Orientasi Nilai Pengguna Jilbab Dikalangan Mahasiswi FISIP USU

(1)

LAMPIRAN

Foto: Salwa Foto: Poetri

Foto: Feby Foto: Ayu


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdullah Zulkarnain. 2003. Mengapa Harus Perempuan?. Yogyakarta: Ruzz Media

Al-Ghifari Abu. 2005. Jilbab Seksi. Bandung: Media Qalbu

Agus Bustanuddin. 2003. Sosiologi Agama. Padang: Andalas University Press Al-Mahali Iqbal Abu.2003. Muslimah Modern Dalam bingkai Al-Qur’an dan al-Hadits. Yogyakarta: LeKPIM

Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern 2. Jakarta: Rajawali Press

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Nasution Arif M, Hamdani, Humaizi, Sitorus Henry & Thamrin Husni. 2008. Metodologi Penelitian. Medan: Fisip USU Press

Poloma M Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Ritzer, George& Goodman.2008.Teori Sosiologi Modern. Edisi Keenam. Jakarta :Kencana Prenada Media Group.

Soejono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Siauww Y Felix. 2013. Yuk, Berhijab!. Bandung: Misan Media Utama

Wirawan, I.B. 2012.Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenada Media Group


(3)

Budiastuti. 2012. Jilbab Dalam Perspektif Sosiologi (studi pemaknaan jilbab di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta). Tesis. Program Pasca Sarjana Sosiologi. FISIP UI

Skripsi:

Yuniar, Restia , One. 2014. Pengaruh Pemakaian Jilbab Terhadap Perilaku Siswi Kelas XI SMA Negri I Jatisrono Wonogiri.Skripsi. Program Studi Pendidikan Islam. Fakultas Agama Islam. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jurnal:

Mufidah, Zuhri, Kohobir dan Sopiah. Persepsi Mahasiswi Terhadap Jilbab Gaul. Jurusan Tarbiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pekalongan

Nova Yohana dan Dadi Ahmadi.Konstruksi Jilbab sebagai Simbol Keislaman. 2007 . Mediator Vol 8 No 2.

Rofiul Mula Hela, Moh Yasir Alimi dan M S Mustofa. Pemakaian Jilbab Kreasi Baru di Kalangan Mahasiswi. 2013. Jurusan Sosiologi Antropologi Universitas Negeri Semarang.

Maiyusnida.Trend Jilbab Mewarnai Dunia Kampus. 2006. Volume 1 Nomor 1. Jurnal Kerabat

Situs Web:


(4)

(diakses pada 20 November 2015, pukul 16.45)

(dikses pada 19Desember 2015, pukul 19.15)

( diakses pada 10 Maret 2016, pukul 20.30)


(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan agar mencapai suatu tujuan atau dengan istilah lain suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun cara mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Secara lebih mendalam lagi Sugiyono (2009 : 6) menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu hingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus sebagai kajian yang rinci atas suatu latar atau peristiwa tertentu. Studi Kasus merupakan penelitian yang penelaahannya kepada suatu kasus dilakukan secara intensif, mendalam (indepth study) dan mendetail sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap.Studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Walaupun demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti , tetapi juga dapat diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Dengan kata lain, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang akan diteliti.


(6)

Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati. Dengan demikian penulis akan memperoleh data atau informasi lebih mendalam mengenai orientasi nilai pengguna jilbab di kalangan mahasiswi FISIP USU.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kawasan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jalan Dr. A. Sofyan Nomor 1 Padang Bulan, Medan. Adapun alasan penulis dalam memilih lokasi penelitian ini adalah karena penulis merupakan salah satu mahasiswa di FISIP USU, yang akan mempermudah penulis dalam pengambilan data penelitian serta merasa tertarik dengan persoalan-persoalan perkembangan busana muslimah yang mengalami perubahan dari tahun ke tahun.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Dalam melakukan penelitian, didalamnya harus terdapat unit analisis (satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian) dan informan yang menjadi sumber informasi dalam penelitian.

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah mengatur urutan data, dan mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian besar (Moleong, 2000).Ada dua jumlah unit yang lazim digunakan dalam penelitian sosial yaitu individu, kelompok, dan sosial.Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian sosial yaitu individu, kelompok, dan sosial.Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah mahasiswi


(7)

muslimah pengguna jilbab, mahasiswi muslimah tidak menggunakan jilbab, mahasiswi non-muslim, dan dosen agama di FISIP USU.

3.3.2 Informan

Orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah informan.Informan dalam sebuah penelitian dibedakan menjadi dua yaitu Informan Kunci dan Informan Pendukung data penelitian (informan biasa) Dalam penentuan informan, peneliti menggunakan teknik Purposive sampling.Dimana Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.Artinya peneliti harus menentukan karakteristik tertentu dalam mencari informan (Sugiyono. 2010:91). Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Informan kunci

Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci (key informant) adalah Mahasiswi pengguna jilbab.

Karakteristik informan kunci adalah sebagai berikut: 1. Pengguna jilboobs,

2. Pengguna jilbab semi, dan 3. Pengguna jilbab syari.

b. Informan Pendukung (informan biasa)

Informan pendukung atau informan biasa adalah orang yang dapat dijadikan sebagai pelengkap dari informasi yang dibutuhkan. Adapun yang menjadi informan biasa dalam penelitian


(8)

ini adalah mahasiswi non-muslim, dan mahasiswi muslim yang tidak mengenakan jilbab.

3.4 Teknik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan berdasar dari dua sumber yaitu dengan pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

3.4.1 Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah peneliti melakukan kegiatan langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara :

1. Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya.(Bungin, 2010).Penulis akan melakukan pengamatan terhadap penampilan busana muslimah, interaksi, tingkah laku, sikap, maupun gaya bicara dan aktivitas para mahasiswi FISIP USU untuk dapat memahami orientasi nilai dalam penggunaan jilbab dari para informan.


(9)

2. Wawancara mendalam

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang yang menjadi informan dari peneliti ini dapat disebut dengan metode interview guide yakni aturan-aturan daftar pertanyaan yang dijadikan acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data dengan wawancara yang dilakukan berulang-ulang kali dan membutuhkan waktu yang cukup lama bersama informan dilokasi penelitian. Wawancara mendalam (in-depth interview) yang dimaksud adalah percakapan yang sifatnya terbuka dan tidak baku. Pada penelitian kali ini, penulis akan melakukan wawancara mendalam kepada informan mengenai alasan, pandangan dan sikap terhadap jilbab dan perkembangannya.

3. Dokumentasi

Melalui metode ini, penulis mengumpulkan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian, namun melalui dokumen sebagai pendukung penelitian yang berupa foto.

3.4.2 Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui penelitian studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data yang diperoleh dari buku-buku ilmiah, jurnal, tulisan ilmiah dan laporan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.


(10)

3.5 Interpretasi Data

Menganalisis data menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan data kedalam susunan-susunan tertentu dalam rangka penginterpretasian data.Analisis data ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik pengamatan (observasi), wawancara, atau catatan lapangan lainnya yang kemudian ditelaah dan dipelajari.Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan diinterpretasikan secara kualitatif. Interpretasi data merupakan proses pengolahan data dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi dilapangan.

3.6 Jadwal Kegiatan Tabel 1 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra observasi 

2 ACC judul penelitian  3 Penyusunan

Proposal   

4 Seminar

DesainPenelitian 

5 Revisi proposal

penelitian 

6 Penelitian

lapangan   

7 Pengumpulan dan

Interprestasi data  

8 Bimbingan   

9 Penulisan laporan

akhir   

10 Sidang Meja


(11)

3.7Keterbatasan Penelitian

Dalam proses penyelesaian penelitian, peneliti mendapatkan beberapa kendala dan hambatan yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. yang mana kendala tersebut dapat datang dari faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal nya adalah, diri peneliti sendiri yang mana adalah seorang laki-laki,yang menanyakan banyak pertanyaan tentang dunia perempuan yang kesemua imforman merupakan seorang perempuan, sehingga hal ini nantinya juga akan berdampak pada faktor eksternal. Yaitu beberapa subyek penelitian tidak begitu terbuka dalam menyampaikan bagaiaman proses ia mulai berjilbab, bersikap malu-malu dan bahkan takut. Faktor eksternal lainnya adalah berhubungan dengan persetujuan waktu untuk melakukan wawancara yang selalu berubah-ubah disetiap informan nya.

Sehingga diperlukan usaha lebih seperti membuat suasana lebih santai dengan meminta agar informan pada saat wawancara ditemani oleh salah seorang temannya dan penggunaan bahasa yang tidak terlalu baku oleh peneliti (menggunakan bahasa sehari-hari) agar poin-poin yang ingin peneliti ketahui bisa didapatkan.


(12)

BAB IV

HASIL TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Profil Informan

Dalam penelitian tentang “Orientasi Nilai Pengguna Jilbab di Kalangan Mahasiswi Fisip USU” diperlukan informan untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini. Berikut merupakan daftar profil-profil informan:

4.1.1 Nama : Poetri Azela Aisyah

Umur : 22 Tahun

Semester : 8

Departemen: Kesejahteraan Sosial

Poetri Azela Aisyah atau yang akrab di sapa Poetri ini adalah mahasiswi pengguna jilbab besar/syari asal Padang.Poetri termasuk mahasiswi yang aktif berorganisasi, di dalam kampus ia mengikuti organisasi UKMI AS-SIYASAH FISIP USU dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).

Poetri juga menyukai olahraga bela diri, yang mana tidak semua perempuan menyukai dan mau menekuni olahraga yang identik dengan kaum laki-laki ini. Poetri pada semeseter 1 hinga semester 3 mengikuti salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Beladiri di USU, yaitu bela diri Perguruan Pencak Silat Bela Diri Tangan Kosong Merpati Putih (PPS


(13)

BETAKO MERPATI PUTIH) kolat (Kelompok Latihan) USU. Ia mengikuti perguruan tersebut hampir 2 tahun, dan bernaung di Lasutri (Latihan Khusus Putri).

Namun saat ini ia sudah vakum dikarenakan pada saat UKT (Ujian Kenaikan Tingkat) para anggota perguruan harus bertelanjang kaki dalam artian lain tidak boleh mengenakan alas kaki berupa kaus kaki, sandal, dan sepatu. Dimana hal itu dimaksudkan agar lebih menyatu dengan alam dan merupakan latihan agar memperkuat kaki.Namun di dalam kelilmuan Islam, kaki merupakan salah satu aurat bagi kaum perempuan, sehingga tidak boleh diperlihatkan.Hal ini lah yang menjadi pertimbangan Poetri untuk vakum dari UKM Beladiri Merpati Putih.

Saat ini Poetri yang merupakan mahasiswi tingkat akhir sedang mengerjakan skripsi nya tentang kekerasan pada anak yang studi kasus nya ia lakukan di PKPA (Pusat Kajian Perlindungan Anak) di jalan Abdul Hakim, Setia Budi.

4.1.2 Nama : Rama Salwa

Umur : 21 Tahun

Semester : 6

Departemen: Ilmu Komunikasi

Rama Salwa merupakan responden kedua sebagai mahasiswi pengguna jilbab besar/syari.Ia merupakan warga Medan asli yang bertempat tinggal di Tembung. Salwa kini sebagai mahasiswi yang


(14)

bernaung di departemen Ilmu Komuniasi, semester 6. Saat akan pergi kuliah, Salwa menggunakan sepeda motor, dikarenakan jarak dari rumah dan kampus yang jauh.

Salwa dulunya saat masih duduk di bangku SMA merupakan siswi yang aktif berorganisasi sehingga memiliki kesibukan yang padat. Namun kesibukannya tersebut menjadi seperti buah simalakama bagi dirinya, dikarenakan Salwa tidak sempat untuk melihat Almarhum Ayah untuk terakhir kalinya dikarenakan kesibukan nya di kegiatan sekolah. Almarhum ayah Salwa meninggal dunia karena komplikasi penyakitnya.

Salwa merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakak dari Salwa dulu nya merupakan seorang model namun kini sudah meninggalkan profesi tersebut dan beralih menjadi pengguna jilbab syari.Kedua hal diatas merupakan faktor utama Salwa dalam menggunakan jilbab syari hingga kini.

4.1.3 Nama : Restu Riana Siregar

Umur : 20 Tahun

Semester : 4

Departemen: Kesejahteraan Sosial

Restu Riana Siregar yang akrab di panggil Ana adalah mahasiswi perantauan asal Rantau Prapat. Ana di medan ngekost di jalan Suka baru gang Sipirok. Namun kini ia tinggal di Kampung Lalang dikarenakan menjaga nenek nya yang sedang jatuh sakit. Sehingga Ana apabila ingin


(15)

pergi ke kampus, maka ia harus berangkat 1 jam lebih awal dikarenakan jarak yang jauh dan angkutan umum yang padat.

Ana berasal dari keluarga yang religius, sehingga ia memiliki kesadaran diri yang tiggi. Dapat dilihat berdasarkan pengalamannya yang pernah menggunakan jilbab besar, namun kembali menggunakan jilbab semi/tanggung, dikarenakan masih merasa kurang pantas dan banyak hal yang harus diperbaiki terlebih dahulu dalam mengenakan jilbab.

4.1.4 Nama :Yolanda Prastika Siregar

Umur : 19

Semester : 2

Departemen: Administrasi Negara

Informan saya selanjutnya bernama Yolanda Prastika Siregar yang biasa dipanggil Yo. Yolanda dulu berasal dari SMA yang memang mengharuskan siswi nya mengenakan jilbab di daerah Binjai

Yolanda apabila dilihat merupakan mahasiswi yang energic , ternyata penampilannya yang energic sejalan dengan hobi yang ia jalani yaitu olahraga Lari. Yolanda mengaku lebih nyaman tidak menggunakan jilbab saat sedang berolahraga lari, dikarenakan apabila megenakan jilbab ketika berolahraga, ia merasa risih dan kepanasan.

Yolanda yang merupakan mahasiswi baru, dan baru bertemu dengan peneliti, sangat terbuka dalam proses wawancara dan cenderung blak-blakan yang hal tersebut menguntungkan bagi peneliti.


(16)

4.1.5 Nama : Nurul (bukan nama sebenarnya)

Umur : 22

Informan selanjutnya bernama Nurul (bukan nama sebenarnya) merupakan mahasiswi yang menggunakan jilbab jenis jilbobs. Dalam kesehariannya Nurul mengaku sering tidak mengenakan jilbab, dan hanya pada saat-saat tertentu saja mengenakan jilbab, contohnya saat pergi ke kampus.

Nurul yang saat ini tinggal di Medan dengan mengontrak sebuah rumah di Pasar II dengan kelima temannya yang berasal dari berbagai fakultas di USU setiap harinya ke kampus pergi dengan menggunakan sepeda motor. Maka ia lebih sering menggunakan celana daripada rok saat berpergian.

4.1.6 Nama : Nina (bukan nama sebenarnya)

Umur : 23

Departemen: Antropologi Sosial

Nina merupakan mahsiswi yang berasal dari Bandar Betsi yang berkuliah di FISIP USU, departemen Antropologi sosial. Nina termasuk orang yang easy going, dapat dibuktikan ketika saat wawancara dengan peneliti, walaupun baru berjumpa namun sikap nya yang ramah dan murah senyum membuat proses wawancara untuk mendapatkan poin-poin tertentu berlangsung dengan cepat. Dikarenakan keterbukaan oleh informan ini sendiri.


(17)

4.1.7 Nama: Ayu Ladila Sebayang

Umur : 22

Semester: 8

Departemen: Sosisologi

Ayu merupakan mahasiswi tingkat akhir di FISIP, perempuan berdarah Karo ini adalah penduduk asli kota Medan. Ayu bertempat tinggal di daerah Simalingkar.Ayu berkuliah sambil bekerja sebagai SPG.Pekerjaan Ayu sebagai SPG tidak lah mengganggu perkuliahan nya di departemen Sosiologi.

Ayu yang tidak menggunakan jilbab ini memiiki keinginann suatu saat untuk juga dapat mengenakan jilbab secara total, dikarenakan ia merasa bersalah tidak mengenakan jilbab, ketika ditanyai kapan berjilbab Ayu menjawab ketika sudah menikah.

4.1.8 Nama: Vika (Bukan Nama Sebenarnya)

Umur : 22

Semester : 8

Selanjutnya informan muslimah tidak berjilbab saya yang kedua bernama Vika (bukan nama sebenarnya) merupakan mahasiswi FISIP yang tidak menggunakan jilbab. Vika merupakan warga asli Medan dan bersuku jawa yang tinggal di lingkungan masyarakat tionghoa. Ayah dari Vika merupakan suku tionghoa sedangkan ibu nya bersuku Jawa. Vika


(18)

merupakan seorang mualaf, agama yang dianutnya sebelum Islam adalah Nasrani.

4.1.9 Nama : Feby Anastasya

Semester: 8

Umur : 22

Departemen: Sosiologi

Feby merupakan mahasiswi bersuku Karo asal Pekanbaru, Riau.Feby tinggal dimedan bersama seorang adik perempuannya yang saat ini sedang mengenyam pendidikan SMA.Sedangkan orang tua nya berada di Riau.Feby bersama adiknya mengurus rumah bersama-sama, sehingga mereka mampu untuk lebih menumbuhkan sifat kemandirian mereka.

Feby dalam proses wawancara sangat terbuka dalam meberikan pandangan terhadap kondisi pengguna jilbab dan pekembangan jilbab terkini. Dikarenakan juga Feby dikenal sebagai orang yang blak-blakan dalam berbicara dengan teman-teman.

4.1.10 Asima Tupauli Panggabean

Semester: 8

Umur : 22


(19)

Asima merupakan warga Siantar yang tinggal di jalan Ade Irma. Di Medan, Asima tinggal bersama dengan bibinya di daerah yang cukup jauh dari USU, yaitu Namorambe. Asima pergi ke kampus dengan menggunakan angkutan umum.

Asima memiliki sifat yang sama dengan Feby yaitu blak-blakan dalam berbicara. Sehingga dalam proses wawancara ia mengemukakan pendapatnya tentang kodisi jilbab di FISIP secara gamblang. Asima jugamerupakan seorang mentor di salah satu tempat bimbingan belajar di kota Medan, dan tak jarang dirinya sering keluar kota Medan bersama mentor-mentor lainnya untuk member pengajaran pada siswa-siswi nya.

Tabel 2 : Biodata Infoman

No Nama Lengkap Umur Semester Departemen

1. Poetri Azela Aisyah 22 8 Kesejahteraan Sosial

2. Rama Salwa 21 6 Komunikasi

3. Restu Riana Siregar 20 4 Kesejahteraan Sosial

4. Yolanda Prastika Siregar 19 2 Administrasi Negara

5. Nurul (Bukan Nama Sebenarnya) 22 - -

6. Nina (Bukan Nama Sebenarnya) 23 - Antropologi Sosial

7. Ayu Ladila Sebayang 22 8 Sosiologi

8. Vika (Bukan Nama Sebenarnya) - - -

9. Feby Anastasya 22 8 Sosiologi

10. Asima Tupauli Panggabean 21 8 Sosiologi

4.2 Alasan Penggunaan, Proses dan Jenis Jilbab

Setiap keputusan yang diambil oleh seseorang, terdapat alasan kenapa ia mengambil keputusan tersebut. Yang keputusan tersebut dapat mengubah hidupnya, bahkan juga mempengaruhi kehidupan orang lain disekitarnya.


(20)

Dalam teori Konsep Diri, diri sebagai penerima diri sendiri adalah sebagai sebuah obyek dan diri mampu memposisikan kapan menjadi subyek dan kapan menjadi obyek, yang mampu menilai dirinya sendiri maupun orang lain. Hal ini didapati pada setiap subyek penelitian dimana mereka mampu menilai, mengoreksi, menjelaskan, memahami apa yang diri mereka dan orang lain lakukan tentang persoalan jilbab.

Mead mengatakan bahwa walaupun konsep diri itu ada di dalam kesadaran subyektif seseorang, namun individu tidak dilahirkan dengan suatu konsep diri. Konsep diri bisa didapatkan oleh individu ketika melakukan interaksi dengan orang lain dan mengalami apa yang dikatakan Mead sebagai pengalaman sosial, yang dalam hal ini individu dalam proses pertumbuhannya selalu mengalami penambahan identitas.

Keputusan menggunakan jilbab yang diambil dan dialami oleh subyek-subyek penelitian memiliki alasan yang berbeda-beda, berdasarkan pandangan dalam teori Self-indication, alasan-alasan yang berbeda tersebut karena merupakan hasil dari apa yang telah digeneralisir orang lain serta interaksi dengan diri sendiri. Fakta-fakta, berita, kejadian yang terjadi, maupun mitos yang terjadi di sekitar individu, menjadi bahan pertimbangan dan memperkaya wawasan nya dalam memaknai, menilai, dan bagaiamana bersikap akan sesuatu hal tersebut yang dalam hal ini adalah tentang penggunaan jilbab.

Hal-hal yang berada di luar diri (eksternal) subyek penelitian yang berhubungan dengan kegiatan interaksi bersama nya adalah keluarga, teman sepermainan, sekolah, organisasi, masyarakat, media, pengalaman, suku,


(21)

agama dan budaya yang mana setiap individu tidak memiliki kesamaan dalam hal-hal tersebut.

Juga terdapat faktor internal, dimana terjadi pengolahan informasi lebih lanjut oleh “diri” yang didapatkan dari luar diri.Mead mengatakan bahwa aktor memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan, dan mentransformir makna dalam hubungannya dengan situasi dimana dia ditempatkan dan arah tindakannya. (Poloma, 2010: 259-260)

Maka alasan dalam menggunakan serta cara pemakaian jilbab pada setiap individu dapat berbeda-beda berdasarkan proses komunikasi yang telah atau sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu. Dalam hal ini akan dapat diketahui alasan individu dalam menggunakan jilbab, menilai fenomena jilbab yang terjadi disekitranya, memberikan nya makna serta individu dalam memutuskan untuk bertindak, apakah sebagai seorang pengguna jilbab besar/syari, pengguna .jilbab semi/tanggung ataukah pengguna jilboobs.

4.2.1 Pengguna Jenis Jilbab Syari/Besar

Jilbab besar/syari dalam pemakaian nya menggunakan pakaian gamis, memakai kaus kaki, dan jibab nya yang berukuran besar hingga menutupi semua tubuh bagian atas kecuali wajah. Jilbab seperti ini merupakan termasuk kedalam ciri-ciri syariah yang diatur oleh agama Islam, yaitu (1) menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, (2) bukan berfungsi sebagai model pakaian, (3) kain tebal tidak transparan,


(22)

(4) longgar atau tidak ketat dan tidak membentuk lekuk tubuh , (5) tidak menyerupai pakaian laki-laki, (6) tidak menyerupai pakaian jahilliyah, dan (7) bukan pakaian popularitas.

Pengguna jilbab besar dalam penelitian kali ini adalah Salwa dan Poetri.

4.2.1.1 Rama Salwa

Dengan bersekolah di sekolah yang berlandaskan agama Islam, Salwa sudah menggunakan jilbab sejak SMA kelas satu, namun masih buka-pasang, lain kata hanya pada saat di sekolah saja ia menggunakan jilbab.

Namun pada akhir 2013, setelah selesai masa Ujian Nasional tingkat SMA, Salwa memutuskan untuk terus menggunakan jilbab lain hal ketika berada didalam rumah. Salwa memiliki alasan tersendiri mengapa ia mengambil keputusan untuk terus berjilbab dan menggunakan jilbab besar/syari, adalah karena Almarhum ayah Salwa meninggal dunia karena komplikasi penyakitnya dan ajakan kakak kandun g nya.

Terdapat penyesalan di dalam diri Salwa dimana ketika sang ayah meninggal, ia tidak sempat bertemu dengan sang ayah untuk yang terakhir kali nya dikarenakan status nya sebagai aktivis di sekolah sehingga membuatnya memiliki banyak kegiatan. Setelah kejadian itu, kakak Salwa yang dulu merupakan seorang model, menasehatinya untuk terus menggunakan jilbab, dan tidak buka-pasang lagi.


(23)

Salwa heran kepada kakaknya dan penasaran, hal apa yang membuat kakak nya berubah secara drastis sehingga sekarang menggunakan jilbab besar/syari. Ternyata setelah Salwa bertanya, hal yang mampu merubah kakaknya adalah dengan profesi nya yang dulu sebagai model, kakak dari Salwa merasa tidak tenang dan ada yang salah didalam hidupnya, maka ia mendapatkan hidayah dari Allah yang disampaikan melalui teman dikampus kakaknya yang merupakan seorang jilbaber (sebutan untuk pengguna jilbab) dengan cara terus mengajak nya untuk mengaji dan menjadi lebih baik sehingga pada akhirnya, kakak nya Salwa memutuskan untuk menggunakan jilbab. Walaupun pada awalnya tidak langsung menggunakan jilbab besar/syari, tetapi melalui proses dari yang hanya menggunakan jilbab tipis menuju ke jilbab yang dilapis dua agar tidak transparan lalu menuju ke penggunaan jilbab secara syari.

Perubahan yang dialami kakak nya Salwa lantas tidak membuat nya untuk langsung mengikuti jejak kakaknya, namun saat tiba waktunya sang ayah meninggal, dan kakak nya kembali menasehati Salwa, barulah Salwa memiliki niatan untuk menggunakan jilbab yang pada saat itu niatan nya berjilbab semata-mata untuk Alm.ayah nya, namun setelah lulus SMA, Salwa telah tergerak hatinya untuk berjilbab secara total. Setelah itu ia meneruskan pendidikan nya di Universitas Sumatera Utara jurusan Ilmu Komunikasi, lalu disana lah ia mulai memperdalam pengetahuan nya tentang jilbab sehingga ia mengetahui


(24)

dan memahami ayat dalam Al-qur’an yang mengatur tentang penggunaan jilbab.

Ketika ditanyai mengenai makna jilbab bagi dirinya, ia menjawab sebagai berikut:

“Kalo sekarang makna jilbab udah kayak kebutuhan, udah kayak kalau kita keluar rumah tapi gak pakai baju kan malu, kalau sekarang waktu keluar rumahgak pakai jilbab itu rasanya kayak gak pakai baju, ibaratnya.”

Jilbab bagi Salwa juga tidak membatasi pergerakan nya dalam bersosialisasi dan mengembangkan diri, justru ia semakin banyak mendapatkan teman baru dan menseleksi teman. Dengan menggunakan jilbab Salwa tetap bisa mengembangkan diri, terbukti dengan ia mengikuti organisasi UKMI (Unit Kegiatan Mahasiswa Islam) dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) di FISIP USU disana ia dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya khususnya dalam hal berkomunikasi didepan umum, berkarya, berwirausaha, yang dalam organisasi tersebut di naungi oleh Departemen Kreativitas dan Penalaran. Di departemen itu juga Salwa banyak mendapatkan pemahaman tentang busana muslimah khususunya tentang jilbab , yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi atau seminar yang diadakan oleh Bagian Keputrian organisasi tersebut pada setiap hari Jumat dan Sabtu yang peserta nya adalah muslimah semua. Kegiatan tersebut sering dilaksanakan di musholla FISIP USU.

Keputusan anak-anaknya untuk beralih menggunakan jilbab besar/syari , ternyata sempat mendapat perlawanan dari sang ibu, yang


(25)

dalam menggunakan jilbab masih buka-pasang. Sang ibu, pada awal anak-anaknya menggunakan jilbab besar, menganggap mereka aneh dan mempertanyakan kenapa mesti jilbab nya besar serta menyarankan agar anak-anaknya menggunakan jilbab yang biasa-biasa saja, jangan yang ekstrim (jilbab besar). Lalu Salwa dan sang kakak menyikapi hal tersebut dengan cara tetap pada pendiriannya yaitu menggunakan jilbab besar/syari dengan membawa misi dalam hati ingin membuktikan kepada sang ibu bahwa seperti ini (jilbab besar/syari) lah jilbab yang sesungguhnya, Hingga pada akhirnya sang ibu melemparkan keputusan nya kembali kepada Salwa dan sang kakak dalam menggunakan jilbab.

Pergaulan Salwa dengan teman-teman lainnya juga mengalami perubahan, yaitu terseleksi nya teman-teman kuliah atau teman SMA nya karena jilbab yang dia pakai. Karena terdapat teman-teman nya yang ingin mengajak jalan-jalan atau sekedar hang out , namun ajakan itu dia tolak, karena Salwa lebih mengutamakan teman-temannya yang ingin ke jalan yang lebih baik seperti mengaji atau mencari ilmu bersama. Salwa juga ingin menunjukkan bahwa apabila seseorang berhijab itu bukan berarti seseorang itu menjadi orang lain.Dengan keadaan seperti itu tidak membuat Salwa sedih, melaikkan membuat nya sadar mana teman yang bisa diajak ke jalan yang baik dan mana yang tidak.

Dengan semakin berkembangnya busana muslimah sekarang ini, Salwa risih dengan adanya fenomena jilboobs di


(26)

masyarakat.Iaberpendapat bahwa daripada menggunakan jilbab tapi masih kelihatan lekuk-lekuk tubuhnya, lebih baik jilbab nya di lepas saja dikarenakan yang akan terlukai adalah agama Islam nya, bukan si pengguna jilboobs nya juga akan memicu munculnya persepsi buruk tentang tata cara penggunaan jilbab dalam Islam, yang padahal semua aturan itu sudah ada di dalam Al-Quranul karim.

Lalu mengenai perkembangan jilbab sekarang ini yang banyak mengalami modifikasi dan hiasan pada jilbab, Salwa menanggapi nya dengan tetap berpegang teguh pada satu mazhab dimana inti dari mazhab itu adalah memakai jilbab secara longgar, tidak tembus pandang dan nyaman ketika dipakai. Salwa menggunakan pakaian islami yang cukup tertutup kecuali wajah dan telapak tangan, untuk perpaduan warna yang dipakai, Salwa tetap memakai warna-warna yang ia sukai namun tidak kelihatan norak atau mencolok .serta menggunakan rok dengan warna netral, karena Salwa juga berpedoman kepada satu hadist “sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan” (HR.Muslim).

Lalu untuk perbedaan yang ia rasakan sebelum dengan sesudah memakai jilbab besar adalah, ketika sesudah berjilbab Salwa lebih merasa nyaman, lebih dihormati, bahkan juga di doakan oleh orang lain.

Dan perbedaan lainya adalah Salwa lebih dapat menjaga diri dan membatasi tingkah laku nya untuk lebih baik dari hari kehari dalam keseharian karna jilbab yang ia pakai. Namun dulu sebelum


(27)

iamenggunakan jilbab, Salwa pernah diganggu oleh lawan jenis nya dengan cara digoda.

Berdasarkan teori Konsep Diri, Salwa yang ketika 3-4 tahun yang lalu sewaktu masih memiliki orangtua yang lengkap, dimana Salwa masih berperan sebagai seorang anak SMA yang aktif, namun belum menggunakan dan mengenal jilbab sepenuhnya, lalu terdapat kejadian dimana sang ayah meninggal dunia karena sakit yang diderita saat Salwa duduk di bangku kelas 3 SMA. Hal tersebut membuat Salwa mendapatkan identitas baru. Dimana hal tersebut menambah pengalaman sosial untuk dirinya dan mempengaruhi perilaku, sebagai hasil perkembangan kemampuan menangkap dorongan atau respon (belajar, kematian, kemarahan, kesedihan dan lainnya), yang datang dari orang lain dan menilai perilakunya dari titik pandang orang lain. Sehingga efek dari kejadian tersebut adalah kini Salwa beralih menggunakan jilbab syari/besar. Identitas baru terus ia dapatkan ketika sudah berkuliah di FISIP USU, seperti menjadi seorang anak yatim, menjadi anggota organisasi KAMMI dan UKMI, sebagai mahasiswi ilmu komunikasi, serta sebagai perempuan berjilbab.

4.2.1.2Poetri Azela

Poetri mulai menggunakan jilbab sejak kelas 2 SMA, walau sempat orang tua nya menyarankan agar menggunakan jilbab pada saat ia SMP namun pada saat itu hatinya belum tergerak untuk menggunakan jilbab. Pada saat kelas 2 SMA model jilbab yang ia kenakan adalah semi dan baru


(28)

memutuskan untuk menggunakan jilbab besar atas kehendak nya sendiri, sejak di perguruan tinggi, lebih tepatnya pada semester dua. Setelah memutuskan menggunakan jilbab, ia tidak lagi buka-pasang dalam penggunaan jilbab nya karena baginya jilbab merupakan kewajiban bagi kaum perempuan atau muslimah yang sudah diatur dalam Al-Qur’an sebagai suatu identitas diri, selain itu juga sebagai pelindung dari orang-orang dan lingkungan sekitarnya.

Disana lah (di organisasinya) ia banyak mendapatkan pemahaman mengenai jilbab termasuk dalam tata cara pemakaiannya, sehingga ia beralih dari jilbab semi menuju ke jilbab besar. Dengan mengikuti banyak kajian Islam di lingkungan kampus, menjadi faktor pendorong Poetri dalam menggunakan jilbab besar. Faktor pendorong lainnya adalah ia memahami surah-surah dalam Al-Qur’an yang memerintahkan untuk menggunakan jilbab bagi kaum muslimah, seperti surah An-Nur ayat 31 dan surah Al-Azhab ayat 59. Yang mana hal ini semakin meneguhkan hatinya untuk beralih dari menggunakan jilbab semi yang ia kenakan dari kelas 2 SMA hingga semester 1 menjadi jilbab besar/syari pada semeseter 2 hingga kini. Poetri juga berpendapat bahwa ia merasakan perbedaan yang besar sebelum dan sesudah menggunakan jilbab, yaitu seperti kalau dulu kurang bisa menjaga sikap, namun sekarang ketika sudah berjilbab ia mampu menjaga sikap.

Dengan adanya jilbab modis sebagai akibat dari perkembangan busana muslimah, Poetri mensyukuri hal itu, karena apabila dilihat apa yang terjadi saat ini adalah pengguna jilbab semakin bertambah walaupun


(29)

banyak variasi bentuknya dan belum sesuai dengan syariat Islam, seperti yang ia katakan dalam wawancara dengan peneliti berikut ini:

“Kalo menurut Poetri alhamdulillah ya. Kalo kita baca zaman dulu dengan yangsekarang itu,kalo orang dulu pake jilbab itu pasti anggapannya aneh, maksudnya orang-orang yang pakejilbab itu bukan orang-orang, maksudnyabukan masyarakat kali lah. Kalo sekarang kan melihatperempuan berjilbab,apalagi udah banyak yafashion jilbab dan segala macam nyagitu. Kalo untuk jilbab nya banyak variasi

bentuknya menurut Poetri tidak masalah,walaupunmerekaberjilbab tapi masih belum

sesuai syariat Islam gitu ya kan, cuman gapapa siapa tahusetelah mereka pake dan banyak belajar insya Allah bisa lebih rapi gitujilbabnya, bisa lebihsesuai dengan syariat jilbabnya.”

Dibalik rasa bersyukurnya, Poetri tetap menggantungkan harapan dimana para pengguna jilbab yang mengikuti trend, secara perlahan penggunaan jilbab nya dapat sesuai dengan syariat dalam Agama Islam.

Pengguna jilbab besar ini juga merupakan mahasiswi yang tidak menutupi diri dari kehidupan sosialnya, seperti Poetri dan Salwa yang memiliki banyak aktivitas sebagaimana mahasiswi lainnya.Poetri dan juga Salwa ikut bergabung dalam organisasi mahasiswa yaitu UKMI As-Siyasah FISIP USU dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).Dari wawancara yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa jilbab besar/syari yang mereka gunakan sama sekali tidak menghalangi pergerakan mereka dalam bersosialisasi dan mengembangkan kemampuan diri. Terdapat anggapan dikalangan muda-mudi bahwa ketika menggunakan jilbab, maka pergerakan akan terbatas, Poetri dan Salwa membenarkan anggapan itu, namun “pergerakan terbatas” dalam hal ini adalah untuk membatasi hal-hal buruk datang kepada diri sendiri. Dengan


(30)

menggunakan jilbab, bahkan jilbab yang besar, banyak manfaat yang mereka rasakan yaitu antara lain, sebagai identitas diri sebagai seorang muslimah, menjaga sikap dan sifat, merasa lebih dekat dengan Allah SWT, dan terhindar dari hal-hal buruk lingkungan seperti gangguan dari orang lain. Hal-hal itu lah yang diartikan sebagai “pembatas pergerakan” bagi Poetri dan Salwa.

4.2.2 Pengguna Jilbab Semi/Tanggung

Lalu terdapat jilbab semi, ada sebutan lain untuk jilbab jenis ini yaitu jilbab tanggung dan jilbab girlsboy, yang mana dalam penggunaan pakaian nya, jilbab berukuran sedang, hanya sampai menutupi dada bahkan ada yang tidak sampai menutupi bagian dada, mengenakan kemeja dan kaus, dan mengenakan celana jeans ketat.

4.2.2.1 Restu Riana Siregar

Mahasiswi yang menggunakan jilbab semi/tanggung ini sudah menggunakan jilbab dari kelas 1 SMP, juga dikarenakan SMP nya yang berlandaskan agama yaitu MTS (Madsrasah Tsanawiyah).Namun pada saat itu jilbabnya masih buka-pasang dikarenakan belum memahami seutuhnya tentang makna penggunaan jilbab dan belum ada kesiapan diri untuk terus berjilbab.

Untuk dorongan dalam menggunakan jilbab untuk saat ini Ana mengaku bahwa terdapat dorongan dari diri sendiri, orang tua, dan dari lingkungan atau teman sepermainan. Orang tua dulu sejak Ana tamat SD, sudah menyarankan agar iauntuk terus menggunakan jilbab, bahkan sekarang ini ana mengaku ketika berada dirumah orang tua di Rantau


(31)

Prapat ia harus tetap menggunakan jilbab. Padahal seharusnya jilbab dapat saja dibuka ketika sudah berada didalam rumah, karena berdasarkan hukum yang ada di dalam agama Islam, keluarga yang merupakan orang yang sedarah dengan kita, diperbolehkan melihat aurat (rambut, leher, kaki, dan lengan).Hal ini dikarenakan keluarga Ana yang berlatar belakang memegang teguh agama Islam, sehingga Ana diharuskan untuk tidak buka-pasang lagi dalam penggunaan jilbabnya.

Ana juga memahami dasar hukum mengenai penggunaan jilbab dalam agama Islam, ia menjawab bahwa aturan tersebut berada di surat An-Nur ayat 23. Namun Ana mengaku dalam praktek nya ia masih kurang karena ia masih menggunakan jilbab semi/tanggung. Meski sempat menggunakan jilbab besar, namun ia kembali lagi menggunakan jilbab semi, hal itu dikarenakan ia terus meng-intropeksi dirinya, ia sadar bahwa ia masih melakukan banyak dosa sehingga ia merasa tidak cocok apabila tetap menggunakan jilbab besar. Ia ingin memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, lalu melakukan halyang lebih besar seperti menggunakan jilbab besar. Hal tersebut pun membuat nya merasa merendah dan minder ketika sedang berkumpul dengan teman-teman nya yang menggunkan jilbab besar, dikarenakanAna menganggap bahwa teman-teman nya itu mampu menjaga istiqomah daripada dirinya sendiri.

Alasan Ana menggunakan jilbab besar ketika itu adalah berasal dari dorogan lingkungan dimana ada beberapa teman SMA dia yang menggunakan jilbab besar, lantas Ana mendapatkan nasihat dari teman ya tersebut dan sering diajak ikut berdiskusi sesama muslimah tentang


(32)

hal-hal yang berkembang khususnya busana muslimah, sehingga Ana kala itu memutuskan untuk menggunakan jilbab besar.Namun dengan kondisi yang sekarang, ketika ana memutuskan kembali untuk menggunakan jilbab semi, teman yang dulu mengajak ana untu beralih menggunakan jilbab besar terkesan menjauh, juga dikarenakan sikap minder dan malu dari diri Ana yang menyebabkan hubungan pertemanan mereka menjauh seperti sekarang ini. Dengan Ana kembali beralih menggunakan jilbab seperti sekarang ini, manfaat yang ia rasakan adalah ia lebih merasa bebas dalam beraktivitas, walaupun masih ada kekhawatiran di dalam dirinya yaitu tentang dosa.

Dalam kesehariannya, Ana kerap menggunakan jilbab seperti kebanyakan mahasiswi, yaitu seperti menggunakan celana jeans yang terkadang ia ganti dengan menggunakan rok, menggunakan kemeja panjang, atau baju panjang, dan menggunakan jilbab yang menutupi hingga bagian dada. Ana juga suka melakukan perpaduan warna terhadap pakaian yang ia kenakan, asal tidak kelihatan aneh dan senada.

Baginya jilbab tidaklah membatasi seseorang dalam bersosialiasi atau mengembangkan diri, dikarenakan jilbab adalah perintah Allah yang mana hal itu untuk kebaikan, dan Ana belum merasakan adanya halangan untuk mengembangkan diri karena ia menggunakan jilbab.

Lalu mengenai perkembangan jilbab yang sedang marak pada saat sekarang ini ana menilai bahwa hal itu salah, karena para pengguna jilbab modis tersebut lebih mengutamakan kecantikan, mengikuti tren kekinian, serta “gaya” adalah segalanya yang mana hal-hal tersebut


(33)

semuanya mengajak kedalam fitnah dan itu dinilai nya salah. Ana melanjutkan bahwa semestinya dalam penggunaan jilbab itu menghilangkan dari fitnah.Sedangkan makna jilbab bagi Ana adalah memakaikan kain dari kepala sampai dada dan tidak longgar yang itu di sebut jilbab yang hukumnya wajib, juga sebagai identitas kaum muslimah yang jilbab itu faidahnya untuk menghindari diri dari fitnah.

4.2.2.2Yolanda Prastika Siregar

Yolanda mulai menggunakan jilbab pada saat kelas 1 SMA namun hingga sekarang ia masih buka-pasang dalam penggunaan jilbabnya. Untuk saat ini ia menggunakan jilbab hanya pada saat berada di kampus saja, sedangkan untuk ketika pergi ke tempat lain, Yolanda tidak mengenakan jilbab nya, terkecuali apabila tempat yang ia datangi tersebut adalah acara Islami dan melihat teman. Melihat teman maksud Yolanda adalah apabila teman-teman yang akan pergi dengannya menggunakan jilbab, maka ia pun menggunakan jilbab. Namun ketika ditanyakan mana lebih nyaman menggunakan jilbab atau tidak, Yolanda menjawab ketika tidak pakai jilbab. Alasan Yolanda adalah karena ia sedang menekuni olahraga lari yang ia teuni sejak SMA kelas 1. Yolanda merasa tidak bebas ketika berlari sambil menggunakan jilbab.

Anak ke empat dari empat bersaudara ini juga memiliki kakak kandung yang mereka semua berjilbab dan sudah tidak buka-pasang lagi.Tak jarang Yolanda mendapatkan nasihat dari kakak-kakaknya untuk tidak buka-pasang lagi dalam menggunakan jilbab, namun karena


(34)

orangtua tetap membebaskan nya untuk menggunakan jilbab atau enggak, maka Yolanda tidak begitu menanggapi nasihat kakak-kakaknya.Pada awalnya kakak –kakak kandung dari Yolanda meggunakan jilbab karena kesadaran diri mereka sendiri dan sering mengikuti kajian-kajian dan diskusi Islami di luar rumah.

Ketika ditanyai apa makna jilbab bagi dirinya, Yolanda merasa bersalah, karena ia menyadari bahwa menggunakan jilbab hukum nya dalam agama Islam adalah wajib, dan dirinya mengetahui aturan tentang jilbab ada di dalam surat An-Nur dan Al-Azhab. Jilbab sebagai identitas dan juga memiliki banyak keuntungan, merasa adem, bagus, rapi, terhindar dari hal-hal buruk, seperti ketika sedang berbicara dengan lawan jenis, mereka lebih menjaga kata-kata dan nada bicara mereka, menjaga jarak dengan lawan jenis, tidak mau menggoda-goda, penggunaan jilbab sebagai pengendalian diri dan menutupi apa yang harus ditutupi yaitu aurat.

Yolanda merasakan bahwa sifat dan sikapnya belum lah terlalu baik sebagai seorang muslimah berjilbab, apalagi ditambah dengan anggapan bahwa perempuan berjilbab haruslah baik tutur kata dan sifatanya.Setidaknya Yolanda sudah menggunakan jilbab walaupun masih buka-pasang. Hal itu dianggap diri nya sebagai suatu langkah kebaikan, dengan memulai menggunakan jilbab, maka tutur kata ataupun sifat dan sikapnya secara perlahan akan mengikuti menuju lebih baik pula. Dengan berjilbab walaupun masih di lingungan kampus saja, menjadi alat pengendalian diri bagi Yolanda, karena apabila ia sedang


(35)

melakukan perbuatan yang kurang pantas maka jilbab yang ia pakai menjadi sebuah peringatan untuk dirinya.

Mengenai perkembangan jilbab sekarang ini, Yolanda menilainya bahwa model jilbab yang sedang tren sekarang, bukan lah jilbab seutuhnya dan tidak sesuai dengan syariat lagi sehingga bagian yang harus ditutupi malah tidak tertutupi karena jilbabnya “diputar-putar”, ia juga berpendapat banyak pengguna jilbab, memakai jilbab karena agar terlihat cantik saja, tidak lebih. Namun dirinya tetap berharap bahwa mereka yang mengikuti tren tersebut secara perlahan-lahan akan sadar.

4.2.3 Pengguna Jilboobs

Lalu yang terakhir adalah jilboobs. Jilboobs berasal dari dua kata yaitu jilbab dan boobs (dada perempuan). Yang apabila digabungkan memiliki arti perempuan yang berjilbab namun masih terlihat lekukan dari dada si pengguna, yang apabila ditinjau dari keilmuan Islam, hal itu adalah salah dan tidak sesuai dengan aturan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Di FISIP didapati beberapa pengguna jilboobs, dari wawancara dan observasi didapati bahwa si pengguna memakai jilbab, namun ada yang jilbabnya menutupi dada, ada juga yang tidak sampai menutupi dada, memakai kemeja atau kaus yang ketat, juga menggunakan jeans ataupun rok yang ketat pula.


(36)

Nurul mengaku mulai menggunakan jilbab sejak 3 tahun yang lalu, lebih tepat nya sejak kuliah semester ke-3. Namun ia sudah menggunakan jilbab sejak SMA, yang SMA nya merupakan SMA umum, bukan SMA keagamaan sehingga tidak ada aturan khusus yang mengatur seragam sekolah siswa-siswinya. Nurul menggunakan jilbab ketika SMA pada saat jam mata pelajaran agama Islam saja atau ketika sedang ingin memakai jilbab saja. Sedangkan perbedaan nya dengan sekarang, ia menggunakan jilbab karna 2 faktor, yaitu faktor internal dan fakor eksternal, dan masih buka-pasang dalam penggunaan jilbab nya.

Ada keinginan dalam diri Nurul untuk terus menggunakan jilbab, dia melihat bahwa mereka yang menggunakan jilbab-jilbab besar itu terlihat cantik, namun Nurul kembali memiliki keraguan, yaitu dia masih ingin mengikuti trend busana terkini, yaitu trend K-POP dan artis-artis. Nurul juga memaknai jilbab sebagai penutup aurat, namun ia mengaku bahwa jilbab yang dipakai nya bukan sebagai identitas nya sepenuhnya, melainkan hanya sekedarnya saja. Nurul yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara ini juga tidak begitu memahami seutuhnya tentang hukum yang mengatur penggunaan jilbab dalam agam Islam.

Di daerah asal Nurul tinggal, terdapat banyak variasi jenis jilbab yang dipakai oleh tetangga sekitar, ada yang jilbab besar, jilbab semi yang masih buka-pasang dan dipakai ketika hanya berpergian saja, ada juga jilbab seksi dan ada yang belum berjilbab sama sekali. Begitu juga dengan orangtua dan saudari-saudari kandung Nurul yang masih buka-pasang dalam menggunakan jilbab nya.


(37)

Nurul mengaku bahwa dalam keputusannya menggunakan jilbab, lebih didasarkan ke faktor eksternal yaitu lingkungan kampus, teman-teman, dan organisasi yang ia ikuti di FISIP USU, berikut kutipan wawancara dengan Nurul:

“Begini, di kampus kan banyak yang menggunakan jilbab, kawan di kampus juga mayoritas yang beragama Islam menggunakan jilbab , ya ada rasa malu juga, kok aku gak berjilbab? Kalo sekarang aku ini dapat dibilang masih menuju lah, gak dibilang aku fatal kali gak mau menggunakan jilbab, ya enggak. Kayak aku kan ada ikut organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), itu lah salah satu faktor aku menggunakan jilbab sejak kuliah, karna di HMI FISIP USU ada semacam aturan untuk tidak terlalu memaksa yang belum berjilbab untuk harus secepatnya berjilbab, tapi mereka persuasif, mengajak atau merangkul secara perlahan.”

Nurul mengaku bahwa dia ingin berubah menjadi lebih baik dalam penggunaan jilbab nya, hal itu belum dapat dilakukan nya sekarang karena ia masih ingin mengekspresikan diri nya sesuai dengan trend fashion.

Untuk perkembangan busana muslimah saat ini, Nurul menganggap bahwa penggunaan dan jenis jilbab sudah sangat bervariasi, ia membandingkan nya dengan trend jilbab 5 tahun yang lalu, yang mana saat itu ia menganggap penggunaan jilbab nya masih monoton, berbeda dengan sekarang yang semakin modis dan sesuai dengan trend fashion masa kini. Nurul juga menganggap bahwa kenpa sekarang ini banyak yang beralih menggunakan jilbab karena model jilbab yang modis dan tidak monoton ini,bukan nya seutuhnya karena agama Islam.


(38)

4.2.3.2Nina (bukan nama sebenarnya)

Nina mengaku sudah mengenakan jilbab sejak SMA hingga sekarang.Dan dalam penggunaan jilbab nya masih sistem buka-pasang.Hal itu juga dikarenakan SMA nya dulu tidak menerapkan aturan khusus tentang penggunaan jilbab karena SMA nya adalah SMA umum.Lantas yang menjadi alasan Nina ketika menggunakan jilbab saat SMA adalah terpengaruh dan lebih ingin agar dapat berbaur dengan teman-teman nya yang mayoritas menggunakan jilbab. Kejadian yang sama juga terjadi saat Nina duduk di bangku perkuliahan.

Namun saat berada diluar jam sekolah atau perkuliahan, maka Nina melepas jilbab nya, dan hanya akan ia pakai kembali saat ingin berpergian. Dengan alasan ingin lebih mudah berbaur tadi karena teman-teman nya banyak yang mengenakan jilbab seakan tidak berlaku lagi karena teman-teman nya juga sewaktu SMA juga buka-pasang dalam penggunaan jilbab.

Anak kedua dari 2 bersaudara ini juga tidak mendapatkan aturan dari orang tua agar menggunakan jilbab, jadi keputusan seluruhnya terletak pada Nina. Dikarenakan Ibu dari Nina juga buka-pasang dalam menggunakan jilbab, yang hanya dipakai saat akan berpergian saja.

Nina mengaku bahwa penampilan nya setiap di kampus atau pun di luar ketika menggunakan jilbab, selalu menggunakan celana jeans, terkadang memakan kemeja, dan juga terkadang memakai kaus lengan panjang. Karena makna penggunaan jilbab bagi dirinya selain sebagai


(39)

identitas seorang muslim, jilbab juga merupakan fashion bagi dirinya, dapat dilihat dalam kutipan wawancara berikut ini:

“kalo make jilbab nya itu-itu aja, kayak yang jilbab segitiga kan udah dari dulu dipake. Namanya juga fashion, kan ada tingkatan nya. aku termasuk ke fase yang standart lah kalo urusan fashion ini bang, maksudnya ya sekedar aja mengikuti perkembangan nya”

Nina juga menjelaskan bagaimana cara dia dalam berpakaian ketika menggunakan jilbab yaitu mode girlsboy:

“Tapi gak semua ku adopsi, aku ngikutin mana yang cocok sama selera ku aja sih. Kayak pake jilbab yang warna nya sama dengan celana jeans, baju atau sepatu, lebih ke perpaduan warna. Gak kayak orang-orang yang sampe beli-beli baju dan jilbab dari merk-merk kayak zoya gitu”

Nina membandingkan dirinya dengan orang-orang yang rela membeli dari merk-merk terkenal seperti zoya. Yang terpenting bagi Nina adalah perpaduan warna yang ia kenakan sehingga dapat nyaman ia pakai dan percaya diri. Nina tidak memahami secara pasti tentang aturan dalam agama Islam yang mengatur tentang penggunaan jilbab, walaupun begitu ia mengaku ingin menggunakan jilbab besar namun belum tau kapan hal tersebut akan terjadi.

Nina menanggap bahwa pengguna-pengguna jilbab besar termasuk di FISIP USU mengelompokkan diri, sehingga ia merasa sulit untuk berbaur dengan mereka. Maka hal itu sangat disayangkan oleh Nina, namun walaupun begitu ia tidak mempunyai masalah dengan teman sedepartemen nya yang menggunakan jilbab besar, tetap berteman namun tidak dekat sekali.


(40)

Lalu mengenai perkembangan jilbab saat ini, Nina mengatakan bahwa adalah hal yang wajar dalam dunia fashion, dimana selalu terdapat hal-hal yang baru, sehingga muslimah yang mengenakan jilbab semakin banyak. Seperti yang ia utarakan dalam wawancara berikut ini:

“oh aku liat sih banyak perubahan ya dari jenis kain nya yang banyak dan juga cara pake nya. Tapi kan kalo soal itu hal yang biasa, selalu ada hal yang baru dalam dunia fashion, contohnya kayak sekarang ini model-model jilbab gak hanya satu dua, tapi dah bervariasi. Jenis kain nya juga.jadi ada dampak positif nya, makin banyak yang pake jilbab bang kalo yang terlihat sekarang ini”

Nina sebagai pengguna jilboobs ternyata juga memiliki keinginan bahwa ia ingin menggunakan jilbab besar seperti kebanyakan orang. Begitu juga Nurul yang memiliki keinginan yang sama. Namun keduanya memiliki penundaan.Nina menunda nya karena belum tahu kapan harus berjilbab besar, dan Nurul karena masih ingin mengikuti trend terkini.

Dari kedua informan pengguna jilboobs, mereka sama-sama tidak memahami dasar hukum agama Islam yang mengatur tentang penggunaan jilbab sesuai syariat.Nurul dan Nina hanya mengerti garis besar nya tanpa mengetahui secara pasti kandungan ayat dalam Al-Quran di agama Islam.

4.2.4 Mahasiswi Muslim Tidak Berjilbab 4.2.4.1Ayu Ladila Sebayang

Dalam kesehariannya Ayu tidak menggunakan jilbab, yang ketika diwawancara alasan nya adalah masih terdapat beberapa pertimbangan


(41)

meskipun ada niatan untuk menggunakan jilbab, namun belum terealisasi hingga kini.Pertimbangan tersebut adalah persoalan pekerjaan.Ayu berkuliah sambil bekerja sebagai SPG yang dalam kontrak kerja nya, penggunaan jilbab dilarang.

Orang tua Ayu sendiri tidak memaksakan dirinya untuk menggunakan jilbab, semua keputusan diserahkan kembali ke dirinya walaupun banyak sanak-saudara dan teman-teman di kampus nya yang menyarankan agar menggunakan jilbab.Secara, hampir semua teman Ayu di kampus yang beragama Islam menggunakan jilbab.Dengan keadaan yang seperti itu, Ayu merasa risih dan minder ketika berada di tengah teman-teman yang menggunakan jilbab.Ayu yang paham tentang aturan berjilbab yang tertulis di dalam Al-qur’an, merasa bersalah karena belum menggunakan jilbab. Namun ketika ditanyai adakah niat kedepan untuk menggunakan jilbab, Ayu mejawab dengan lantang bahwa ia akan menggunakan jilbab setelah menikah nantinya.

Perkembangan busana muslimah akhir-akhir ini menurutnya terkhusus untuk jilbab, bukan lah dalam kategori jilbab syari.Jilbab yang berkembang saat ini menurutnya kebanyakan tidak menutupi bagian dada sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an. Karena makna jilbab bagi Ayu adalah benda yang menutupi, agar sesuatu yang harusnya tertutup itu tidak dilihat oleh orang lain. Namun menurut Ayu tidak bisa dipaksakan juga untuk mereka agar menggunakan jilbab yang syari semua, kembali ke pribadi masing-masing.


(42)

4.2.4.2Vika (Bukan nama sebenarnya)

Vika mengatakan alasan ia mengapa belum menggunakan jilbab karena belum terbiasa dan belum memiliki keberanian, karena Vika dulunya adalah seorang Nasrani sehingga belum terbiasa karena Vika menganggap bahwa perempuan yang sudah memutuskan untuk berjilbab ,maka image yang ditampilkan haruslah perempuan yang baik dan yang taat. Sementara, Vika merasa bahwa ia belum lah merasa seperti itu, ia ingin menyiapkan diri secara matang agar nantinya ketika ia menggunakan jilbab,maka tidak buka-pasang lagi dan dapat total dalam berjilbab. Selain itu keluarga Vika juga tidak ada mendorong agar Vika menggunakan jilbab, mereka memberikan keputusan sepenuhnya kepada Vika.

Dengan belum ditentukannya keputusan untuk menggunakan jilbab, Vika sering merasa risih ketika berada di tengah-tengah teman-teman yang menggunakan jilbab, karena makna jilbab bagi dirinya adalah sebagai penutup aurat dan identitas sebagai seorang muslimah, namun ketidaknyamanan yang dirasakan Vika itu tak menghalanginya untuk bergaul dengan siapa saja terutama untuk teman se-departemen nya.

Vika juga beranggapan bahwa perkembangan jilbab pada masa sekarang ini adalah hal yang bagus, dikarenakan banyaknya bentuk variasi penggunaan jilbab, seperti pada petikan wawancara berikut.

“Bagus aja sih, maksudnya dariyang tadinya kan kalo selama ini kita menganggap kalo jilbab itu kan


(43)

cumansatu bentuk gitu doang yang kelihatannya kuno tapisekarang kan di modifikasisedemikian rupa menjadi lebih menarik dan menjadi hmm lebih banyakmenarik orang untuk menggunakan, tapi kalo seandainya yang jilbab-jilbab yang jilbab ibaratnya kurang panjang misalnya itu menurut saya gak setuju sihkarena kalo pakejilbab kan mesti bener-bener panjang dan menutup aurat gak boleh nampak lekukan badan kitasemua, dari ujung kaki sampai ujung kepala kan sebenernya kurang tepat aja kalo ada yangberpakiaan dengan jilbab yangpendek gitu. Tapi kalo untuk fashionnya, perkembangan nyamenurut sayabagus sih, karena untuk kearah yang positif , misalnya lebih banyak orang yang pakai jilbab. Bisa jadi gini juga sih, misalnya kayak emm kayak lahan usaha,mendesain baju,mendesain jilbab jadi lebih berkreasi, lebih banyak peluang.”

Vika menilai terdapat 2 dampak, yaitu dampak positif dan negatif dari perkembangan jilbab masa sekarang, positif nya adalah semakin banyaknya muslimah yang berjilbab, dan menjadi lahan usaha yaitu seperti mendesain baju pakaian perempuan atau muslimah menjadi lebih kreatif, namun di lain sisi walaupun Vika tidak memahami surat dalam Al-Qur-an yang mengatur tentang penggunaan jilbab tapi dia memahami kulit luar dari aturan dalam menggunakan jilbab sehingga ia dapat menilai bahwa dampak negatif nya adalah jilbab di masa sekarang ini diakibatkan dari perkembangan tersebut menjadi pendek, dan tidak menutupi keseluruhan serta kelihatan lekukan badan si pengguna jilbab.


(44)

Tabel 3 Alasan berjilbab dan Jenis Jilbab

No Nama Jenis

jilbab

Alasan Berjilbab Faktor Pendukung 1. Poetri Syari Kesadaran diri,

menghindari gangguan dan beribadah

Mengikuti organisasi keislaman

2. Rama Syari Kesadaran diri,

menghindari gangguan dan beribadah

Kematian ayah dan drorongan dari kakak kandung

3. Ana Semi Kesadaran diri,

lingungan sekitar

Latar belakang keluarga yang religius

4. Yolanda Semi Ingin memperbaiki diri

Banyak teman yang menggunakan jilbab di kampus

5. Nurul(BNS) Jilboobs Ingin lebih mudah berbaur

Mengikuti organisasi Islam dan banyak teman yang menggunakan jilbab 6. Nina (BNS) Jilboobs Formalitas Banyak teman yang

menggunakan jilbab • BNS = Bukan Nama Sebenarnya

Setelah mendapati alasan, penilaian, pemaknaan, serta memutuskan untuk bertindak seperti apa dalam berjilbab yang kesemua nya itu melalui pengalaman-pengalaman yang berbeda dan lingkungan yang berbeda pula, setiap individu didalam kehidupannya selalu mendapatkan identitas-identitas baru melalui interaksi yang dilakukan dengan orang lain yang akan menambah pengalaman sosialnya, sehingga muncul kesadaran diri atau konsep diri yang mencakup kesadaran diri


(45)

dan dipusatkan pada diri sebagai obyeknya yang terdiri dari jawaban individu atas pertanyaan “siapa aku”, apakah Poetri yang merupakan seorang mahasiswi FISIP USU pengguna jilbab syari, apakah Ana mahasiswi departemen Kesejahteraan Sosial yang dulu pengguna jilbab syari, apakah Yolanda yang merupakan seorang yang menggeluti hobi lari, Nurul sebagai pengikut mode dari Korea, apakah Nina yang merupakan pengguna jilboobs, dan Ayu serta Vika yang merupakan sebagai mahasiswi muslim belum menggunakan jilbab. Yang mereka semua mampu menilai perkembangan jilbab pada masa sekarang ini, mampu memaknai jilbab atau pun menilai dirinya sendiri dan perilaku orang lain dalam berpakaian.

Yang kesemuanya itu mereka sadari, tentang badan seseorang atau malah tentang pengalaman-pengalaman subyektif sesorang, perasaan, dan perilakunya. Sehingga diri mampu memberikan tanggapan terhadap apa yang ia tunjukkan kepada orang lain dan dimana tanggapannya sendiri menjadi bagian dari tindakannya, dimana ia tidak hanya mendengarkan diri nya sendiri tetapi juga merespon dirinya sendiri, berbicara dan menjawab dirinya sendiri (percakapan internal)sebagaimana orang lain menjawab dirinya sendiri menurut Mead. (Ritzer, 2004: 280-281)

Mead membedakan paling kurang terdapat tiga fase Dimana individu belajar mengambil perspektif orang lain dan melihat dirinya sebagai obyek, yaitu tahap bermain, tahap pertandingan, dan generalized other. Dalam tahap permainan, adalah tahap yang dilalui oleh


(46)

anak-anak.Sedangkan tahap pertandingan dan generalized other adalah tahap yang sesuai dengan subyek penelitian ini, yaitu usia remaja hingga dewasa.

Identitas baru sebagai mahasiswi muslim yang berkuliah di FISIP USU, sebagai kakak atau adik, sebagai ketua atau anggota dalam organisasi, sebagai penggiat hobi berlari atau berenang, sebagai pengguna jilbab besar, jilbab tanggung ataupun jilboobs merupakan peran-peran dari sekian banyak peran yang akan didapati ketika sudah beranjak dewasa, dan peran tersebut mampu dijalankan secara serentak dan mengorganisasinya dalam suatu keseluruhan yang lebih besar, merupakan tahap pertandingan dalam perkembangan konsep diri. Dimana konsep diri setiap peserta dalam tahap pertandingan itu akan terdiri dari kesadaran subyektif individu terhadap peranannnya yang khusus dalam kegiatan bersama itu.

Lalu tahap selanjutnya adalah generalized other dimana di dalam kehidupan terdapat pandangan-pandangan dan sikap-sikap kehidupan bersama. Dalam persoalan jilbab, pandangan dan sikap kehidupan bersama itu adalah didalam menggunakan jilbab haruslah baik tingkah laku serta akhlaknya, dan apabila terdapat pengguna jilbab yang tingkah laku dan akhlaknya masih kurang baik, contohnya mencontek saat ujian, bergosip, dan tata bahasa yang kasar maka akan di beri label tidak pantas mengenakan jilbab. Labeling seperti itu masih tetap ada di dalam masyarakat.Maka hal ini menyebabkan munculnya pandangan oleh subyek penelitian bernama Vika dan Yolanda bahwa mereka seperti


(47)

telah menyalahi aturan apabila menggunakan jilbab, karena tingkah laku mereka belum sesuai dengan pandangan dan sikap-sikap kehidupan bersama dalam persoalan jilbab.

Mead mengatakan bahwa individu-individu akan mencerminkan sikap-sikap bersama serta respon-respon tertentu terhadap pandangan dan sikap hidup bersama tadi, namun menurut cara memandang dan latar belakang mereka sendiri secara khusus. Sehingga hal ini lah yang menjadi kan perbedaan dalam penggunaan jilbab, individu-individu akan membuat sesuatu yang baru dalam kata lain membuat terobosan. Masing-masing individu memiliki cara berpartisipasi yang unik dalam kehidupan bersama dari suatu kelompok tertentu, dan itu akan tercermin dalam munculnya segi-segi unik tertentu dari konsep diri. Hal ini dipengaruhi oleh apa yang disebut Mead “I” dan “Me” sebagai dua dimensi dari konsep diri. Dimana “I” merupakan tindakan spontanitas yang dilakukan individu tanpa adanya proses pertimbangan, sedangkan apabila dalam suatu kejadian, dan individu melakukan proses pertimbangan sebelum bertindak, maka itu adalah apa yang disebut “Me” di dalam konsep diri.

Dimana dalam proses wawancara, sebagian besar informan menjawab dengan menggunakan aspek “Me” karena berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan menggeneralisir sikap orang lain. Sedangkan aspek “I”terdapat beberapa kali informan menjawab dengan menggunakan aspek ini,yaitu seperti kutipan wawancara berikut:


(48)

I = Informan

1. Wawancara dengan Ayu:

P: Lalu, Ayu mengerti tentang surah dalam Al-Quran yang mengatur tentang penggunaan jilbabbagi muslimah? I:Tau lah. Surah nya surah An-Nisa (secara spontan)

P:Jadi apabila Ayu tau, lantas bagaimana Ayu menyikapi hal tersebut?

I: Kayak disikapi, tapi enggak gitu. Jadi, tau hukumnya apa kalo nampak aurat, hehh kepikiran cuman enggak dilaksanakan juga (tertawa), merasa bersalah.

2. Wawancara dengan Nurul:

P : hmm, kakak mengerti tidak mengenai dasar hukum dalam agama Islam yang mengatur tentang penggunaan jilbab?

I : surat An-Nisa. Kalau dibilang mengerti ya saya mengerti tapi gak paham kali, gak mengakar ngertinya, sekedar aja, gak sampai seutuhnya memahami aturan itu.

Yang padahal di dalam nilai-nilai agama Islam, aturan yang mengatur secara khusus tentang jilbab ada 2 surah, yaitu Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nuur ayat 31. Lalu selanjutnya:

3. Wawancara dengan Ana:

P: Menurut anda, mode jilbab yang sekarang anda pakai termasuk kedalam mode yang mana?

I: Salah. (secara spontan)

P: Oh bukan, maksud nya jilbab syari kah, jilbab semi kah, jilbab tanggung kah?

I: Jilbaaaabbbbbb, sekedarnya aja bang.

Ana menjawab “salah” dengan spontan yang mengartikan bahwa ia menanggap bahwa dirinya memakai jilbab yang salah karena tidak sesuai dengan pandangan dan sikap-sikap kehidupan bersama dalam persoalan jilbab. Lalu yang terakhir:


(49)

P: Oh begitu, oke wawancara nya sudah selesai, makasih ya Yolanda.

I: Udah bang? Alhamdulillah (secara spontan)

Yolanda mengatakan ucapan syukur “Alhamdulillah” dikarenakan di dalam wawancara, subyek penelitian berulang kali merasa bersalah atas kelakuan nya dengan kaitannya menjawab pertanyaan dari peneliti.

4.3 Makna Penggunaan Jilbab Oleh mahasiswi FISIP USU 4.3.1 Jilbab dan Perlindungan Diri

Kejahatan banyak jenisnya, dalam nilai-nilai di agama Islam, kejahatan juga dapat dilakukan oleh indera manusia, yaitu mata (penglihatan), mulut (pembicaraan), dan telinga (pendengaran).Kejahatan yang sering terjadi oleh kaum muslimah dari yang dapat dihasilkan dari indera kaum pria adalah kejahatan mata dan mulut.

Kont Kobino, dalam bukunya Tiga Tahun di Iran menganggap bahwa pemakaian jilbab secara ketat yang dulu berkembang di tengah bangsa Iran pada masa Sasan berkuasa, jilbab tetap eksis hingga masa Islam. Kont Kobino berpendapat bahwa apa yang berkembang di tengah orang-orang Sasan, jilbab bukan hanya sekedar penutup pada perempuan, melainkan juga menyembunyikannya. Ia mengatakan “Orang-orang beragama dan para raja ketika itu tidak mampu berbuat apa-apa dan sangat lemah; dimana ketika didalam rumah seseorang terdapat perempuan cantik, ia mesti menyembunyikannya sebaik mungkin. Karena, seandainya keberadaan perempuan cantik itu di ketahui, niscaya tidaklah sekali-kali ia mampu menjaga nya, bahkan nyawanya sendiri pun tidak akan mampu dijaganya” (Murthada, 2008: 29-30). Hal tersebut menunjukkan betapa berharga dan


(50)

berbahaya nya kecantikan (aurat) seorang perempuan pada masa itu, sehingga harus di beri penutup bahkan disembunyikan.

Pada masa kini kejahatan mata kaum pria yaitu contohnya seperti melihat dengan leluasa aurat kaum muslimah yang tidak menutupi tubuhnya dengan hijab, lalu kemudian disusul oleh kejahatan mulut yang berupa godaan.Yang godaan tersebut biasanya berupa komentar yang timbul dari hasil penglihatan anggota tubuh yang tidak berhijab tadi.Maka berdasarkan nilai-nilai di dalam agama Islam seorang perempuan diwajibkan berjilbab agar anggota tubuhnya tidak dengan leluasa dilihat oleh orang yang tidak berhak, karena orang yang berhak adalah si suami nya kelak.

Seperti yang terjadi pada Salwa, terdapat perbedaan ketika ia belum menggunakan jilbab dan ketika sudah menggunakan jilbab, yaitu sebagai berikut:

“kalo dulu kita masih bukajilbab, ibaratnya kalau ada cowok-cowok nongkrong nih pasti ada yang bilang“hai cewek” dan sebagainya, tapi kalau pakai jilbab kita malah jadi di doain nih”Assalamualaikum bu Haja” gitu. Jadi, jilbab itu sama sekali bukan suatuaib ya, yang harus kita marah, enggak gitu, ya semoga dari perkataan mereka jadi doa untuk kita, gitu”

Poetri mengatakan :

“sebenernya kan bagi kaum perempuan sendiri khususnya muslimahjilbab itusebenernya kan kewajiban jadi kalo menurut Poetri, jilbab itu, apa ya,sebagai identitas, satu. Yang kedua juga pelindung sih, dari orang-orang ataupun lingkungan sendiri”


(51)

“Hal-hal yang harus ditutupi itu sudah tertutup kayak misalnya rambut. Karna laki-laki itu katanya suka liat rambut wanita, dan maaf ya, ini bukan porno,Cuma mau bilang aja, gapapa kan? Soalnya saya pernah baca tuh di internet kalau laki-laki suka liat bagian dada wanita, nah kalau kita pake jilbab kan jadi tertutupi, jadi kan gak nampak kali secara langsung dan juga pake jilbab itu adem sih sebenernya, bagus, rapi, dan jilbab itu punya makna yang lebih”

Ayu mengatakan:

“Makna jilbab itu banyak lah.Salah satu nya ntuk melindungi diri wanita supaya orang-orangliat nya gaksembarangan, kan ketutupan semua.”

Jilbab sama hal nya dengan perisai, yang fungsinya untuk melindungi diri dari gangguan yang datang dari luar. Seseorang akan memikir berulangkali untuk menyerang seseorang yang menggunakan perisai, karena apabila diserang,maka orang yang bersangkutan akan menggunakan perisai untuk menangkis serangan yang datang. Begitu juga jilbab, dengan menggunakan jilbab, berdasarkan wawancara dengan subyek penelitian menunjukkan bahwa, seorang laki-laki akan lebih segan dan menghormati perempuan yang mengenakan jilbab, sehingga laki-laki akan lebih mengatur tata bahasa dan sikap nya terhadap perempuan pengguna jilbab.

4.3.2 Jilbab dan Pembatas

Pembatas berasal dari kata “batas” yang berdasarkan KBBI memiliki arti garis (sisi) yang menjadi perhinggan atau pemisah antara sesuatu.Kata hijab adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti penghalang.Hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi, dengan kata lain al-Hijab adalah


(52)

benda yang menutupi sesuatu.Hijab menurut Al-Quran artinya penutup secara umum, bisa berupa tirai pembatas, kelambu, papan pembatas, dan pembatas lainnya.

Dengan kata lain hijab adalah benda yang menutupi sesuatu. Sehingga jilbab salah satu fungsinya adalah sebagai pembatas, baik itu pembatas antara mana yang mukhrim dan yang tidak mukhrim, pembatas antara laki-laki dan perempuan, dan dapat juga pembatas tingkah laku. Karena sebagai seseorang yang sudah memutuskan untuk menggunakan jilbab, terdapat anggapan masyarakat bahwa mereka (pengguna jilbab) juga harus lah baik tingkah laku nya, sopan, anggun,dan bertutur kata yang baik. Pembatas dalam hal ini memiliki 3 makna berbeda yaitu pembatas pergerakan, pembatas dalam bertingkah laku, dan pembatas untuk mencegah hal-hal buruk yang datang ke si pengguna jilbab.

Pertama, jilbab sebagai pembatas pergerakan si pengguna jilbab dalam keseharian. Banyak hal yang terjadi di dalam masyarakat apabila membahas hal ini, seperti dapat kita lihat lowongan pekerjaan tertentu tidak menerima karyawati nya berjilbab, tidak bisa mengikuti kegiataan olahraga (tidak dapat menjadi atlet di beberapa bagian olahraga tertentu), tidak dapat mengekspreikan atau menikmati masa muda, tidak dapat menjadi aparat negara, berkurangnya jumlah teman dan lain-lain. Hal ini senada dengan seperti yang diutarakan oleh subyek penelitian yang bernama Yolanda dan Nina (bukan nama sebenarnya) berikut ini:


(53)

“sebenernya pas buka jilbab nya pas pulang kampung sih, abis itu ya karna olahraga lari. Kalau olahraga pake jilbab, rasanya kayak gak enak gitu, gak bebas.Juga walaupun saya masih buka tutup, ya gapapa lebih bagus pake jilbab dulu daripada ngurusin masalah hati, masalah mulut.”

Nina:

“waktu kalo lagi gak dikampus sama berpergian gitu, tapi pernah kalo mau pergi-pergi itu pake jilbab, tapi jarang. Karna masih ingin bebas aja gitu”

Yolanda merasa tidak bebas ketika menggunakan jilbab saat menekuni hobi nya sebagai pelari, dan Nina yang masih ingin bebas dengan tidak menggunakan jilbab ketika berpergian. Namun seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, beberapa anggapan tersebut mulai di tolak karena pada masa sekarang, muslimah berjilbab tetap bisa menjadi aparat negara, dan dapat menjadi seorang atlet nasional/professional di cabang olahraga yang cocok dan pantas dimainkan oleh muslimah, contohnya seperti pemanah, bulu tangkis, tenis lapangan/meja, dan banyak lagi yang dapat disesuaikan dengan busana muslimah. Kedua, jilbab sebagai pembatas dalam bertingkah laku. Dengan mengenakan jilbab, maka seseorang yang bersangkutan akan lebih mawas diri dalam berpenampilan maupun bertingkah laku di dalam kesehariannya. Jilbab membatasi seseorang untuk tidak berbuat yang tidak sesuai dengan norma, yang dalam kata lain menjaga tingkah laku muslimah untuk tetap tidak melewati batas kewajaran berperilaku seorang perempuan. Ketiga, jilbab sebagai pembatas antara diri sendiri dengan


(54)

kondisi lingkungan diluar , yang mana melindungi diri dari kejahatan yang dapat berasal dari lawan jenis, yang sudah di bahas sebelumnya.

Maka jilbab disini sebagai kontrol sosial bagi para pengguna jilbab, dimana mereka harus menanggung jawabi jilbab yang mereka pakai dan disesuaikan dengan sikap serta sifat mereka dalam kehidupan. Seperti data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan subyek penelitian berikut ini:

Poetri :

“karna teman Poetri bukan hanya jilbabnya yang besar doang bahkan adayang gak berjilbab karena ehh apa ya jilbab itu tidak membatasi kitaberteman dengan siapatapi kita lebih bisa membatasi diri kita sejauh mana kita bisa berteman gitu yang penting tidakmengkotak-kotakan pertemanan dan sikapnya lebih dijaga yang dulu kayakpreman sekarang udah mulai kayak, maksudnya udah baik lah gak urak-urakan lagi, dulu yang tempramen, sekarang bisa lebih sabar, itu sih.”

Salwa :

“jadi menseleksi temen nih dengan penampilan kita, jadi teman-teman yang mau berteman dengan kita , mau mencari ilmu bersama-sama degan kita itulah teman-teman yang sesungguhnya daripada yang hanya maunya hura-hura, hanya mau nya kongkow-kongkow (berkumpul), pasti mereka akan lambat launterseleksi alam lah. Dan jilbab ini jadi penjaga buat Salwa, kalau “oke kalau aku menggunakan ini (jilbab) berarti akugak boleh nih” sama dengan orang-orang yang tidak paham, jadi dengan selalu menggunakan ini (jilbab) kita lebih , kalau misalnya mau buat maksiat “oh ya aku seorang jilbabers” kayak gitu “masa iya sih aku berbuat gini” jadikayak“warning” lah buat Salwa sendiri.”


(55)

“setidaknya dengan sudah pake jilbab itu sudah sesuatu tindakan lalu nanti bakalan terikut sih (perilakunya) misalnya gosipin orang ya kan, lalu sadar kalo aku kan dah pake jilbab kok gitu sih , pelan-pelan udah gak gosip lagi, lama-lama karna jilbab ini tadi, ada alasan untuk berubah jadi lebih baik. Kalo nungguin datang hidayah, hidayah gak bakalan datang kalo gak kita kejar, gitu sih”

Jilbab memang dapat membatasi pergerakan, namun dampak positif lebih banyak dirasakan, dari hasil wawancara, bahwa Poetri tidak merasa ada masalah dengan pertemanan nya karena ia menggunakan jilbab besar, dan Salwa yang memang ditinggalkan oleh beberapa teman nya dikarenakan ia menggunakan jilbab, teman-teman nya menganggap bahwa ia telah berubah, namun Salwa memiliki banyak teman baru karena ia berjilbab, jilbab dengan makna sebagai pembatas ternyata mampu berfungsi sebagai penyeleksi teman sepermainan. Dan Yolanda yang jilbabnya menjadi pengingat untuk dirinya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi ddan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruknya.

4.3.3 Jilbab dan Identitas Diri

Jilbab merupakan kain yang menutupi tubuh bagian kepala hingga menjulur kebawah menutupi dada sehingga tidak tampak lekukan tubuh.Namun, jilbab yang merupakan bagian dari hijab (pembatas/penutup) ini tidak hanya digunakan oleh kaum muslimah saja. Hijab juga digunakan oleh bangsa Iran, Romawi, maupun India yang terjadi sebelum kedatangan agama Islam, juga kaum Yahudi, Nasrani, Katolik yang terlebih dahulu mengenal tradisi penggunaan jilbab. Dimana nenek moyang di negara-negara Timur Tengah sejak dulu sudah menggunakan kain penutup di kepalanya


(56)

yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan jilbab.Hal itu dikarenakan juga karena kondisi geografis negara Timur Tengah yang panas, sehingga penutup kepala dipakai sebagai pelindung dari terik sinar matahari, pasir dan debu yang berterbangan.

Menurut nilai keilmuan Isalam, jilbab memiliki fungsi sebagaimana hal nya pakaian, yaitu sebagai penutup aurat, pelindung tubuh, serta menjadi identitas yang membedakan antara yang satu dengan yang lain. Sebagai sebuah pakaian, jilbab menjadi penanda yang sangat jelas dari penampilan luar seseorang, yang dapat menempatkan seseorang tersebut ke dalam suatu kelompok tertentu. Faktanya saat ini yang terjadi adalah stereotype, dimana jilbab bagi masyarakat Indonesia sudah sangat lekat dengan agama Islam, maka mindset masyarakat apabila melihat jilbab, maka sudah pasti yang bersangkutan merupakan seorang muslim, namun pada kenyataan nya tidak.

Jilbab di Indonesia kini sangat erat kaitan nya dengan agama Islam, hal ini dapat di buktikan dari hasil wawancara dengan beberapa subyek penelitian yang mengatakan bahwa jilbab sebagai identitas seorang muslimah.

Poetri:

“sebenernya kan bagi kaum perempuan sendiri khususnya muslimah jilbab itusebenernya kan kewajiban jadi kalo menurut Poetri, jilbab itu, apa ya, sebagai identitaskarena kanmemang dalam Al-qur’an sendiri kan perempuan itu diwajibkan berjilbab karena adasesuatuyang Allah, apa namanya ya istilah nya , yang Allah suruh, yang Allah berikankepada kita gitu kenapa berjilbab ya karena untuk membedakan kita dengan non-muslim”


(57)

Yolanda :

“Sebenernya aku udah tau kalo pake jilbab itu wajib ya kan. Bagus pun. Memang wajib untuk perempuan. Makna nya sih kalo secara umum ya kan, kalau perempuan pake jilbab itu menunjukkan identitas nya dan lebih banyak untungnya sih sebenernya”

Nina (bukan nama sebenarnya):

“hmm sebagai identitas sebagai seorang muslim dan formalitas aja sih bang. Oh untuk fashion juga”

Jilbab yang merupakan sebuah identitas, dapat menjadi simbol identitas beragama, identitas gender maupun status sosial. Seperti yang sudah disebutkan bahwa jilbab tidak hanya terdapat didalam agama Islam, melainkan juga terdapat di agama lain. Sedangkan identitas berdasarkan status sosial, di masyarakat Indonesia ditemukan terdapat strata yang berkaitan dengan trend jilbab terkini.Yaitu dengan muncul nya desainer-desainer jilbab yang memiliki merk (brand) mereka sendiri, memiliki harga yang lumayan tinggi.Sehingga jilbab dengan merk-merk terkenal hanya bisa di gunakan oleh kaum kelas ekonomi menengah ke atas saja.

4.3.4 Jilbab dan Kepantasan

Jilbab dapat hadir sebagai sesuatu yang “suci” sehingga beberapa subyek penelitian merasa belum pantas untuk menggunakan jilbab karena subyek penelitian merasa bahwa dia masih banyak memiliki kesalahan dan belum sanggup untuk menjaga tingkah lakunya.Hal ini dikarenakan terdapat anggapan di dalam masyarakat yang apabila seseorang itu berjilbab,


(58)

hendaknya tingkah laku serta akhlaknya haruslah baik. Padahal berdasarkan nilai-nilai yang terdapat di dalam agama Islam, seorang perempuan yang apabila sudah menyentuh usia akhil baliqh (sudah mengalami mensturasi) maka diwajibkan bagi mereka untuk menutup aurat dengan menggunakan jilbab, dengan kata lain berjilbab merupakan kewajiban dan bukanlah pilihan. Jadi di dalam agama Islam tidak ada aturan yang mengharuskan apabila berjilbab, maka tingkah laku dan akhlak nya pun harus baik pula. Namun berdasarakan nilai-nilai di dalam agama Islam dengan menggunakan jilbab maka secara perlahan akan memperbaiki tingkah laku dan akhlak yang belum dikatakan baik menjadi baik, karena jilbab memiliki fungsi sebagai kontrol sosial. Ana dan Yolanda merupakan informan yang mengalami kebimbangan dalam memakai jilbab besar/syari, serta Vika yang masih enggan dalam memulai untuk menggunakan jilbab seperti yang terlihat dalam kutipan wawancara berikut ini:

Ana:

“Yaaa, salah satu masalah nya kita intropeksi diri kan bang, kita masih melakukan dosa gitubuat-buat dosa kecil gitu kayak nya gak cocok kalo kita make kayak gitu (memakai jilbabsyari/jilbab besar), harusnya kan kita kan memperbaiki diri sendiri dulu baru melakukan halyang lebih besar gitu. Aku juga kalau misalnya kumpul dengan teman-teman yangmenggunakan jilbab syari, itu merasa merendah gitu lah, karna orang itu lebih, lebih bisa menjaga istiqomah dari pada aku, bisa dibilang minder bang”

Yolanda:

” Kalo tiba-tiba pake yang jilbaber banget (jilbab syari) soleha kali, rasanya kalo udah pake yang kayak gitu tingkah laku itu pun harus disesuaikan lah”


(59)

Vika (bukan nama sebenarnya):

“Karena hm kalo perempuan memakai jilbab itu kan ibaratnya image yang ditampilkan itu kanperempuan yang baik, yang taat. Sementara saya pribadi belum merasa cocok maksudnyabener-bener jadi muslimah yang taat gitu loh maksudnya hmm daripada nantinya bongkar pasang juga kan, hm lebih baik menyiapkan, maksudnya menyiapkan diri segala macam, totalhingga bener- bener bisa pakai jilbab seutuhnya”

Seakan dalam penggunaan jilbab, maka sebelumnya haruslah menjadi pribadi yang “sempurna” dengan memiliki sifat kebaikan di dalam dirinya.Hal seperti ini yang saat ini menjadi mindset di masyarakat.Sehingga untuk orang yang belum memiliki kepribadian “sempurna” tadi maka belum cocok atau pantas menggunakan jilbab.

4.3.5 Jilbab dan Keanehan

Aneh adalah suatu hal yang janggal menurut kebanyakan orang atau sesuatu hal yang tidak sesuai dengan aturan dan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masyarakat pada umumnya.Jilbab pernah menjadi suatu “barang” yang aneh dan asing bagi masyarakat Indonesia.Ketidaktahuan tersebut lantas perlahan hilang seiring berkembang nya zaman.Kini banyak kaum muslimah yang paham betul tentang arti penting menggunakan jilbab berdasarkan ilmu keagamaan Islam.

Dengan perkembangan jilbab hingga saat ini, penggunaan jilbab oleh kaum muslimah tidak lagi dianggap suatu hal yang aneh, melainkan sudah dapat diterima oleh masyarakat sebagai suatu hukum dalam agama Islam.Tak


(1)

yang telah mendoakan saya, yang telah merawat serta mendidik saya dengan sepenuh hati, memberikan cinta dan kasih sayang yang mungkin tidak dapat saya balas hingga kapan pun. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan umur yang panjang, kesehatan, kemurah rezeki-an dan segala macam hal yang baik-baik untuk Ayah dan Mamak. Mudah-mudahan anak kalian ini benar-benar dapat menjadi kebanggaan kalian berdua, aamiin.

7. Buat mbak Dhini Adillah Sundari dan abang Abdul Malik Adillah yang sudah mau membantu saya berupa motivasi, doa dan dukungan yang tiada hentinya, terimakasih atas semuanya. Semoga Allah SWT melindungi selalu keluarga kita dari segala macam bahaya dan selalu menuntun kita di jalan yang di ridho-i Allah.

8. Terimakasih banyak juga buat atok Lanang, Atok Puan, nenek Leha yang selalu mempertanyakan “kapan wisuda dho?” saat saya pulang ke kampung, menjadi motivasi tambahan buat saya agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini. Semoga atok dan nenek sehat-sehat selalu dan terimakasih atas doa dan nasihat yang diberikan, insyaAllah saya akan dapat melakukan nasihat-nasihat yang diberikan.

9. Terimakasih banyak kepada teman-teman seperjuangan, terkhususnya buat The Bocors Family yang terdiri dari Zultia Safitri, Dedy Roy Hutagalung, Agita Widia Nora Barus, Andrie, Asima Panggabean, Binsar Pirngadi, Bram Simorangkir, Endy Temana, Feby Anastasya, Fernando Sembiring, Florensisca, Joy Samuel, Monica A Pratiwi, Paskah Wani Manurus S Sos, Walber Prakevin, dan Yayang Aprilia.


(2)

Walaupun awalnya kita tidak saling kenal, akhirnya bisa kompak, dan begitu banyak permasalahan yang muncul, sedih susah, senang kita lewati besama, hingga kita menyebut pertemanan ini sebagai the second family. Semua kenangan yang sudah kita lewati bersama akan selalu membekas dihati, terimakasih banyak sahabat.

10.Kepada yang terkasih Dewi Fatmawati, terimakasih banyak sudah selalu ada dan memberikan semangat serta membantu dalam mengerjakan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan, semangat untuk dapat lulus di 2017 ya wot.

11.Juga untuk teman-teman sesama satu pembimbing yang selalu “nongkrong” di departemen bersama, Zultia Safitri, Intan Aminah, Nurainun, Sri Saputri, Ira Mayasari, Estina Aritonang, Rici Wulandari S Sos,Rahmadina Pasaribu, dan Mei Wulandari, suka dan duka dalam pembuatan skripsi kita lewati bersama, terimakasih atas canda tawa selama ini, semangat dan masukan yang telah diberikan kepada saya. 12.Untuk sahabat saya dari SMA Heru Setyoko Spd dan Suli Amd.Kom,

yang sudah terlebih dahulu wisuda ketimbang saya, kalian selalu menyemangati untuk segera menyelesaikan skripsi saya, baik itu berupa sindiran atau ancaman. Semoga kita bisa terus kompak seperti ini, walau jarak memisahkan.

13.Akhirnya untuk semua pihak yang mendukung yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan


(3)

dan saran-saran yang sifarnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan akhirnya kata dengan kerendahan hari, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Medan, September 2016 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Definisi Konsep ... 8

1.5.1 Hijab ... 9

1.5.2 Jilbab ... 9

1.5.3 Kerudung ... 9

1.5.4 Orientasi ... 9

1.5.5 Nilai ... 9

1.5.6 Syariat ... 9

1.5.7 Aurat ... 10

1.5.8 Kaffah ... 10

1.5.9 Gaya Hidup... 11

1.5.10 Mahasiswi ... 11

BAB IIKAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diri ... 12

2.1.1 “I” dan “Me” Sebagai 2 Dimensi Konsep Diri ... 14

2.1.2 Tahap-tahap Dalam Perkembangan Konsep Diri ... 15

2.2 Self Indication ... 18


(5)

2.2.2 Ide-ide Dasar Interaksionisme Simbolik ... 20

2.3 Penelitian Terdahulu ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Lokasi Penelitian ... 26

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 26

3.3.1 Unit Analisis ... 26

3.3.2 Informan ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4.1 Data Primer ... 28

3.4.2 Data Sekunder ... 29

3.5 Interprestasi Data ... 30

3.6 Jadwal Kegiatan... 30

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 31

BAB IV HASIL TEMUAN DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN 4.1Profil Informan ... 32

4.1.1 Poetri Azela Aisyah ... 32

4.1.1Rama Salwa ... 33

4.1.2Restu Riana Siregar... 34

4.1.3Yolanda Prastika Siregar ... 35

4.1.4Nurul (Bukan Nama Sebenarnya) ... 36

4.1.5Nina (Bukan Nama Sebenarnya) ... 36

4.1.6Ayu Ladila Sebayang ... 37

4.1.7Vika (Bukan Nama Sebenarnya) ... 37

4.1.8Feby Anastasya ... 38

4.1.9 Asima Panggabean ... 38

4.2Alasan Penggunaan, Proses, dan Jenis Jilbab ... 39

4.2.1 Penggunaan Jenis Jilbab Syari/Besar ... 41

4.2.1.1 Rama Salwa ... 42


(6)

4.2.2 PenggunaJilbab Semi/Tanggung ... 50

4.2.2.1 Restu Riana Siregar ... 50

4.2.2.2 Yolanda Prastika Siregar ... 53

4.2.3 Pengguna Jilboobs ... 55

4.2.3.1 Nurul (Bukan Nama Sebenarya) ... 56

4.2.3.2 Nina (BUkan Nama Sebenarnya) ... 58

4.2.4 Mahasiswi Muslim Tidak Berjilbab... 60

4.2.4.1 Ayu Ladila Sebayang ... 60

4.2.4.2 Vika (Bukan Nama Sebenarnya) ... 62

4.3Makna Penggunaan Jilbab Oleh Mahasiswi FISIP USU ... 69

4.3.1 Jilbab dan Perlindungan Diri ... 69

4.3.2 Jilbab dan Pembatas... 71

4.3.3 Jilbab dan Identitas Diri ... 75

4.3.4 Jilbab dan Kepantasan ... 77

4.3.5 Jilbab dan Keanehan ... 79

4.4Sikap Mahasiswi FISIP USU Terhadap Perkembangan Busana Muslimah ... 82

4.4.1 Jilbab dan Kekinian ... 82

4.4.2 Jilbab dan Keindahan ... 85

4.4.3 Jilbab Masa Kini dan Harapan... 88

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 95

Daftar Pustaka... 97

LAMPIRAN ... 100

DAFTAR TABEL Tabel 1 Jadwal Kegiatan ... 39

Tabel 2 Biodata Informan ... 48