Daya pembeda D Analisis Instrumen Penelitian

3.6.3 Daya pembeda D

Menurut Arikunto 2009:211 daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Daya beda dicari dengan mengambil 50 skor teratas sebagai kelompok atas J A dan 50 skor terbawah sebagai kelompok bawah J B . Rumus yang digunakan untuk pilihan ganda. Seluruh peserta tes dibagi menjadi dua sama besar yaitu 50 untuk kelompok atas dan 50 untuk kelompok bawah. Hal ini disebabkan karena peserta tes berjumlah 32 orang yang berarti kurang dari 100. Menurut Arikunto 2009:213 rumus yang digunakan yaitu: B A B B A A P P J B J B D Keterangan: D = Daya pembeda, J A = Banyaknya peserta kelompok atas, J B = Banyaknya peserta kelompok bawah, B A = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, B B = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar, A A A J B P = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar, B B B J B P = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan pembedanya diklasifikasikan sebagai berikut: D : 0,00 – 0,20 : jelek poor, D : 0,20 – 0,40 : cukup satisfactory, D : 0,40 – 0,70 : baik good, D : 0,07 – 1,00 : baik sekali excellent, D : negatif, semuanya tidak baik. Sehingga butir soal yang mempunyai D negatif sebaiknya dibuang Arikunto,2009:218. Tabel 3.4 Analisis Daya Pembeda Butir Soal Kriteria Nomor soal Baik Sekali Baik 2,3,5,14,16,18,19,20,21,28,30,31,34,36,37,39 Cukup 1,4,6,7,8,9,10,11,12,13,15,17,22,23, 24,25,27,29,32,33,35,38,40 Jelek 26 Sumber: data primer setelah diolah 2011 Sesuai perhitungan diketahui bahwa butir soal 2, 3, 5, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 28, 30, 31, 34, 36, 37, 39 mempunyai daya pembeda soal yang baik. Butir soal 1, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 32, 33, 35, 38, 40 mempunyai daya pembeda soal yang cukup, sedangkan butir soal 26 mempunyai daya pembeda jelek atau kurang baik.

3.6.4 Tingkat Kesukaran Butir Soal

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Matema

0 3 19

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Matema

0 2 18

Komparasi Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dengan Metode Konvensional pada Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI IS SMA N 8 Semarang”.

0 1 103