Tingkat Penggunaan Input-input Produksi Pada Kondisi Optimal

55 faktor produksi yang tidak efisien terdapat di lokasi kandang Cilebut. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas DOC, mortalitas serta harga jual ayam ras pedaging. 5.7. Hasil Optimalisasi 5.7.1. Tingkat Keuntungan Pada Kondisi Optimal Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Program LINDO, kondisi optimal penggunaan input-input produksi di lima lokasi kandang dengan menggunakan 12 fungsi kendala tercapai pada iterasi ke lima. Keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 1 514 964 000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di lima lokasi kandang yang terdapat pada KBTM belum optimal. Keuntungan aktual yang diterima KBTM selama sepuluh periode sebesar Rp 1 090 160 624. Jika dibandingkan dengan keuntungan pada kondisi optimal, maka keuntungan total yang diterima oleh KBTM masih dapat ditingkatkan sebesar Rp 424 803 376 atau 28,04 persen. Nilai Reduced Cost pada masing-masing lokasi kandang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Lokasi Kandang Value ribu ekor Reduced Cost ribu rupiah Cilodong 181705,438 0,000 Kelapa Dua 293146,656 0,000 Cilebut 0,000 0,457 Pemda 0,000 0,846 Ciluar 766178,625 0,000

5.7.2. Tingkat Penggunaan Input-input Produksi Pada Kondisi Optimal

Kondisi optimal dapat dicapai jika dilakukan perubahan alokasi penggunaan faktor-faktor produksi di setiap lokasi kandang. Perubahan 56 tersebut dapat berupa pengurangan dan penambahan input-input produksi ayam ras pedaging di setiap lokasi kandang. Nilai reduced cost yang mempunyai nilai lebih besar dari nol dapat diartikan sebagai pengurangan keuntungan yang diterima peternakan apabila menambah produksi satu ekor ayam ras pedaging. Besaran nilai pengurangan keuntungan tersebut sama dengan nilai reduced cost-nya. Berdasarkan tabel tersebut lokasi kandang Cilebut dan Pemda mempunyai nilai reduced cost masing-masing 0,457 dan 0,846. Artinya KBTM akan mendapat kerugian sebesar Rp 457 dan Rp 846 per ekor jika KBTM tetap berproduksi di lokasi kandang tersebut. Analisis dual dilakukan untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya, dengan melihat slacksurplus dan nilai dualnya. Nilai dual dual priceshadow price menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Analisis dual dapat membedakan sifat sumberdaya yang dimiliki oleh peternakan bersifat langka pembatas atau sebaliknya. Tabel 13 memperlihatkan nilai slack or surplus dan dual masing-masing kendala. Tabel 13. Nilai Slack or Surplus dan Dual Penggunaan Faktor-faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Kendala Slack Or Surplus Dual Price Pakan 664,754 0,000 DOC 0,000 6333,476 VOD 0,000 -22,226 Sekam 5,380 0,000 Batu Bara 2,120 -119480,539 Anak Kandang 68,988 0,000 Tenaga Kerja Ahli 1,932 0,000 Tempat Pakan 15,449 0,000 Tempat Minum 15,449 0,000 Induk Pemanas 3,818 0,000 Lingkar Pembatas 1,218 0,000 Lahan dan Kandang 0,000 3,575 57 Setiap lokasi kandang umumnya menyediakan DOC sesuai dengan kapasitas kandang. Berdasarkan Tabel 13, kendala yang nilai slack-nya lebih besar nol adalah kendala pakan, sekam, batu bara, anak kandang, Tenaga kerja ahli, pemanas, pembatas serta temapat pakan dan minum. Artinya faktor-faktor kendala tersebut merupakan kendala tidak aktif. Pengurangan atau penambahan ketersediaan faktor-faktor kendala tersebut tidak akan mempengaruhi keuntungan total pada kondisi optimal. Sebaliknya perubahan ketersediaan faktor kendala DOC, VOD serta lahan dan kandang akan mempengaruhi keuntungan pada kondisi optimal. Rata-rata umur panen di KBTM 35 hari dengan nilai konversi pakan FCR sebesar 1,733. Umumnya nilai nilai FCR dengan waktu panen 35 hari sebesar 1,62. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pakan tidak efisien. Tingginya FCR dapat disebabkan oleh bebarapa hal diantaranya pemberian pakan yang berlebihan pada saat pengisian tempat pakan dan kondisi ayam ras pedaging yang dipelihara. Jika ayam dalam kondisi sehat, maka pemberian pakan akan berdampak positif terhadap penambahan bobot badan. Selain itu nilai FCR tinggi dapat juga disebabkan oleh tingginya mortalitas pada saat menjelang panen. Nilai slack untuk kendala penggunaan pakan, lebih besar dari nol yaitu sebesar 664 754 kilogram. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan pakan masih lebih besar dari nilai slack-nya, apabila ketersediaannya ditambah tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan, sehingga penyediaan pakan sebaiknya dikurangi. Ayam ras pedaging merupakan unggas yang pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan ternak unggas lainnya, tetapi relatif lebih rentan terhadap penyakit. Pelaksanaan fumigasi kandang, vaksinasi yang tepat, 58 serta pemberian vitamin dan antibiotik sangat dibutuhkan sehingga ayam ras pedaging dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai slack dari fungsi kendala VOD sama dengan nol. Faktor kendala VOD merupakan kendala aktif yang dapat mempengaruhi keuntungan optimal apabila ketersediaannya ditambah atau dikurangi. Penambahan ketersediaan faktor kendala VOD mengakibatkan keuntungan total yang diterima oleh KBTM menurun sebesar Rp 22 per ekornya. Penggunaan tenaga kerja dihitung dengan satuan hari kerja pria HKP. Waktu panen dan jumlah ayam yang dipelihara sangat berpengaruh terhadap besarnya jumlah hari kerja yang dibutuhkan. Pada kondisi normal untuk 1 000 ekor ayam ras pedaging yang dipelihara membutuhkan 52 HKP. Nilai slack kendala tenaga kerja bernilai 68 988 HKP yang berarti ketersediaan tenaga kerja berlebih sebesar nilai slack tersebut. Umumnya satu tenaga kerja mampu memilihara 3 500-4 000 ekor ayam ras pedaging, tetapi pada lokasi kandang Cilebut dan Pemda, masih terdapat anak kandang yang hanya memelihara 2 000 ekor ayam ras pedaging. Nilai slack induk pemanas, lingkar pembatas, tempat minum dan tempat pakan bernilai lebih besar dari nol. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan peralatan kandang tersebut berlebih. Artinya penggunaan peralatan kandang tersebut harus dikurangi sehingga tidak terjadi pemborosan biaya.

5.7.3. Analisis Sensitivitas