2.5.2. Philipina
Hampir semua negara melakukan intervensi harga pasar pangan untuk mengendalikan stabilitas harga. Metode intervensi yang paling umum adalah
penggunaan buffer stock yang biasanya bersama-sama dengan kebijakan perdagangan tarif dan non tarif. Tidak terkecuali Filipina dan negara
berkembang, pengelolaan buffer stock ditangani oleh suatu badan pemerintah, yaitu Otoritas Pangan Nasional yang memiliki mandat untuk mengelola buffer
stock beras yang merupakan makanan pokok di negara ini. Pemerintah melakukan
intervensi pada tahap pemasaran melalui badan usaha pemerintah yang dikenal dengan National Food Authority NFA. Tantangannya adalah meminimalkan
biaya subsidi dari intervensi pemerintah sehingga konsisten dengan stabilisasi harga dan ketahanan pangan. Subsidi penuh oleh pemerintah pada tahap
pemasaran dapat menyebabkan efek distorsi distortion effect pada sistem pemasaran beras. Efek paling terasa adalah ketidakjelasan dan ketidakpastian
usaha yang menyebabkan swasta enggan untuk berinvestasi pada sektor ini. Semakin baik, terintegrasi dan fasilitas yang lebih memadai, maka semakin
rendah biaya per unit beras yang dipasarkan dan berpotensi mendapatkan keuntungan bagi konsumen harga eceran yang lebih rendah atau petani harga
di tingkat petani lebih tinggi atau kedua-duanyanya. Stabilisasi harga adalah harga beras dalam negeri lebih stabil daripada harga beras dunia, yaitu intervensi
pemerintah sedemikian rupa sehingga harga beras dalam negeri di tingkat konsumen lebih stabil daripada harga beras dunia. Dalam ekonomi beras yang
benar-benar terbuka, harga beras dalam negeri sebagian besar akan mengikuti perputaran harga beras dunia disesuaikan dengan perubahan nilai tukar dan
Universitas Sumatera Utara
perubahan tingkat tarif impor beras yang cenderung konstan dari waktu ke waktu Intal, Cu dan Illescas, 2012.
Ketidakseimbangan penawaran dan permintaan domestik ditangani dan dikelola melalui ekspor dan impor beras. Pemerintah memiliki dua pendekatan
alternatif dalam rangka stabilisasi harga beras dalam negeri Filipina. Pendekatan pertama adalah pemerintah tetap mengandalkan swasta untuk melakukan impor
dan ekspor beras, tetapi tarif impor beras yang disesuaikan untuk melawan pergerakan harga beras dunia. Dalam hal ini, stabilisasi harga dalam negeri
dilakukan melalui sistem tarif sehingga tarif impor beras diturunkan ketika harga beras dunia tinggi dan dinaikkan ketika harga beras dunia rendah. Dengan strategi
intervensi seperti ini, pemerintah dapat mengandalkan sepenuhnya pada sektor swasta dalam perdagangan impor dan ekspor beras. Pemerintah tidak harus
mengeluarkan sumberdaya untuk melakukan stabilisasi harga beras domestik. Pemerintah berpotensi memperoleh pendapatan dari tarif retribusi pada beras
impor Intal, Cu dan Illescas , 2012. Kebijakan pemasaran beras pemerintah bertujuan untuk menyediakan
beras dengan harga yang tinggi bagi petani dan rendah bagi konsumen. Dalam hal ini, pemerintah telah melakukan berbagai tindakan dan intervensi yang tidak
hanya sulit tetapi juga sangat mahal. Sebagai contoh, National Food Authority NFA
yang diberi mandat untuk menstabilkan pasokan dan harga beras dan biji- bijian lain, hal ini benar-benar meningkatkan volatilitas harga dalam negeri,
mengurangi kesejahteraan konsumen dan produsen, mengurangi minat swasta berinvestasi untuk meningkatkan fasilitas distribusi dan penyimpanan. Selain itu,
pengeluaran pemerintah untuk subsidi dalam mempertahankan operasi pasar
Universitas Sumatera Utara
tersebut mencapai 6,3 miliar Peso Filipina pada tahun 1998 dan lebih dari 7,0 miliar Peso Filipina pada tahun 2004. Sedangkan tahun 1998 jauh lebih besar
yaitu sekitar 1 miliar Peso Filipina yang disediakan untuk Research Development
pertanian khususnya perberasan selama periode yang sama Balisacan dan Leocadio, 2006.
2.5.3. Thailand