77
Yolanda : “Sebenernya aku udah tau kalo pake jilbab itu wajib ya
kan. Bagus pun. Memang wajib untuk perempuan. Makna nya sih kalo secara umum ya kan, kalau perempuan pake
jilbab itu menunjukkan identitas nya dan lebih banyak untungnya sih sebenernya”
Nina bukan nama sebenarnya: “hmm sebagai identitas sebagai seorang muslim dan
formalitas aja sih bang. Oh untuk fashion juga”
Jilbab yang merupakan sebuah identitas, dapat menjadi simbol identitas beragama, identitas gender maupun status sosial. Seperti yang
sudah disebutkan bahwa jilbab tidak hanya terdapat didalam agama Islam, melainkan juga terdapat di agama lain. Sedangkan identitas berdasarkan
status sosial, di masyarakat Indonesia ditemukan terdapat strata yang berkaitan dengan trend jilbab terkini.Yaitu dengan muncul nya desainer-
desainer jilbab yang memiliki merk brand mereka sendiri, memiliki harga yang lumayan tinggi.Sehingga jilbab dengan merk-merk terkenal
hanya bisa di gunakan oleh kaum kelas ekonomi menengah ke atas saja.
4.3.4 Jilbab dan Kepantasan
Jilbab dapat hadir sebagai sesuatu yang “suci” sehingga beberapa subyek penelitian merasa belum pantas untuk menggunakan jilbab karena
subyek penelitian merasa bahwa dia masih banyak memiliki kesalahan dan belum sanggup untuk menjaga tingkah lakunya.Hal ini dikarenakan terdapat
anggapan di dalam masyarakat yang apabila seseorang itu berjilbab,
Universitas Sumatera Utara
78
hendaknya tingkah laku serta akhlaknya haruslah baik. Padahal berdasarkan nilai-nilai yang terdapat di dalam agama Islam, seorang perempuan yang
apabila sudah menyentuh usia akhil baliqh sudah mengalami mensturasi maka diwajibkan bagi mereka untuk menutup aurat dengan menggunakan
jilbab, dengan kata lain berjilbab merupakan kewajiban dan bukanlah pilihan. Jadi di dalam agama Islam tidak ada aturan yang mengharuskan
apabila berjilbab, maka tingkah laku dan akhlak nya pun harus baik pula. Namun berdasarakan nilai-nilai di dalam agama Islam dengan menggunakan
jilbab maka secara perlahan akan memperbaiki tingkah laku dan akhlak yang belum dikatakan baik menjadi baik, karena jilbab memiliki fungsi sebagai
kontrol sosial. Ana dan Yolanda merupakan informan yang mengalami kebimbangan dalam memakai jilbab besarsyari, serta Vika yang masih
enggan dalam memulai untuk menggunakan jilbab seperti yang terlihat
dalam kutipan wawancara berikut ini:
Ana: “Yaaa, salah satu masalah nya kita intropeksi diri kan
bang, kita masih melakukan dosa gitubuat-buat dosa kecil gitu kayak nya gak cocok kalo kita make kayak gitu
memakai jilbabsyarijilbab besar, harusnya kan kita kan memperbaiki diri sendiri dulu baru melakukan halyang
lebih besar gitu. Aku juga kalau misalnya kumpul dengan teman-teman yangmenggunakan jilbab syari, itu
merasa merendah gitu lah, karna orang itu lebih, lebih bisa menjaga istiqomah dari pada aku, bisa dibilang minder
bang”
Yolanda: ” Kalo tiba-tiba pake yang jilbaber banget jilbab syari
soleha kali, rasanya kalo udah pake yang kayak gitu tingkah laku itu pun harus disesuaikan lah”
Universitas Sumatera Utara
79
Vika bukan nama sebenarnya: “Karena hm kalo perempuan memakai jilbab itu kan
ibaratnya image yang ditampilkan itu kanperempuan yang baik, yang taat. Sementara saya pribadi belum
merasa cocok maksudnyabener-bener jadi muslimah yang taat gitu loh maksudnya hmm daripada nantinya
bongkar pasang juga kan, hm lebih baik menyiapkan, maksudnya menyiapkan diri segala macam, totalhingga
bener- bener bisa pakai jilbab seutuhnya”
Seakan dalam penggunaan jilbab, maka sebelumnya haruslah menjadi pribadi yang “sempurna” dengan memiliki sifat kebaikan di
dalam dirinya.Hal seperti ini yang saat ini menjadi mindset di masyarakat.Sehingga untuk orang yang belum memiliki kepribadian
“sempurna” tadi maka belum cocok atau pantas menggunakan jilbab.
4.3.5 Jilbab dan Keanehan