Thailand Kebijakan Perberasan di Empat Negara Asia Tenggara

tersebut mencapai 6,3 miliar Peso Filipina pada tahun 1998 dan lebih dari 7,0 miliar Peso Filipina pada tahun 2004. Sedangkan tahun 1998 jauh lebih besar yaitu sekitar 1 miliar Peso Filipina yang disediakan untuk Research Development pertanian khususnya perberasan selama periode yang sama Balisacan dan Leocadio, 2006.

2.5.3. Thailand

Thailand merupakan salah satu negara eksportir beras di Asia Tenggara. Dari 65,1 juta penduduknya, sejumlah 16,2 juta orang atau sekitar 3,7 juta rumah tangga adalah petani padi. Dengan demikian, sekitar 26,5 persen dari total penduduk terlibat dalam pertanian beras dan mayoritas penduduk tinggal di wilayah perdesaan. Pada tahun 1998, budidaya padi dan industri perberasan menjadi andalan untuk mengurangi jumlah pengangguran di negara tersebut. Dari total lahan garapan 20.900 hektare, setengahnya dimanfaatkan untuk budidaya padi. Sepanjang 1960-1980, lahan pertanian beras mengalami peningkatan luas yang luar biasa dalam rangka Green Revolution dan meningkatkan produksi beras. Produksi meningkat dari 12,4 juta ton menjadi 21,2 juta ton padi dalam dua dekade tersebut. Selama 1998-2003, setiap tahun diproduksi 22-26 juta ton beras. Sebanyak 6,8-7,3 juta ton diekspor dalam kurun waktu tersebut. Pada tahun 2006, total produksi padi sebesar 29,5 juta ton dan pada 2007 Thailand mampu memproduksi 18,4 juta ton beras. Tahun 2007-2011, pemerintah Thailand menerapkan enam strategi untuk pembangunan berkelanjutan. Strategi itu meliputi aspek-aspek sektor beras domestik yang berbeda dan memasukkan produksi serta pengembangan petani padi sekaligus pengembangan produk dan pemasaran. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi adalah dengan Universitas Sumatera Utara meminjamkan 160.000 hektare lahan tidur yang dimiliki pemerintah kepada petani untuk memproduksi beras Anonymous, 2010. Saat ini, dua kebijakan penting yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah Thailand dalam mengembangkan industri perberasan, yaitu: program penjaminan pendapatan usahatani padi dan sistem kontrol standarisasi beras. Jaminan pendapatan usahatani atau program asuransi harga dimulai pada akhir tahun 2009 untuk menggantikan program penjaminan padi yang diadopsi pada tahun 1985 untuk meningkatkan pendapatan petani padi. Biasanya, harga jaminan lebih rendah dari harga pasar tetapi harga dinaikkan untuk membantu petani agar cepat menjual produk mereka untuk membayar biaya atau utang. Bank for Agriculture and Agricultural Cooperatives BAAC, organisasi pergudangan, dan Organisasi pemasaran petani melaksanakan program penjaminan. Namun, skema penjaminan berdampak pada harga beras dalam negeri yang mengarah kepada distorsi pasar. Skema ini menguntungkan terutama bagi petani dan penggilingan padi yang berpartisipasi dalam program dan pedagang beras bisa mendapatkan harga yang rendah dari lelang pemerintah. Tetapi penggilingan padi yang tidak terikat menjadi lemah karena petani memilih untuk bergabung dengan sistem penjaminan dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar. Eksportir beras Thailand juga terpengaruh oleh harga beras yang tinggi pada musim penjaminan dan kehilangan daya saing mereka di pasar beras Anonymous, 2010. Semenjak awal 1980-an, pemerintah Thailand mengubah kebijakan perberasannya ke arah perdagangan bebas. Pada tahun 1982, Thailand menandatangani GATT yang berperan besar dalam liberalisasi kebijakan beras. Pemerintah Thailand mulai menarik diri dari pasar beras domestik dan Universitas Sumatera Utara membiarkan harga pasar menentukan harga dalam negeri. Beberapa intervensi dan dukungan tetap disediakan meskipun tidak langsung, dan petani dapat memilih untuk mengambil peluang itu atau tidak. Pemasaran luar negeri juga dimasukkan bersamaan dengan strategi untuk menciptakan nilai dan pengembangan logistik. Strategi yang dinilai kontroversial adalah strategi yang menyangkut stabilisasi harga beras. Pemerintah kini kembali terlibat dalam pasar beras, meskipun sebelumnya pernah menarik diri dari pasar domestik beras pada 1980-an. Pada 2001, Pemerintah National Rice Policy Commitee memperkenalkan kebijakan jaminan harga beras rice price guarantee policy. Kebijakan harga minimum ini berfungsi sebagai program gadai mortgage program dimana petani dapat memperoleh pinjaman berbunga rendah dari pemerintah Anonymous, 2010. Program gadai mortgage programme menjamin harga lebih tinggi dari harga pasar, kebijakan tersebut menghasilkan pengadaan beras oleh pemerintah. Misalnya, selama masa panen periode 2005 akhir hingga awal 2006, pemerintah telah memiliki stok lebih dari 5 juta ton beras, kemudian mengekspor beras tersebut ke bebeberapa negara dengan skema pemerintah ke pemerintah G to G. Program gadai mendapat kritik dari berbagai kalangan karena menghabiskan anggaran pemerintah yang sangat besar. Namun, program gadai yang sempat dihentikan dan kemudian diberlakukan kembali dengan harga intervensi 10.000 Baht per ton untuk masa panen pertama 2008. Pada panen kedua 2008 pemerintah menjamin harga 14.000 Baht per ton. Biaya keseluruhan program mencapai 35 juta Baht dan berhasil mengumpulkan 2,5 juta ton beras pada akhir September 2008 Anonymous, 2010. Universitas Sumatera Utara Namun, keuntungan utama program asuransi harga terletak pada besarnya efektivitas dalam mendukung kelompok sasaran di sektor pertanian. Cakupan total 3,2 juta petani padi yang mendapat manfaat dari program ini melampaui jumlah penerima manfaat dari program penjaminan padi sebelumnya kurang dari satu juta petani. Faktor-faktor lain dalam mendukung program asuransi harga adalah a regulasi tidak rumit yang memungkinkan pemerintah untuk tidak terlibat dengan pengelolaan atau pengolahan produk, b mekanisme pemasaran tidak terdistorsi seperti dalam kasus proyek penjaminan tersebut, c petani menerima manfaat penuh, dan d mekanisme perlindungan harga tidak bertentangan dengan aturan World Trade Organization WTO karena tidak mensubsidi ekspor tetapi hanya mendukung dan mempertahankan harga produk pertanian dalam negeri Titapiwatanakun, 2012. Harga beras dibedakan berdasarkan kualitas grade dan musim dimana harga pada setiap grade berbeda, demikian juga terlihat ada perbedaan harga antarmusim. Musim kedua musim kemarau biasanya hasil panen lebih rendah, meskipun rendemennya lebih tinggi. Dengan pertimbangan itu, harga musim kedua menjadi lebih tinggi. Tahun 2006, pemerintah menganggarkan pembelian 9 juta ton beras, tetapi hanya 1,8 juta ton beras yang dijual oleh petani karena pedagang swasta memberi tawaran harga yang lebih tinggi. Harga yang ditawarkan pemerintah setiap musim juga berbeda, begitu pula dengan jumlah beras yang dapat dibeli pemerintah Anonymous, 2010. Menurut Oryza 2013, Pemerintah Thailand telah membeli sekitar 5.64 juta ton beras senilai 84.5 milyar baht sekitar 2.78 milyar. Pada periode musim tanam kedua, petani yang berpartisipasi dalam program ini sekitar 778.000 petani. Bank for Agriculture and Universitas Sumatera Utara Agricultural Cooperatives BAAC berencana untuk meningkatkan modal sekitar 10 miliar baht sekitar 33juta untuk meningkatkan rasio modal sampai 10 persen. Menurut Bank for Agriculture and Agricultural Cooperatives BAAC sebagaimana dilaporkan Oryza 2013, pemerintah telah menghabiskan sekitar 667 miliar baht sekitar 21.3 miliar sejak awal program gadai beras pada Oktober 2011. Awal tahun 2013, pemerintah Thailand akan membayar sekitar 220 miliar baht sekitar 7 miliar untuk BAAC pada akhir tahun dari hasil penjualan beras. Namun, sampai September 2013, pemerintah telah membayar hanya 139 miliar baht sekitar 4,4 milyar. Rendahnya penjualan beras tahun 2013 menyulitkan pemerintah untuk mendapatkan dana dari sumber dalam negeri. Pemerintah harus meminjam lebih banyak uang dari bank untuk melanjutkan program gadai beras. Pemerintah Thailand menyetujui 270 miliar baht sekitar 8.35 Miliar untuk menjalankan program gadai beras 2013-2014 Oktober- September untuk membeli sekitar 16,5 juta ton padi dari petani diatas harga pasar. Sebagai perbandingan, pemerintah menghabiskan sekitar 376 miliar baht sekitar 12.5 Milyar untuk membeli sekitar 21,7 juta ton padi dari petani pada tahun pertama dari program gadai beras Oktober 2011-September 2012 , dan sekitar 410 miliar baht sekitar 13.6 Miliar untuk membeli sekitar 18 juta ton padi dari petani di 2012-2013.

2.5.4. Vietnam