tentang hubungan stuktur dan kinerja pasar akan berusaha menunjukan adanya pengaruh antara variabel-variabel struktur pasar terhadap keuntungan yang
diproksi dengan PCM. Tingkat PCM yang tinggi hanya dapat tercipta jika terdapat monopoly power
atau rasio konsentrasi yang tinggi.
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Struktur-Perilaku-Kinerja dari suatu industri telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Meskipun begitu penelitian-
penelitian tersebut meneliti industri yang berbeda-beda dan penelitian ini juga meneliti industri yang berbeda pula dengan penelitian sebelumnya. Dua
diantaranya adalah penelitian dengan judul “Analisis Structure-Conduct- Performance
industri ban di Indonesia” yang telah dilakukan oleh Delima 2005 kemudian mengenai industri susu dengan judul “Analisis Struktur-Perilaku-
Kinerja Industri Susu Di Indonesia” yang telah dilakukan oleh Andiani 2006. Hasil penelitian Delima 2005 menunjukkan bahwa struktur pasar industri
ban di Indonesia adalah termasuk ke dalam tipe pasar oligopoli ketat dimana pasar ini terbentuk dikarenakan penggabungan pangsa pasar dari empat perusahaan
besar yang menghasilkan pangsa pasar sebesar 60 persen sampai dengan 100 persen.
Perilaku dari industri ban Indonesia berdasarkan pada hasil penelitian Delima 2005 antara lain menunjukkan adanya strategi dalam harga berupa
adanya kesepakatan harga yang terjadi dalam pasar yang dilakukan oleh asosiasi produsen ban di Indonesia, pengembangan feature produk dengan cara
memodifikasi karakteristik fisik produk, mengembangkan kualitas yang sesuai dengan SNI, dan menambah model serta ukuran, perilaku promosi yang dilakukan
oleh industri ban Indonesia melalui media massa baik cetak maupun media elektronik. Perilaku pengalihan dari pasar domestik ke pasar ekspor ketika pasar
domestik mengalami kelesuan adalah strategi distribusi yang dilakukan oleh produsen ban Indonesia.
Dari segi kinerja, industri ban di Indonesia menerima margin keuntungan atas biaya langsung PCM sebesar 17,41 persen selama tahun 1985 sampai
dengan tahun 2003. Diduga kasus yang terjadi pada industri ban di Indonesia adalah penurunan konsentrasi rasio disebabkan karena pertambahan jumlah
perusahaan pada industri mampu meningkatkan persaingan. Pertambahan jumlah perusahaan yang relatif cukup besar pada industri yang bersangkutan, selain
menekan konsentrasi rasio juga mampu menciptakan andil pendapatan yang besar. Sehingga secara keseluruhan pendapatan industri yang bersangkutan mengalami
peningkatan pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang ada pada industri merupakan perusahaan-perusahaan yang besar dan
mempunyai daya saing yang tinggi. Penelitian selanjutnya mengenai industri susu dengan judul “Analisis
Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Susu Di Indonesia” telah dilakukan oleh Andiani 2006. Hasil dari penelitian dengan menggunakan data dari tahun 1983
sampai dengan tahun 2003 tersebut menunjukkan bahwa industri susu di Indonesia memiliki struktur pasar oligopoli ketat. Hal ini berdasarkan pada cukup
tingginya tingkat konsentrasi dari industri susu di Indonesia, dengan nilai rata-rata CR4 sebesar 73,79 persen.
Perilaku yang terdapat pada industri susu di Indonesia berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya strategi harga dan
produk serta strategi promosi. Dalam melakukan penetapan harga, umumnya perusahaan susu melakukan pengamatan tingkat harga yang ditetapkan pesaing
dengan asumsi harga yang ditetapkan semua pesaing adalah harga yang tinggi. Strategi produk yang dilakukan oleh produsen susu adalah melakukan inovasi
melalui produk dan merek dengan memproduksi susu sesuai dengan jenis. Terdapat tiga jenis susu yang diklasifikasikan lagi sesuai dengan umur konsumen.
Pemberian merek dagang pada setiap kemasan yang menarik akan menjadi perhatian konsumen dalam memilih produk untuk dikonsumsi. Sementara itu,
strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan susu adalah melalui promosi berbentuk merek, promosi berdasarkan industri atau pasar dan promosi
secara politik. Kinerja dari industri susu di Indonesia menunjukkan hasil bahwa nilai
efisiensi-X dan nilai margin keuntungan atas biaya langsung PCM yang cukup tinggi. Rata-rata efisiensi-X pada industri ini mencapai 66,99 persen. Sementara
itu nilai rata-rata PCM pada industri susu mencapai 43,28 persen. Struktur pasar oligopoli ketat memiliki efisiensi yang kurang baik dan
keuntungan yang agak berlebih. Meskipun begitu, kebijakan yang dibuat oleh produsen dari masing-masing industri dapat mengantisipasi kelemahan yang
terjadi sebagai dampak dari bentuk struktur pasar. Untuk industri susu, produsen
dalam industri ini menjaga keseimbangan antara penawaran produksi dan permintaannya yang bertujuan untuk menghindari dari kerugian perusahaan.
Sehingga meskipun memiliki struktur pasar yang sama dengan industri ban, industri susu memiliki kinerja yang lebih baik.
2.8. Kerangka Pemikiran