Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

standar yang sederhana, yaitu: ordinary rice C2, beras berkualitas rendah dan sedang, yaitu beras patahan 20 persen hingga 25 persen dan luxury rice C1, beras berkualitas tinggi, yaitu beras patahan 5 persen hingga 10 persen. Kualitas beras tecermin pada harga beras tersebut dan perbedaan harga dasar juga didasarkan pada perbedaan musim Anonymous, 2010. Tindakan pemerintah menaikkan harga dasar terjadi pada saat panen melimpah, seperti yang terjadi pada 2008. Petani menanam lebih banyak beras akibat harga bagus pada musim semi dan gugur. Akibat panen yang melimpah, semenjak bulan Agustus dilaporkan harga sudah di bawah tingkat biaya produksi petani, yang berarti petani mengalami kerugian. Dalam rangka mengatasi proses penurunan tersebut, pemerintah meminta State Owned Enterprises-SOE membeli satu juta ton beras pada Februari 2009. Hal ini berakibat pada naiknya harga beras di Delta Sungai Mekong sebesar 14 persen. Meskipun pemerintah mengupayakan selisih keuntungan 3 persen setiap tahun, kenaikan harga produk- produk konsumsi lain masih lebih tinggi ketimbang harga beras. Selama periode 1989-2000, harga beras naik 14,85 persen, hanya saja pada periode itu pula tercatat kenaikan harga produk lain sebesar 18,25 persen. Angka ini menunjukkan bahwa harga yang diterima petani sesungguhnya menurun 2,97 persen per tahun dan penurunan harga ditingkat eceran 1,91 persen. Penurunan harga beras yang diterima petani sedikit terkompensasi oleh peningkatan hasil panen per hektar Anonymous, 2010.

2.6. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran teoritis dikatakan bahwa daya saing perberasan di suatu negara dipengaruhi oleh supply- Universitas Sumatera Utara Demand, volume ekspor-impor beras, harga beras Indonesia dan internasional, volatilitas harga beras Indonesia internasional dan integrasi pasar, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Keparangka Pemikiran Supply-demand merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menciptakan daya saing perberasan, khususnya di negara-negara penghasil beras dunia. Faktor produksi dan konsumsi menggambarkan apakah suatu negara mengalami surplus net eksportir atau defisit net importir. Volume impor beras mengidentifikasikan terjadinya perdagangan Internasional yang mengakibatkan terjadinya integrasi pasar spatial, sehingga terjadi perambatan harga dari beras dunia kepada gabah dan beras Indonesia. Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar dunia terutama pada tahun 1998-1999 kemudian swasembada terjadi lagi tahun 2004. Hal ini Adalah garis yang mempengaruhi Adalah garis keterkaitan harga Supply-Demand Harga Beras Indonesia Beras Volatilitas Harga Beras Indonesia Integrasi Pasar Spasial Daya Saing Impor Harga Beras Asean Universitas Sumatera Utara terjadi karena meningkatnya permintaan dan konsumsi beras, lambannya proses diversifikasi pangan, konversi lahan pertanian dan bencana alam. Sehingga impor beras dilakukan untuk dapat menutupi kekurangan produksi beras dalam negeri. Besarnya jumlah beras yang diimpor berfluktuasi setiap tahunnya. Integrasi pasar spatial menunjukkan hubungan searah maupun dua arah perdagangan beras antar dua atau lebih negara dimana sebagian diantaranya merupakan net importir defisit dan sebagian lagi net eksportir surplus. Pasar yang terintegrasi dalam sistem perdagangan lebih efisien, saling mempengaruhi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Derajat integrasi pasar dipengaruhi oleh kebijakan tariff maupun non tariff di suatu negara. Ketika terjadi kenaikan harga pangan di pasar dunia dapat memberikan dampak positif terhadap ekspor dan GDP, disamping itu juga dapat menyebabkan permasalahan bagi konsumen, khususnya peningkatan nilai komoditas lainnya yang menyebabkan kenaikan harga beras di pasar Indonesia dan meningkatnya inflasi. Dampak kenaikan harga beras bagi rumah tangga miskin menyebabkan sekitar 23 pendapatannya digunakan untuk pangan dimana sekitar 20 persen diantaranya dibelanjakan untuk beras Worldbank, 2010. Menurut Clarete, dkk 2013, harga pangan meningkat secara substansial di berbagai negara selama krisis pangan dunia, kecuali beberapa negara yang menutup dirinya dari pasar dunia. Tetapi perdagangan yang tertutup dapat memicu peningkatan harga dan volatilitas di pasar internasional, membuat harga domestik meningkat di negara- negara kecil yang tergantung kepada impor dari negara lain. Daya saing Comparative Advantage beras Indonesia di pasar internasional diduga rendah bukan karena produktivitas padi yang dihasilkan Universitas Sumatera Utara petani rendah, tetapi disebabkan karena kebijakan intervensi pemerintah, suplay- demand yang tidak seimbang konsumsi beras tinggi, kualitas beras yang masih rendah, sebagian besar lahan petani yang relatif kecil petani gurem yang mempunyai luas lahan sekitar 0.3 ha.

2.7. Hipotesis Penelitian