dan kewirausahaan. Contoh : upah gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, dan pajak tidak langsung netto.
Variabel yang digunakan sebagai indikator kinerja yang berikutnya adalah proksi dari keuntungan Price-Cost Margin PCM. PCM dinyatakan sebagai
indikator kemampuan perusahaan untuk meningkatkan harga diatas biaya produksi. PCM diperoleh dengan membagi selisih antara nilai tambah yang
dikurangi pengeluaran upah bagi pekerja dengan nilai barang jadi output yang dihasilkan. Tingkat PCM yang tinggi umumnya dapat tercipta jika terdapat rasio
konsentrasi pasar yang tinggi. P – AVC nilai tambah – upah total
PCM = =
3.6 P
barang yang dihasilkan
3.3.4. Hubungan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja
Hubungan struktur suatu industri dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruh kinerja industri tersebut dapat dilihat dengan menggunakan analisis
regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Squared OLS seperti persamaan 3.7.
Pemilihan metode OLS untuk meramalkan model disebabkan oleh mudahnya penggunaan serta pendeskripsian hasil dari regresi. Disamping itu
metode ini juga lebih sederhana jika dibandingkan dengan metode lain. Metode ini merupakan salah satu metode yang cukup sering digunakan para peneliti di
bidang ekonomi untuk melihat hubungan antar variabel-variabel ekonomi.
Variabel terikat dalam model ini adalah proksi dari keuntungan suatu industri yaitu PCM . Variabel bebas yang digunakan adalah konsentrasi empat
perusahaan terbesar CR4, pertumbuhan output growth, effisiensi-X XEff, produktivitas Prod, dan dummy untuk membedakan periode sebelum dan
sesudah krisis. Penggunaan variabel PCM sebagai proksi keuntungan telah digunakan oleh Collins dan Preston pada tahun 1968 kemudian digunakan pula
oleh Shepherd pada tahun 1972 dan kini semakin banyak digunakan dalam penelitian-penelitian ilmiah Delima, 2005.
Penelitian ini menggunakan model yang pernah digunakan oleh Delima 2005 yang juga mengacu kepada model persamaan 3.7 yang pernah digunakan
oleh Chou 1986. Aspek perdagangan luar negeri dimasukkan sebagai faktor yang diperkirakan mempengaruhi hubungan struktur dengan kinerja. Kemudian
Delima 2005 menggantikan beberapa variabel karena dianggap tidak sesuai dengan kondisi industri yang ditelitinya.
PCM
t
= a +a
1
HD
t
+a
2
MESMS
t
+a
3
GRS
t
+a
4
Pe
t
+a
5
Tm
t
+a
6
Tx
t
+a
7
FDI
t
+u
t
3.7 Keterangan:
PCM = Price-Cost Margin,
HD = Indeks Hirschman-Herfindahl,
MESMS = Pangsa pasar domestik tiap perusahaan untuk mencapai
skala efisiensi minimum, GRS
= Tingkat pertumbuhan nilai produksi industri yang mewakili kondisi permintaan pasar,
PE = Variabel dummy yang mewakili perusahaan Negara,
Tm = Intensitas impor,
Tx = Intensitas ekspor,
FDI = Rasio jumlah perusahaan asing terhadap total jumlah
perusahaan yang ada, u
= Unsur gangguan, a
= Intercept, a
1
,a
2
,a
3
,a
4
,a
5
,a
6
,a
7
= Koefisien kemiringan parsial, a
1
0 ; a
2
0 ; a
3
0 ; a
4
0 ; a
5
0 ; a
6
0 ; a
7
0. Delima 2005 menggantikan variabel Hd dengan variabel CR4 karena
dianggap lebih mewakili struktur industri yang ditelitinya. Variabel MESMS dan FDI juga tidak digunakan karena adanya keterbatasan data. Sementara itu variabel
PE tidak digunakan pula karena sudah tidak ada lagi perusahaan yang berstatus sebagai perusahaan negara. Variabel MES juga tidak dapat digunakan, hal ini
dikarenakan variabel ini tidak memberikan hasil terbaik pada penelitian ini. Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka model yang digunakan oleh Delima
2005 dan yang akan digunakan sebagai model acuan pada penelitian ini adalah: PCM
i
=a +a
1
CR4
t
+a
2
Growth
t
+a
3
Tm
t
+a
4
Tx
t
+a
5
XEff
t
+a
6
Prod
t
+a
7
dummy+u
t
3.8 Keterangan:
PCM
i
= Rasio keuntungan industri yang mencerminkan
kelebihan atas biaya langsung pada tahun ke-t CR4
t
= Konsentrasi empat perusahaan terbesar dalam suatu
industri pada tahun ke-t
GRS
t
= Tingkat pertumbuhan nilai produksi industri yang
mewakili kondisi permintaan pasar pada tahun ke-t
Tm
t
= Intensitas impor tahun ke-t
Tx
t
= Intensitas ekpor tahun ke-t
XEff
t
= Rasio efisiensi yang dinyatakan sebagai perbandingan antara nilai tambah dan nilai input
industri pada tahun ke-t untuk mengukur efisiensi industri
Prod
t
= Produktivitas yang dinyatakan sebagai perbandingan antara nilai output dan nilai input
tenaga kerja pada tahun ke-t dummy
= Variabel pembeda periode sebelum dan sesudah
krisis u
t
= Unsur gangguan
a = Intercept
a
1
,a
2
,a
3,
a
4
,a
5
,a
6
,a
7
= Koefisien kemiringan parsial
a
1
0 ; a
2
0 ; a
3
0 ; a
4
0 ; a
5
0 ; a
6
0 ; a
7
0. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Nilai tambah - upah PCM
i
= x 100
3.9 Barang yang dihasilkan
Imports Tm
t
= x 100
4.0 Sales
Exports Tx
t
= x 100
4.1 Sales
Nilai tambah industri XEff
t
= x 100
4.2 Barang yang dihasilkan
Nilai output Prod
t
= x100
4.3 Nilai input tenaga kerja
Model yang akan digunakan pada penelitian ini dan yang telah digunakan oleh Delima 2005, menggunakan variabel efisiensi-X. Hal ini didasarkan pada
pendapat Shepherd Shepherd dalam Delima, 2005 yang mengatakan bahwa kinerja merupakan fungsi dari pangsa pasar, konsentrasi, hambatan masuk,
efisiensi internal, dan kondisi eksternal. Variabel produktivitas juga digunakan dalam model PCM pada penelitian ini. Penggunaan variabel produktivitas dalam
model PCM ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu Delima 2005 dan Andiani 2006.
Pemilihan variabel CR4 dilakukan karena variabel ini dapat mewakili kondisi industri pakaian jadi di Indonesia. Variabel Tx dan Tm tidak dapat
digunakan dalam penelitian ini karena adanya keterbatasan data, dimana data penjualan sales tidak dapat dipublikasikan oleh perusahaan-perusahaan pakaian
jadi garmen. Selain itu, variabel Growth digunakan untuk meneliti pertumbuhan output yang terjadi pada industri pakaian jadi di Indonesia. Berdasarkan pada
penjelasan sebelumnya maka model yang akan digunakan pada penelitian ini adalah persamaan 4.4, atau
PCM
t
= a +a
1
CR4
t
+a
2
Growth
t
+a
3
XEff
t
+a
4
Prod
t
+a
5
dummy+u
t
4.4
Keterangan: PCM
t
= Rasio keuntungan industri yang mencerminkan
kelebihan atas biaya langsung pada tahun ke-t CR4
t
= Konsentrasi empat perusahaan terbesar dalam suatu
industri pada tahun ke-t Growth
t
= Mencerminkan pertumbuhan output yang terjadi
pada tahun ke-t XEff
t
= Rasio efisiensi yang dinyatakan sebagai perbandingan antara nilai tambah dan nilai input
industri pada tahun ke-t untuk mengukur efisiensi industri
Prod
t
= Produktivitas yang dinyatakan sebagai perbandingan antara nilai output dan nilai input
tenaga kerja pada tahun ke-t dummy
= Variabel pembeda periode sebelum dan sesudah
krisis u
t
= Unsur
gangguan a
= Intercept
a
1
,a
2
,a
3,
a
4
,a
5
= Koefisien kemiringan parsial
a
1
0 ; a
2
0 ; a
3
0 ; a
4
0 ; a
5
0. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Nilai tambah - upah PCM
t
= x100
4.5 Nilai barang yang dihasilkan
Output riil pada tahun
t
– Output riil pada tahun
t-1
Growth
t
= x100 4.6
Output riil pada tahun
t-1
Nilai tambah industri XEff
t
= x 100
4.7 Nilai input industri
Nilai output Prod
t
= x100
4.8 Nilai input tenaga kerja
3.3.5. Uji Statistika dan Ekonometrika