita lihat sekarang ini, banyak muslimah yang sudah beralih menggunakan jilbab, namun di sisi yang lainnya, trend jilbab ini menciptakan aturan baru yang dibuat oleh manusia itu sendiri dan mengesampingkan aturan baku yang sudah ada sebelumnya yang berasal dari agama Islam. Aturan baru tersebut dapat berupa penggunaan make-up oleh pengguna jilbab, pakaian sebagai perhiasan, jilbab yang ketat sehingga memperlihatkan lekukan tubuh dan jilbab sebagai pengganti rambut sehingga dapat di kreasi kan sesuka hati oleh si pengguna jilbab. Informan non-muslim yang bernama Asima dan Feby, sebagai orang dari “luar”, menilai penggunaan jilbab pada maasa sekarang adalah salah.Dengan penilaian berdasarkan penggunaan jilbab di kalangan mahasiswi FISIP USU sudah tidak sesuai dengan aturan dasar.walaupun mereka seorang non-muslim, namun mereka mengetahui secara garis besar bahwa dalam menggunakan jilbab seharusnya tidak terlihat seksi melainkan harus sopan dan tertutup sempurna. Sedangkan yang dapat mereka lihat di FISIP, mayoritas jilbab hanya sebagai identitas saja tanpa berlandaskan hukum agama. Mereka menyampaikan pendapat sebagai berikut: Feby: “jadi malah pengguna jilbab yang seksi itu malah menjelekkan agamanya sendiri, padahal agama kan mengajarkan yang baik, cuman itu tadi lah , gak baguslah pasti nya, jadi seolah-olah dia mencemari agamanya sendiri gitu.” Universitas Sumatera Utara 91 Asima: “sudah tidak sesuai dengan faedah dho penggunaan jilbabnya, kebanyakan. 85 iyalah, tengoklah ikhwat- ikhwat akhwat-akhwat apanya namanya utnuk yang cewek? Cuma sedikit kan peserta nya kan? Kan kayak gitu kan jilbab besar penggunaan yang bagus?” Melihat perkembangan jilbab hingga pada masa sekarang, dengan hadirnya terobosan-terobosan baru dalam berbusana mengakibatkan pandangan masyarakat tetang jilbab kini menjadi bercabang. Jilbab yang awalnya merupakan alat untuk menutupi aurat seorang perempuan, melindungi tubuh dari pengaruh buruk lingkungan sebagaimana fungsi pakaian pada umumnya dan merupakan perintah agama, kini di dalam masyarakat,memiliki sudut pandang yang lain yaitu jilbab sebagai trend fashion, yang hanya sebatas salah satu model berpakaian tanpa ada unsur ibadah didalam nya. Sehingga memuncukan pendapat sebagai berikut : Ana: “zaman sekarang mayoritas pakaian jilbab nya ituudah salah,karenaorang itu lebih mengutamakan kecantikan, dalam penggunaan jilbab itu salah, harusnya kan niat menggunakan jilbab itu menghilangkan dari fitnah ya tapi sekarang orang-orang malahmengajak kedalam fitnah. Seperti menggunakan jilbab biar cantik, biar kelihatan modern,cantik, digaya-gaya, nah itu kan mengajak ke fitnah, bukan untuk menghindari fitnah.” Namun di lain sisi, dengan perkembangan jilbab sekarang ini menjadi seperti sebuah kampanye, mempromosikan jilbab sebagai salah satu model berpakaian perempuan pada masa kini, sehingga tidak Universitas Sumatera Utara 92 ketinggalan dengan model berpakaian yang lain. Dan merupakan suatu hal yang wajar dalam kehidupan, dimana segala sesuatu nya terdapat hal-hal baru yang muncul, termasuk dalam dunia fashion.Sehingga beberdampak positif yaitu semakin banyak muslimah yang menggunakan jilbab walaupun menurut kebanyakan orang, banyak terdapat penggunaan jilbab yang salah kaprah tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Universitas Sumatera Utara 93 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang orientasi nilai pengguna jilbab di kalangan mahasiswi FISIP USU, dan telah dilakukan pembahasan terhadap temuan yang di dapat di lapangan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan banyaknya cara penggunaan dari jilbab, mengakibatkan munculnya beranekaragam variasi dalam penggunaan nya sehingga mendorong munculnya berbagai jenis pengguna jilbab, yaitu jilbab syaribesar, jilbab semitanggung jilboobs, jilbab modis, dan bahkan jilbab ekstrem. Yang kesemuanya itu merupakan efek dari kurangnya pemahaman kaum muslimah tentang penggunaan jilbab yang sesuai dengan aturan dalam agama Islam, perkembangan fashion yang semakin luas jangkauan nya, dan sisi kekreatifan manusia. 2. Mahasiswi pengguna jilbab di FISIP USU memiliki pemahaman yang berbeda tentang bagaimana cara berbusana muslimah terkini, pengetahuan diri tentang jilbab, pemaknaan akan jilbab, dan cara menyikapi persoalan tentang jilbab. Hal ini merupakan hal yang wajar, dikarenakan diri merupakan hasil dari apa yang telah digeneralisir orang lain. Fakta-fakta, berita, kejadian, maupun mitos yang terdapat di sekitar individu, menjadi bahan pertimbangan dan memperkaya wawasan nya dalam memaknai, menilai, dan bagaiamana bersikap akan sesuatu hal tersebut yang dalam hal ini adalah tentang penggunaan jilbab Universitas Sumatera Utara 94 3. Orientasi nilai pengguna jilbab di kalangan mahasiswi FISIP USU bermacam-macam, yaitu kekinian, keindahan, perlindungan diri, identitas diri, pembatas, keanehan, harapan, kepantasan, dan harapan. Kekinian yang berarti sesuatu hal yang sedang populer, merupakan hal yang banyak di kejar oleh orang-orang saat ini dengan dalih tidak ingin ketinggalan zaman. Pada persoalan jilbab, banyak jenis jilbab pada masa sekarang ini. Video- video tutorial cara pemakaian jilbab juga ramai di media sosial. Pada penilitian ini didapati bahwa kekinian dapat terjadi pada dua hal yang berbeda namun tetap pada konteks yang sama, yaitu jilbab. Pertama kekinian dalam arti keagamaan dimana para muslimah berlomba-lomba untuk menggunakan jilbab secara syari besar. Dan yang kedua adalah dalam arti Fashionable, dimana jilbab memiliki nilai estetika yang sarat akan nilai ekstrinsik, jilbab digunakan sebagai sarana mengekspresikan diri melalui cara pemakaian. Sehingga jilbab yang seperti ini mendapatkan pro dan kontra di dalam masyarakat, dikarenakan dianggap tidak sesuai dengan aturan syariat, namun dilain sisi semakin banyak kaum muslimah yang awalnya tidak berjilbab, secara perlahan namun pasti pengguna jilbab semakin bertambah setiap hari nya. 4. Jilbab yang merupakan sebah identitas diri, dapat hadir sebagai perisai perlindungan bagi kaum muslimah, agar dapat terhindar dari segala jenis gangguan yang ditimbulkan lingkungan atau orang sekitar. Berdasarkan hasil penelitian, laki-laki akan lebih berperilaku sopan dan santun apabila berhadapan dengan seorang perempuan berjilbab sopan. Namun pada perkembangan nya jilbab pada masa sekarang dimaknai sebagai agar Universitas Sumatera Utara 95 seseorang terlihat menjadi lebih menarik, lebih populer ketimbang fungsinya sebagai salah satu perintah agama, yang dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pergeseran makna pada penggunaan jilbab. Hal ini dikarenakan adanya suatu “gebrakan” baru dalam dunia berpakaian muslimah. yaitu dengan banyaknya variasi jenis kain dan cara penggunaan nya dibandingkan dulu yang jenis jilbab dan cara pemakaian nya cenderung monoton dengan jilbab segitiga yang dililit ke kepala dan memakai peniti dibawah dagu. 5. Jilbab dapat hadir sebagai sesuatu yang “suci” sehingga beberapa subyek penelitian merasa belum pantas untuk menggunakan jilbab karena subyek penelitian merasa bahwa dia masih banyak memiliki kesalahan dan belum sanggup untuk menjaga tingkah lakunya. Seakan dalam penggunaan jilbab, maka sebelumnya haruslah menjadi pribadi yang “sempurna” dengan memiliki sifat-sifat dan sikap-sikap kebaikan di dalam dirinya. Hal seperti ini yang saat ini menjadi mindset di masyarakat. Sehingga untuk orang yang belum memiliki kepribadian “sempurna” tadi maka belum cocok atau pantas menggunakan jilbab. 6. Jilbab masa kini dipandang sebagian subyek penelitian merupakan jilbab yang tidak murni karena alasan utama berjilbab bukan karena agama, maka dari itu harapan-harapan dari subyek penelitian muncul yang bahkan juga dari mahasiswi non-muslim yang prihatin dengan kondisi jilbab saat ini.

5.2 Saran