baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan dapat belajar dengan baik pula.
5 Metode adalah cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode belajar Sangat mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang
kurang baik maka hasil belajar siswa kurang baik pula. Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan,
mengantuk dan pasif dan hanya mencatat saja. Guru progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu
meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. Agar dapat berjalan dengan baik, maka metode belajar harus diusahakan
yang tepat, efisien dan seefektif mungkin. c. Faktor masyarakat
Faktor masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keadaannya siswa
dalam masyarakat dan pergaulan siswa dalam masyarakat.
2.1.3. Teori Belajar
Teori belajar menurut Sugandi 2004:7 adalah konsep-konsep dan prinsip- prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui
eksperimen. Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar dan bagaimana informasi diproses di dalam pikiran
siswa. Gagne dalam Supriono 2010:2 menyatakan belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara alamiah.
Sesuai beberapa pendapat tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang secara sadar dalam rangka
untuk mengembangkan diri baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. Ada beberapa teori belajar yang melandasi munculnya model pembelajaran, diantaranya teori belajar behavioristik dan teori kontruktivisme.
1. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Dalam perspektik behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan stimulus dan balas respons. Hasil
pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan. Teori behavioristik sering disebut stimulus-respons S-R psikologis artinya
bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulnya. Tokoh- tokoh perilaku yang tergolong dalam pengkondisian klasik adalah Ivan Petrovich
Pavlov sedangkan tokoh-tokoh perilaku yang termasuk dalam pengondisian operan adalah Edward Lee Thorndike dan Skinner Supriono, 2010:18. Beberapa
pemikiran tokoh-tokoh teori perilaku dijabarkan sebagai berikut:
a. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov Pavlov mengadakan percobaan labortoris terhadap anjing. Dalam
percobaan ini anjing diberi stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda sesuatu terhadap bunyi-bunyian. Melalui berbagai bunyi bel ternyata individu dapat dikendalikan melalui
cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Belajar menurut teori
ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.
b. Connectionism S-R Bond menurut Thorndike Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respons. Teori belajar ini disebut teori connectionism. Eksperimen yang dilakukan dengan
kucing yang dimasukan pada sangkar tertutup. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial and Error. Sumbangan pemikiran Thorndike
mengenai perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah hukum-hukum sebagai berikut:
1. Hukum kesiapan atau Law of Readiness Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk
memperoleh stimulus, maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga assosiasi cenderung
diperkuat.
2. Hukum latihan atau Law of Exercise Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan, maka
asosiasi cenderung diperkuat. 3. Hukum hasil atau Law of Effect
Hubungan antara rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila terdapat kepuasan dan akan makin diperlemah apabila tidak terdapat
kepuasan. c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Operant Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant positif atau negatif yang mengakibatkan perilaku tersebut dapat
berulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Peneguhan positif adalah rangsangan yang makin memperkuat atau mendorong suatu tindak
balas. Peneguhan negatif ialah peneguhan yang mendorong individu untuk menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan.
Implikasi prinsip-prinsip behaviorisme pada kegiatan pembelajaran adalah: 1. Kegiatan belajar adalah belajar figuratif.
2. Belajar menekankan perolehan informasi dan penembahan informasi. 3. Belajar merupakan proses dialog imperatif, bukan dialog interaktif.
4. Belajar bukan proses organik dan konstruktif melainkan proses mekanik.
5. Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan menghafal dan latihan. Aplikasi teori behavioristik pada proses pembelajaran, di dalam teori ini
guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran
dalam bentuk sudah siap. Dalam pembelajarannya dimana siswa berpusat pada guru teacher centered learning, bersifat mekanistik dan hanya diamati dan
diukur. Tujuan dalam pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan. Evaluasi didasari atas perilaku
tampak dalam diri siswa. 2.
Teori belajar kontruktivisme Seiring perbaikan kualitas pembelajaran ke arah pembelajaran organis,
filsafat kontruktivisme kian populer pada dekade terakhir ini. Teori kontruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit yang
kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar kontruktivisme, pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya. Pendekatan kontruktivisme adalah pendekatan yang mengajak siswa untuk
berpikir dan mengkontruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat. Prinsip utama
dalam pembelajaran dengan teori belajar kontuktivisme adalah pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa dan
fungsi kognitif bersifat aditif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan teori kontruktivisme ialah Contextual Teaching and Learning CTL, model pembelajaran Quantum, dan model pembelajaran kooperatif.
1. Contextual Teaching and Learning CTL
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Komponen utama pembelajaran kontektual yang efektif meliputi: a. Kontruktivisme, konsep ini menuntut siswa untuk menyusun dan
membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba.
Strategi pemerolehan
pengetahuan lebih
diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau
mengingat pengetahuan. b. Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik
oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan
mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan.
c. Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan atau konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi,
analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi: observasi, tanya jawab, hipotesis, pengumpulan data, analisis data,
kemudian disimpulkan.
d. Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan
gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan
kelas sederajat, bekerja dengan kelas diatasnya, bekerja dengan masyarakat.
e. Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu dengan
model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn cara belajar dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa
berpresentasi melalui media cetak dan elektronik. f. Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan
dan pengalaman yang bertujuan mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu
tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku
siswa, kesan dan saran, siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
g. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukan kemampuan pengetahuan, keterampilan sikap siswa secara nyata. Penekanan
penilaian otentik adalah pembelajaran yang seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di
akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada
prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa.
Aplikasi CTL dalam pembelajaranya, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi dari
pada memberi informasi. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Centered dari pada Teacher Centered.
2. Pembelajaran Quantum
Quantum Learning didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi, sedangkan learning adalah
belajar. Dengan demikian, quantum learning adalah cara perubahan bermacam- macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen
belajar. DePorter Mike dalam Baharuddin 2007:134 Asas utama yang berkaitan dengan pembelajaran quantum adalah konsep
“Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Mengandung konsekuensi bahwa langkah pertama yang harus
dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah membangun jembatan autentik memasuki kehidupan siswa, untuk mendapatkan hak mengajar. Dengan
demikian, pembelajaran merupakan kegiatan full-contact yang melibatkan sesuai aspek kepribadian siswa pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh disamping
pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa depan. Aplikasi dalam pembelajaran, dimana guru harus menyiapkan suasana yang
menggairahkan menyangkut hubungan antara guru dan siswa, jalinan rasa simpati dan pengertian, keringanan dan ketakjuban dan rasa saling memiliki. Pedoman
yang jelas dalam merancang suatu pengajaran untuk diikuti siswa, misalnya: tujuan, prisip, keyakinan, prosedur,dan kebijakan yang jelas agar materiyang
disampaikan kepada siswa dapat diterima dan dipahami. 3.
Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif bernaung pada teori kontruktivisme.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan
berbeda. Pembelajaran kooperatif sebagai proses pembelajaran berbasis kerja sama. Dalam pelajaran kooperatif siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
yang akan bekerja sama dalam memecahkan masalah yang diberikan guru Budimansyah, 2002:9.
Lie 2002:29 menjelaskan ada lima unsur dalam kodel pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan,
tatap muka, komunikasi antar kelas, evaluasi proses kelas. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto, 2007:42 pembelajaran kooperatif merupakan sebuah
strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
2.1.4. Efektifitas Pembelajaran