Usaha Ayam Ras Pedaging Penelitian Terdahulu

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Ayam Ras Pedaging

Menurut Fadilah et al. 2007 usaha peternakan ayam ras pedaging dibagi menjadi tiga kategori skala usaha yaitu skala kecil peternakan rakyat, skala sedang peternak mapan atau peternak besar dan skala besar skala perusahaan. Batasan skala usaha tersebut sebagai berikut : 1. Skala kecil peternakan rakyat Jumlah ayam yang dibudidayakan 1 000 sampai dengan 50 000 ekor ayam ras pedaging. Peternakan rakyat mempunyai karakteristik seperti modal terbatas, kontinuitas usaha sepanjang tahun tidak lancar, kepemilikan bersifat perseorangan. 2. Skala sedang peternak mapan Jumlah ayam yang dipelihara 50 000 sampai dengan 500 000 ekor ayam ras pedaging. Skala usaha sedang dicirikan dengan manajemen pemeliharaan yang lebih maju dibandingkan dengan skala usaha kecil. Status skala usaha ini masih milik perseorangan dan secara legal belum membentuk perusahaan yang berbadan hukum. 3. Skala besar skala perusahaan Peternakan ini sudah bernaung di bawah perusahaan dan telah berbadan hukum. Jumlah ayam yang dibudidayakan lebih dari 1 000 000. Selain itu peternakan ini umumnya menjalin kerja sama dengan peternakan rakyat dengan pola kemitraan. 7

2.2. Faktor-Faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging

2.2.1. Day Old Chick DOC

Bibit merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi karena menjamin kelangsungan usaha peternakan ayam ras pedaging. Menurut Ginting 2003 dalam penelitiannya, rata-rata biaya DOC yang dikeluarkan oleh peternak ayam ras pedaging sebesar 26,98 persen. Biaya DOC tersebut merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya pakan. Selain itu, keteresediaan, mutu dan kontinuitas bibit sangat mempengaruhi kelangsungan produksi ternak yang akan dilakukan. Peternak ayam ras pedaging harus memiliki pemasok bibit ternak tetap, sehingga kelangsungan produksi ternak tetap terjaga Rahardi, 2003. Menurut Rasyaf 2003, hal-hal lain yang mempengaruhi penentuan bibit antara lain harga bibit, sistem pembayaran, pelayanan purna jual dan reputasi pembibit yang bersangkutan. Cara pembayaran dan pelayanan purna jual sangat berkaitan dengan reputasi pembibit yang bersangkutan. Pembibit yang berprestasi baik akan bertanggung jawab dan memberikan pelayanan purna jual melalui pelayanan teknis.

2.2.2. Pakan

Pengelolaan pakan sangat penting, karena biaya pakan pada peternakan ayam ras pedaging dapat mencapai 60-70 persen dari total biaya produksi. Ginting 2003 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara statistik pakan merupakan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Biaya produksi yang dikeluarkan peternak setiap periode produksi mencapai 63,97 persen. Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan dan konsentrasi pakan yang diberikan pada ayam ras pedaging. 8 Pemberian pakan pada ayam ras pedaging harus memperhatikan kecukupan nutrisi pakan. Secara garis besar nutrisi dalam pakan ayam terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pemenuhan nutrisi tersebut sangat diperlukan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan reproduksi Fadilah et al. 2007. 2.2.3. Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan Banyak program pencegahan penyakit yang dapat diaplikasikan di suatu kawasan peternakan ayam. Program pencegahan penyakit tersebut diantaranya program sanitasi, vaksin dan pengobatan dini pada umur tertentu, ketika gejala ayam sakit mulai tampak. Program sanitasi biosecurity merupakan program yang dijalankan di suatu kawasan peternakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyebab penyakit menular. Program sanitasi bisa dilakukan dengan cara menjaga kebersihan dan menggunakan desinfektan. Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit di kawasan peternakan. Semua program vaksin dilakukan berdasarkan sejarah penyakit di peternakan tersebut atau wilayah sekitarnya. Vaksin yang diberikan ke ternak ayam dapat berupa vaksin virus hidup, vaksin yang dilemahkan dan vaksin yang dimatikan. Program pengobatan sebaiknya dilakukan jika ayam sudah terdeteksi secara dini terkena penyakit. Jika infeksi sudah terlalu parah, pengobatan akan sulit dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Selain itu peternak dapat memberikan obat secara terencana jika sebelumnya telah mengetahui sejarah penyakit yang sering terjadi di kawasan tersebut Fadilah et al. 2007. 9

2.2.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja sangat menentukan kelangsungan usaha pada peternakan ayam ras pedaging. Tenaga kerja merupakan prioritas yang harus dirancang menjadi sistem kerja dalam perencanaan usaha peternakan ayam ras pedaging. Sistem kerja di peternakan ayam dibedakan menjadi sistem kerja rotasi dan sistem kerja per kelompok atau per kandang. Tenaga kerja yang dipilih dapat berupa tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian dan tenaga kerja kontrak Rasyaf, 2003. Hasil penelitian Rommie 1998 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak ayam ras pedaging skala rakyat mencapai 1,74 persen dari total biaya produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak skala besar sebesar 1,53 persen dari total biaya produksi Imaduddin, 2001.

2.2.5. Kandang

Bagian terpenting dalam suatu peternakan adalah kandang, karena kandang merupakan tempat ayam berdiam dan berproduksi. Selain itu kandang berfungsi untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan dan pengontrolan ternak. Menurut Rahardi 2003 kandang dengan tipe postal merupakan kandang yang sesuai dengan ayam ras pedaging. Kontruksi kandang yang dibangun sebaiknya kuat dan mudah dirawat. Selain itu untuk efisiensi biaya, kandang yang dibangun harus disesuaikan dengan skala usaha.

2.3. Penelitian Terdahulu

Faktor produksi merupakan barang atau jasa untuk mempermudah suatu proses produksi dan turut menentukan keberhasilan suatu usaha. Ketersedian 10 sarana produksi merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk melaksanakan proses produksi. Penelitian Murjoko 2004 menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging meliputi bibit DOC, pakan starter dan finisher, tenaga kerja, OVK obat, vitamin, vaksin, pemanas gasolec dan mortalitas. Berdasarkan hasil pendugaan dengan model Cobb Douglass diperoleh koefisien determinasi sebesar 99,4 persen. Uji F menyatakan bahwa faktor produksi secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Berdasarkan hasil uji t, faktor produksi bibit DOC, pakan, tenaga kerja dan OVK berpengaruh nyata dan positif pada taraf nyata 99 persen. Sedangkan faktor produksi pemanas gasolec dan mortalitas tidak berpengaruh nyata hingga taraf nyata 85 persen. Penggunaan faktor produksi yang optimal akan memberikan dampak positif bagi peternakan. Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan kecil sehingga keuntungan yang diterima maksimum. Penelitian Ermayati 2006 menyatakan usaha budidaya ayam ras pedaging yang dijalankan oleh peternak mitra Perusahaan Perdana Putra Chicken PPC belum optimal. Hasil analisis primal menunjukkan bahwa tingkat produksi ayam ras pedaging optimal berbeda dengan keadaan aktual. Pada kondisi optimal peternak mitra Perusahaan PPC disarankan melakukan produksi rata-rata pada periode I sampai VI masing-masing sebesar 9 571 ekor, 9 939 ekor, 9 728 ekor, 9 939 ekor, 1 011 ekor dan 9 623 ekor. Tingkat produksi yang belum optimal terjadi pada periode I, II, III, IV dan VI. Hal tersebut terjadi karena pada periode-periode tersebut peternak berproduksi di bawah kapasitas kandang. Selain itu, tingkat kematian yang tinggi merupakan penyebab produksi belum optimal. Tingkat kematian rata-rata ternak sebesar 4,98 persen. Sedangkan produksi pada periode V sudah optimal. 11 Berdasarkan penelitian Murni 2006 komponen biaya yang dikeluarkan peternak dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang terbesar dikeluarkan oleh peternak sebesar 95,6 persen, sedangkan biaya tetapnya hanya 4,4 persen dari total biaya produksi. Murni 2006 dalam penelitiannya menggunakan sampel sepuluh peternak mitra CV Janu Putro. Hasil analisis dengan menggunakan program linear menunjukkan bahwa usahatani ayam ras pedaging yang dijalankan peternak mitra CV Janu Putro pada umumnya sudah optimal, kecuali peternak ke tiga, ke empat, ke lima, ke enam dan ke sepuluh. Total keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp 516 709 407 per tahun, sedangkan total keuntungan aktual yang diperoleh peternak sebesar Rp 512 851 260 per tahun. Bedasarkan hasil tersebut, selisih antara keuntungan pada kondisi optimal dan aktual sebesar Rp 3 858 147 atau 0,75 persen. Penelitian Wayan 2001 menyimpulkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di perusahaan CV. Pekerja Keras kurang optimal. Hasil perhitungan dengan menggunakan program linear, menunjukkan bahwa pada kondisi optimal, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 547 736 625. Sedangkan pada kondisi aktual, total keuntungan yang diperoleh CV. Pekerja Keras hanya mencapai Rp 393 754 928. Oleh karena itu, keuntungan total masih dapat ditingkatkan sebesar Rp 153 981 634 atau sebesar 28,11 persen. Penelitian Rostini 1993 menyimpulkan bahwa keuntungan total yang diterima oleh Perusahaan Subur Grup dari aktivitasnya di 14 buah farm budidaya ayam Final Stock FS broiler, masih dapat ditingkatkan. Peningkatan keuntungan tersebut sebesar Rp 27 932 499, atau sebesar 5,69 persen dari besar keuntungan total pada kondisi aktual yaitu Rp 491 321 288 per tahun 1991. 12 Penelitian-penelitian di atas menggunakan program linear dalam menyelesaikan masalah optimalisasi. Umumya setiap penelitian di atas menyimpulkan bahwa keuntungan yang diterima usaha peternakan ayam ras pedaging tidak optimal. Hal tersebut terlihat dari keuntungan aktual yang diteima peternakan masih lebih kecil bila dibandingkan dengan keuntungan pada kondisi optimal. Analisis sensitivitas yang terdapat pada penelitian-penelitian terdahulu dilakukan dengan cara menurunkan harga jual ayam ras pedaging dan mengurangi penggunaan pakan atau disebut skenario. Penurunan harga tersebut berdasarkan pada nilai tingkat inflasi yang terjadi pada tahun tersebut. Besar penurunan harga jual ayam ras pedaging antara 5-10. Penelitian Ermayati 2006, skenario I dilakukan dengan cara menurunkan harga ayam ras pedaging sebesar sepuluh persen. Skenario I menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi Rp 15 620 550. Nilai fungsi tujuan pada kondisi optimal awal adalah sebesar Rp 59 791 770. Sehingga selisih dari kedua nilai tersebut adalah sebesar - Rp 44 171 220. Sedangkan selisih antara kondisi optimal skenario I dengan kondisi aktual sebesar - Rp 39 428 784. Skenario II dilakukan dengan mengurangi penggunaan pakan sebesar sepuluh persen. Skenario ini menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi Rp 59 736 730. Selisih skenario II dengan kondisi optimal awal sebesar - Rp 55 040. Sedangkan selisih skenario II dengan kondisi aktual sebesar Rp 4 687 396. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program linear, selisih antara keuntungan aktual dan optimal dari penelitian-penelitian di atas dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan Lampiran 1, terlihat bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging yang bersifat mandiri Perusahaan Peternakan Ayam Ras Pedaging CV Pekerja Keras memiliki persentase selisih antara keuntungan aktual dan 13 optimal yang besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan alokasi sumberdaya usaha peternakan mandiri tidak optimal jika dibandingkan dengan peternakan yang bersifat kemitraan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada skala usahanya. Penelitian Wayan 2001 dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging dengan skala kecil 30 000 ekor per periode. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging dengan skala produksi 200 000 per periode skala sedang. Selain itu penelitian ini berbeda dalam hal jenis usaha. Penelitian Rostini 1993, Ermayati 2006 dan Murni 2006 dilakukan pada usaha peternakan dengan pola inti plasma. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging mandiri. 14

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Teori Produksi

Produksi merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam operasi perusahaan. Produksi didefinisikan sebagai kegiatan untuk mengubah input atau sumberdaya menjadi output barang dan jasa. Lipsey et al. 1995 mengungkapkan bahwa perusahaan mengkombinasikan bauran berbagai input untuk menghasilkan output disebut sebagai fungsi produksi. Menurut Herlambang 2002 fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara jumlah ouput maksimum yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input. Perusahaan hanya dapat berproduksi pada batasan tertentu batas kemungkinan produksi. Menurut Nicholson 2002, batas kemungkinan produksi production possibility frontier menunjukkan berbagai variasi jumlah dua barang atau lebih yang dapat diproduksi dari sumberdaya yang terbatas. Batas kemungkinan produksi merupakan pengingat kenyataan ekonomi yang mendasar, bahwa dengan jumlah sumberdaya yang terbatas tidak mungkin memproduksi seluruh jenis barang yang kita inginkan. Selain itu batas kemungkinan produksi menunjukkan adanya biaya imbangan opportunity cost. Opportunity cost merupakan keputusan memproduksi satu barang lebih sedikit agar dapat memproduksi barang lain dalam jumlah yang banyak. Lipsey et al. 1995 menyatakan bahwa batas kemungkinan produksi menggambarkan tiga konsep, yaitu kelangkaan, pilihan choise dan biaya imbangan opportunity cost. Kelangkaan bermakna bahwa perusahaan