Kinerja Pasar HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Kinerja Pasar

Indikator yang digunakan untuk dapat menganalisis kinerja industri pakaian jadi di Indonesia adalah melalui perolehan keuntungan dalam industri pakaian jadi. Di dalam menganalisis kinerja industri pakaian jadi, kendala utama yang dihadapi adalah tidak tersedianya data laba perusahaan maupun industri pakaian jadi. Untuk mengatasi kendala tersebut maka digunakan pendekatan Price-Cost Margin PCM sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung. Nilai PCM industri pakaian jadi Indonesia 1983-2003 dapat dilihat pada lampiran 5. Pada tahun 1998, industri pakaian jadi menerima marjin keuntungan sebesar 26,12 persen. Angka ini cukup besar bagi industri pakaian jadi di Indonesia mengingat tahun 1998 masih berada pada peiode krisis yang tengah terjadi di Indonesia. Akan tetapi pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2001 terjadi penurunan marjin keuntungan sebesar 6 persen dari 27,98 persen menjadi 21,98 persen. Namun ditahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan kembali. Berdasarkan pada lampiran 5 dapat dilihat bahwa rata-rata margin keuntungan industri pakaian jadi selama tahun 1983 sampai dengan tahun 2003 adalah sebesar 24,93 persen. Penerimaan margin keuntungan terbesar terdapat pada tahun 2002 sebesar 30,17 persen, sedangkan penerimaan margin keuntungan terendah pada tahun 1993 sebesar 12,16 persen. Pada lampiran 6, terdapat nilai efisiensi-X industri pakaian jadi di Indonesia selama tahun 1983 hingga 2003. Lampiran 6 menunjukkan bahwa pada tahun 1998 efisiensi-X dari industri pakaian jadi nilainya cukup rendah yaitu sebesar 49,29 persen. Akan tetapi untuk tahun 1999 terjadi peningkatan nilai efisiensi-X menjadi sebesar 59,39 persen. Nilai efisiensi-X terbesar terdapat pada tahun 2002 sebesar 82,23 persen. Rata-rata efisiensi-X industri pakaian jadi dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2003 yaitu sebesar 60,27 persen. Berdasarkan pada teori yang ada, efisiensi internal yang tinggi menggambarkan perusahaan yang dikelola dengan baik, usaha yang maksimum dari para pekerja, dan terhindarnya kejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan.

5.4. Hubungan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja