Indonesia Kebijakan Perberasan di Empat Negara Asia Tenggara

sehingga dapat menentukan posisi tawarnya dalam pembentukan harga Burhan, 2006.

2.5. Kebijakan Perberasan di Empat Negara Asia Tenggara

Salah satu masalah klasik yang sering dialami petani padi adalah anjloknya harga jual gabahberas pada saat panen raya, dan meningkatnya harga pada saat diluar panen. Kondisi tersebut menyebabkan petani menjadi rugi dan usahatani padi tidak menguntungkan. Selain itu, kenaikan harga beras dapat menimbulkan gejolak sosial mengingat beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berupaya membuat regulasikebijakan perberasan agar gabahberas petani dibeli dengan harga tertentu yang bisa memberikan keuntungan yang layak bagi petani. Selain itu, beras dijual ke masyarakat konsumen diatur dengan harga tertentu sehingga masyarakat mampu mengakses dalam batas wajar. Kebijakan tersebut dikenal dengan istilah Harga Pembelian Pemerintah-HPP procurement price policy BKP-Kementan, 2013.

2.5.1. Indonesia

Pada tahun 1969, pemerintah memutuskan untuk menerapkan kebijakan harga dasar bersamaan dengan kebijakan nonharga. Kebijakan harga ini digunakan pemerintah untuk mengoptimalkan kebijakan nonharga, seperti varietas unggul padi, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, perbaikan pengairan, serta teknik pertanian. Dampaknya adalah Indonesia mampu meningkatkan produktivitas, luas areal tanam, serta pendapatan petani padi. Kedua kebijakan tersebut masih dipertahankan sampai sekarang. Pada 2002, harga dasar diubah menjadi harga dasar pembelian pemerintah HDPP. Pada 2005, istilah HDPP Universitas Sumatera Utara diganti menjadi harga pembelian pemerintah HPP. Sejak 2007, pemerintah kembali mengucurkan subsidi pupuk dan benih, dimana pada 2009 mencapai Rp 19,7 triliun, sekitar 0,3 persen PDB. Swasembada beras kembali dapat diraih sejak 2008 Anonymous, 2010. Sawit 2001, ketidakstabilan harga beras dalam negeri tahun 1998 lebih dominan dipengaruhi oleh ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, hal ini telah berakibat kepada meningkatnya harga pangan pada umumnya serta inflasi. Kebijakan pemerintah untuk menekan harga beras dalam negeri dengan subsidi harga secara umum general food subsidy telah memperburuk kinerja kebijakan stabilisasi harga beras dalam negeri, berpengaruh negatif terhadap petani produsen serta memperburuk distribusi pendapatan dan penyeludupan beras. Kebijakan pelarangan perdagangan beras antar pulau juga terlah menghambat aliran beras dari daerah produksi beras ke wilayah-wilayah bukan produksi yang biasanya dilakukan oleh swasta, sehingga disparitas harga beras antar daerah menjadi tinggi. Kebijakan terakhir ini telah menumbuh- kembangkan pencari rente, sehingga menambah buruknya stabilitas harga beras dalam negeri. Penetapan HPP dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, pengembangan ekonomi pedesaan, stabilitas ekonomi nasional, peningkatan ketahanan pangan, dan dalam rangka pengadaan cadangan pangan. Selain itu juga untuk mendukung peningkatan produktivitas petani padi dan produksi beras nasional. HPP gabah yang ditetapkan pemerintah diharapkan menjadi “semacam harga minimum” floor price yang berfungsi sebagai referensi harga price Universitas Sumatera Utara reference bagi petani dan pedagang yang melakukan transaksi jual-beli gabahberas BKP-Kementan, 2013. Tabel 2.2. Kebijakan Perberasan Indonesia Tahun 2002 - 2013 Kebijakan Perberasan Harga GKP Tingkat Petani RpKg Harga GKG Tingkat Penggilingan RpKg Harga Beras di Gudang Bulog Penggilingan RpKg Masa Berlaku BlnThn Inpres 092002 1.230 1.725 2.790 Jan. 2003 - Feb. 2005 Inpres 022005 1.330 1.765 3.050 Maret - Des. 2005 Inpres 132005 1.730 2.250 3.550 Jan. 2006 - Maret 2007 Inpres 032007 2.000 2.575 4.000 April 2007 - Maret 2008 Inpres 012008 2.240 2.800 4.300 April 2008 – Des. 2008 Inpres 082008 2.400 2.440 4.600 Jan. – Des. 2009 Inpres 072009 2.640 3.300 5.060 Jan. 2010 – Feb. 2012 Inpres 032012 3.300 4.150 6.600 April 2012 – Sekarang Sumber: BKP-Kementerian Pertanian 2013 Salah satu bentuk perlindungan terhadap petani dan industri beras adalah dengan adanya insentif harga gabahberas floor price untuk kepentingan produsen, serta harga langit-langit ceiling price untuk melindungi konsumen. Mulai tahun 2004 pemerintah telah memberlakukan kebijakan harga pembelian pemerintah HPP menggantikan kebijakan harga dasar gabah HDG. Hampir semua negara di Asia masih mempertahankan kebijakan insentif harga terhadap produsen padi, stabilisasi harga beras, serta mengatur impor dan ekspor, sementara pemerintah Indonesia justru terkesan melepaskan harga gabah kepada mekanisme pasar Anonymous, 2010. Penetapan HPP gabahberas pertama kali dilakukan pada tahun 2002 yang dituangkan melalui Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2002. Sampai tahun 2012, sudah 8 delapan kali ditetapkan kebijakan HPP gabahberas untuk menyesuaikan situasi perberasan dalam negeri, terutama akibat perkembangan harga yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode tersebut, kenaikan HPP Gabah Kering Panen GKP berkisar 8-30 persen atau rata-rata 15,43 persen per tahun, Universitas Sumatera Utara kenaikan HPP Gabah Kering Giling GKG berkisar 4-27 persen atau rata-rata 13,82 persen per tahun, dan HPP beras berkisar 0-30 persen atau rata-rata 15,90 persen per tahun, seperti terlihat pada Tabel 2.2. Beberapa hal yang mendasari perubahan kebijakan HPP antara lain penyesuaian harga bahan bakar minyak BBM, seperti kejadian pada tanggal 1 Oktober 2005 terjadi kenaikan bahan bakar solar sebesar 124 persen yang berdampak sangat besar terhadap kinerja sektor pertanian. Untuk mempertahankan profitabilitas usahatani padi agar usaha tani padi menguntungkan minimal 30 persen, pemerintah mengeluarkan kebijakan perberasan baru melalui Inpres No. 132005 yang menaikan HPP gabahberas. Faktor lain yang menyebabkan perubahan HPP adalah harga gabahberas di pasaran yang jauh lebih tinggi dibanding HPP, seperti pada akhir tahun 2006-awal 2007, harga gabahberas sekitar 40-60 persen di atas HPP. Hal ini menyebabkan Bulog tidak dapat memenuhi target pengadaan gabahberas pemerintah, sehingga pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan perberasan melalui Inpres No. 3 Tahun 2007. Selain itu, tingginya harga beras dunia yang terjadi karena berbagai masalah di negara-negara produsen, seperti bencana alam dan tingginya harga minyak juga menjadi salah satu pertimbangan perubahan kebijakan HPP. Kenaikan harga eceran tertinggi HET pupuk subsidi pada April 2010 yang berdampak pada tingginya usahatani padi, juga menjadi salah satu alasan pemerintah kembali menaikkan HPP sebesar 10 persen dengan mengeluarkan Inpres No. 7 Tahun 2009 yang mulai diberlakukan pada Januari 2010. Diharapkan dengan penyesuaian HPP tersebut, pendapatan petani tidak menurun dan peningkatan produksi beras nasional tidak terganggu BKP-Kementan, 2013. Universitas Sumatera Utara

2.5.2. Philipina