Perubahan Keberdayaan Masyarakat Kelompok Tani Bina Avera Di Cilodong, Depok

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakulktas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

FACHRI

NIM. 1112054100043

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i

penduduknya adalah para petani yang identik dengan kemiskinan. Kehidupan para petani tidak sesuai dengan hasil jerih payah yang mereka perjuangkan. Bagaimanapun, harus ada pergerakan atau program pemberdayaan yang dilakukan untuk meminimalisir permasalahan-permasalahan yang dialami para petani. Salah satunya pemberdayaan yang dilakukan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong Depok. Pendiri dari kelompok tani ini sebenarnya sangat prihatin dengan warga sekitar dan ada keinginan untuk mensejahterakan para petani lewat tanaman yang bernama latin Aloevera. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan Pemberdayaan Masyarakat Petani Lidah Buaya serta perubahan sosial, budaya dan ekonomi dalam Kelompok Tani Bina Avera di Desa Cilodong, Depok.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sedangkan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses dan Strategi pemberdayaan yang dilakukan Kelompok Tani Bina Avera serta mengetahui Perubahan Sosial Ekonomi dan Budaya yang terjadi di dalam diri Masyarakat Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok Adapun subyek dalam penelitian ini adalah pengurus dan anggota kelompok tani yang berjumlah 6 orang

Proses pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera dilakukan melalui pertemuan rutin, praktek di lapangan serta berkumpul/musyawarah sesama para anggota kelompok. Dalam pertemuan rutin diharapkan anggota kelompok tani memanfaatkan kelompok tani sebagai tempat belajar, bertukar pikiran, dan mendapatkan informasi tentang pertanian Lidah Buaya. Praktik di lapangan bisa mengasah kemampuan dalam memperdalam ilmu cara menanam Lidah Buaya dengan baik dan benar. Sedangkan sebagai tempat berkumpul/musyawarah dimaknai sebagai tempat untuk berinteraksi antar anggota dan pengurus kelompok tani yang bertujuan untuk membicarakan permasalahan-permasalahan yang dihadapi Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok. Dengan demikian, bergabungnya para Petani Lidah Buaya bersama Kelompok Tani Bina Avera dapat membantu dalam meningkatkan Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Cilodong, Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa perubahan-perubahan yang terjadi terhadap Kelompok Tani Bina Avera, yaitu: Sosial, Ekonomi dan Budaya.


(6)

ii

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Kesejahteraan Sosial di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagian yang tidak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan hasil yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak tertuliskan, penulis sampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Suparto, M.Ed Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaemi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.


(7)

iii

M.A, Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

4. Dr. Tantan Hermansah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi peneliti yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan serta membantu literatur dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial yakni Ibu Siti Napsiyah Arieffuzzaman, MSW, Ibu Ellies Sukmawati, M.Si, Ibu Nurhayati Nurbus, Bapak Ismet Firdaus, M.Si dan lainnya yang telah memberikan berbagai ilmu dan pengetahuan khususnya tentang ilmu Kesejahteraan Sosial. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta

jajarannya, yang senantiasa memberikan ilmu, membimbing, dan memberikan pengarahan selama perkulihan.

7. Kedua orang tua saya H. Asmawih Buckhori dan Hj Manih Ferdiana, terima kasih untuk semua doanya, untuk semua jasa-jasanya dan semua pengorbanannya.

8. Pimpinan serta staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas kepustakaan kepada peneliti.

9. Pihak Kelompok Tani Bina Avera yang telah banyak membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi.


(8)

iv

dukungan moril dan materiil dalam menempuh studi selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Sahabat dan teman-teman seperjuangan Jurusan Kesejahteraan Sosial Angkatan 2012 (Wawan, Nikmal, Yoga, Yunus, Erik, Iqbal, Dado, Kiki, Jeje, Onchu, Pak Yusuf dan lainnya), Sarah, Ican, Deblenk, Hari Tincle, Mamat Buduk, yang terus memberikan dukungan dan support dalam proses penyelesaian tugas akhir skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 16 Juni 2016


(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

1. Pembatasan Masalah ... 8

2. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 10

D. Metodologi Penelitian ... 11

1. Lokasi Penelitian ... 11

2. Waktu Peneltian ... 11

3. Pendekatan Penelitian ... 11

4. Jenis Penelitian ... 13

5. Sumber data ... 13

6. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian ... 14

7. Teknik Pengumpulan Data ... 15

8. Teknik Analisa Data ... 18

E. Teknik Penulisan ... 19

F. Tinjauan Pustaka ... 19

G. Sistematika Penulisan... 22

BAB II LANDASAN TEORI ... 24

A. Pemberdayaan Masyarakat ... 24

1. Pengertian Pemberdayaan ... 24

2. Strategi Pemberdayaan ... 27

3. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan ... 29

B. Perubahan Masyarakat ... 33

1. Perubahan Sosial ... 34

2. Perubahan Budaya ... 41


(10)

vi

A. Profesi Bisnis Lidah Buaya dan Perkembangan Petani Lidah Buaya di

Kota Depok ... 47

B. Sejarah Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok ... 48

C. Visi dan Misi Kelompok Tani Bina Avera... 52

D. Daftar Pengurus / Anggota Kelompok Tani Bina Avera ... 52

E. Dari Pengusaha Lidah Buaya sampai Kelompok Tani Bina Avera ... 54

F. Pertanian Kecamatan Cilodong Depok ... 58

G. Tanaman Lidah Buaya ... 61

1. Kronologi Sejarah pemanfaatan Lidah Buaya ... 61

2. Tanaman Lidah Buaya di Indonesia ... 62

3. Penyakit-penyakit yang bisa di obati dengan Lidah Buaya ... 63

BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN LAPANGAN ... 65

A. Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera ... 65

1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Tani Bina Avera ... 65

2. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Tani Bina Avera ... 69

B. Perubahan Sosial dan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera ... 76

1. Perubahan Sosial Kelompok Tani Bina Avera... 77

2. Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera ... 87

3. Perubahan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera ... 93

BAB V PENUTUP ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

vii

Tabel 1 Rancangan Penelitian ... 15

Tabel 2 Definisi Perubahan Sosial Menurut Para Ahli ... 35

Tabel 3 Definisi Perubahan Budaya Menurut Para Ahli ... 42

Tabel 4 Database Holtikultura Petani di Kecamatan Cilodong ... 60

Tabel 5 Perubahan Sosial Kelompok Tani Bina Avera ... 85

Tabel 6 Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera... 92


(12)

viii

Gambar 1 Grafik Pekerjaan Penduduk ... 3 Gambar 2 Grafik Jumlah Produksi Tanaman Pertanian ... 56


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum kita dapat melihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat Indonesia sedang dihadapkan pada berbagai macam persoalan yang berantai, seolah tidak diketahui pangkal dan kapan akan berujung. Salah satu dari sekian banyak persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan. Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pemecahan masalah kemiskinan identik dengan meningkatkan pendapatan orang-orang miskin. Kenyataannya, mungkin saja masalah kemiskinan yang sebenarnya berhubungan dengan keterpencilan suatu wilayah atau tidak tersedianya sarana ekonomi masyarakat.1

Kota Depok yang merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Barat, sejak ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1999 tentang pembentukan Kota Depok sebagai wilayah administrasi baru di Propinsi Jawa Barat mendorong Depok lahir dan tumbuh menjadi kota baru. Letaknya yang sangat strategis, diapit oleh dua kota besar yaitu Kota Jakarta dan Kota Bogor menyebabkan Kota Depok semakin berkembang pesat sebagai Kota Satelit yaitu kota penunjang bagi kota-kota

1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 76


(14)

besar di sekitarnya dan merupakan “jembatan” masuk atau akses untuk menuju ke kota besar.

Kini Depok lahir menjadi kota metropolitan baru, warga urban yang berdatangan telah mengubah kehidupan baru Depok menjadi lebih modern. Tidak dapat dipungkiri, masalah baru mulai berdatangan. Urbanisasi sedikit banyak menyebabkan lahirnya masalah ketimpangan-ketimpangan pemerataan seperti ketidakmerataan jumlah dan kepadatan penduduk, ketimpangan pembangunan antar kecamatan, perbedaan kecepatan perkembangan ekonomi, perbedaan tingkat SDM, serta ketimpangan penyediaan sarana dan prasarana dan lain sebagainya yang pada akhirnyan mengarah pada ketimpangan kemiskinan.2

Dampak dari berkembangnya Kota Depok menjadi kota primadona tujuan urbanisasi secara tidak langsung berimpliksi pula pada keberlangsungan masyarakat minoritas di dalamnya. Hal tersebut bisa diukur berdasarkan bidang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakatnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Depok pada tahun 2015, bidang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat Kota Depok antara lain yaitu bidang jasa kemasyarakatan, bidang pertambangan dan penggalian, listrik, gas, air minum, konstruksi dan usaha persewaan, bidang perdagangan, rumah makan, hotel dan apartement, bidang industri pengolahan serta bidang pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan. Berikut ini adalah jumlah presentase

2 Widiyaningsih, “

Analisis Tingkat Keberdayaan masyarakat melalui Program Pengembanga komoditas Buah Belimbing pada kelompok tani Belimbing di Kecamatan Pancoran Masm Kota Depok”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Depok, 2013), h. 4


(15)

bidang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat kota Depok yang dijelaskan dalam bentuk diagram.

Gambar 1.

Grafik Penduduk 15 tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pekerjaan Utama

Sumber: BPS Depok, 2015

Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat yang berprofesi sebagai petani merupakan salah satu kelompok minoritas yang ada di Kota Depok. Jumlah petani di Kota Depok hanya mencapai 8% dari seluruh jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja. Sedangkan bidang yang paling banyak diminati oleh masyarakat Kota Depok adalah jasa kemasyarakatan yang mencapai 30%.

Di negara yang sedang berkembang, umumnya kegiatan perekonomiannya sangat ditujukan oleh sektor pertanian. Sehingga pembangunan yang menonjol juga berada pada sektor pertanian. Pembangunan yang mendasar pada sektor pertanian sangat dibutuhkan,

pertambangan dan penggalian, listrik, gas, dan

air minum, konstruksi dan usaha persewaan

25%

perdagangan, rumah makan,

hotel dan apartement

22% Jasa

Kemasyarakatan 30% Industri Pengolahan

15%

pertanian, kehutanan, perkebunan dan

perikanan 8%


(16)

karena hasilnya dapat meningkatkan mutu makanan penduduk dan kesejahteraan para petani.3

Sudah sewajarnya para petani mendapatkan hak-hak mereka yang telah di nobatkan sebagai pahlawan bangsa, karena hasil kerja keras mereka lah kita mendapatkan sumber-sumber makanan yang menjadikan kita sebagai orang yang berguna khususnya bagi keluarga sendiri. Tetapi mayoritas para petani ini tidak ada yang merasakan kesejahteraan, baik secara ekonomi maupun sosial. Karena pada saat ini, kualitas sumberdaya manusia yang bekerja pada sektor pertanian masih rendah dibandingkan dengan sektor lain.4

Sesuai amanat yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, tujuan negara adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.5 Tujuan bernegara ini diwujudkan dalam landasan sila kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pencapaian tujuan negara tersebut dilakukan dengan pembangunan berkelanjutan yang melibatkan seluruh masyarakat. Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan diperlukan kondisi yang mendukung produktivitas petani. Salah satunya diwujudkan dengan adanya pihak yang berperan dalam memberikan pemberdayaan atau penyuluhan kepada para petani. Penyuluhan ataupun pemberdayaan ditujukan guna meningkatkan edukasi dan praktik di lapangan agar para petani di Indonesia lebih maju dan sejahtera.

3

Kebijakan Pertanian Perlu dibenahi, Tabloid Agropolitan, Edisi I, 26 Desember 2015, h. 2

4Dillon, “

Pertanian Membangun Bangsa”, (Jakarta: Sinar Harapan, 1999), Cet 1, h. 32.

5


(17)

Konsep kesejahteraan juga tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan Sosial, yang menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.6 Sedangkan dalam Pasal 2 Ayat 1 UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial ditegaskan bahwa kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.7 Adapun dalam al-Quran juga terdapat perintah bagi manusia untuk bekerja agar dapat menyejahterakan kehidupannya, yakni dalam sûrah at-Taubah/09 : 105 berikut.

"Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada

6

Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

7

Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial


(18)

(Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.8

Pada ayat diatas dijelaskan mengenai perintah bagi umat Islam untuk melakukan aktivitas-aktivitas sebagaimana Allah SWT telah memberikan rezeki kepada seluruh umat Islam yang beriman. Sebagai hambanya, manusia hanya untuk disuruh mencari keridhaannya agar apa yang telah kita hasilkan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian yang perlu diberdayakan agar mereka mampu menganalisa masalah dan peluang yang ada serta mencari jalan keluar sesuai sumber daya yang dimilikinya. Konsep yang digunakan dalam memberdayakan petani melalui konsep kelompok. Pentingnya kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Artinya secara alamiah manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam perjuangan hidupnya, guna memenuhi kebutuhan hidup manusia tidak terlepas dari interaksinya dengan manusia sekelilingnya. Dengan demikian, hampir dari seluruh waktu dalam kehidupan sehari-hari dihabiskan melalui interaksi dalam kelompok, dapat dikatakan bahwa pada setiap perkembangannya manusia membutuhkan kelompok. Dengan adanya kelompok tani maka akan ada kemudahan petani dalam meyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada pada bidang pertaniannya, selain itu juga dapat memberikan kelanggengan usaha pada petani serta lebih terorganisir lagi terhadap petani. Sehingga petani dapat

8


(19)

lebih kreatif dan mandiri dalam pengelolahan pertanian serta petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya dengan semaksimal mungkin.9

Kota Depok berpeluang besar menjadi sentra usaha pembudidayaan, baik tanaman dan perternakan. Bila dilihat dari banyaknya lahan yang bisa dipakai untuk usaha pembudidayaan, ataupun menggunakan halaman pekarangan rumah sebagai sarana pembudidayaan, seperti pembudidayaan ikan hias, tanaman hias burung hias berkicau yang tersebar di seluruh penjuru Kota Depok. Disisi lain, ada sebuah potensi unggulan Kota Depok yang mempunyai prospek cerah di masa mendatang, yakni Aloevera atau sering disebut lidah buaya.10

Demikian halnya yang terjadi pada kelompok tani yang dinamakan

“Bina Avera” berada pada Desa Cilodong, Kota Depok. Kelompok Bina

Avera ini fokus terhadap Tanaman Lidah Buaya dari mulai membudidayakannya sampai menjadi barang yang bernilai tinggi, seperti produk olahan yang berbahan baku lidah buaya. Kelompok yang berbasis tanaman Aloevera ini sudah menggeluti pada sektor pertanian lidah buaya kurang lebih 5 tahun. Berawal dari salah seorang pengurus yang terjun terlebih dahulu yang bereksperimen dengan tanaman lidah buaya seperti pembuatan minuman Aloevera dan hasil olahan produk beliau mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Lalu beliau mengembangkan usahanya sampai sukses seperti sekarang ini. Beliau pun berinisiatif untuk memberdayakan masyarakat sekitar dan sudah ada 22 warga yang ikut

9

Bustanul Arifin, Pertanian Era Transisi, (Lampung: Universitas Lampung Press, 2001), hlm 47.

10

Hasil wawancara dengan Bu Tantri, Pendiri Kelompok Tani Bina Avera, 30 Maret 2016


(20)

berpartisipasi dalam kelompok yang dinamakan “Kelompok Tani Bina Avera”.

Apabila dilihat dari keberadaan kelompok tani Bina Avera, Cilodong Depok, kelompok ini merupakan satu-satunya kelompok petani yang menggunakan konsep pemberdayaan dibidang pertanian Lidah Buaya. Selain itu, tanaman Lidah Buaya sendiri memiliki berbagai khasiat, yaitu mengobati wasir, diabetes, mengatasi obesitas, hipertensi, AIDS, kanker, dan penyakit lainnya. Oleh sebab itu, alasan penulis meneliti tentang kelompok tani Bina Avera karena tanaman lidah buaya yang unik, memliki banyak khasiat dan jarang di temukan dalam bentuk olahan seperti makanan dan minuman. Sehingga penulis mengambil judul penelitian, yaitu “Perubahan

Keberdayaan Masyarakat Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong Depok”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, supaya penelitian lebih terarah sesuai dengan judul dan tujuan dilakukannya penelitian, maka penulis memberikan batasan permasalahan ini hanya pada Perubahan-perubahan Sosial dan Ekonomi serta proses pemberdayaan bagi masyarakat Petani Lidah Buaya di Cilodong, Depok.

2. Perumusan Masalah

Untuk mempertajam kajian, perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(21)

a. Bagaimana tahap-tahap pemberdayaan kelompok tani Bina Avera di Cilodong, Depok?

b. Bagaimana perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat kelompok tani Bina Avera di Cilodong, Depok?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui proses pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok.

b. Untuk mengetahui Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang Kelompok Tani Lidah Buaya dan hubungannya dengan kesejahteraan sosial Ekonomi bagi petani lidah buaya serta dapat dijadikan bahan untuk perbandingan sebagai penelitian selanjutnya.

1) Untuk Para Petani Lidah Buaya

Dari hasil penelitian ini di harapkan para petani Lidah Buaya dapat mengetahui arti penting keberadaan Kelompok tani dan terpacu untuk berinovasi membangun sebuah usaha kreatifitas-kreatifitas yang bernilai tinggi lainnya.


(22)

2) Untuk peneliti

Dari hasil penelitian ini di harapkan peneliti bisa menambah pengetahuan dan wawasan dalam ilmu pengetahuan kesejahteraan sosial yang nantinya ilmu tersebut bisa manfaat bagi orang lain dan semoga peneliti tidak ada kata habis atau selesai dalam belajar dan meneliti tentang lidah buaya pada khususnya.

3) Untuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau saran dan sumbangan pemikiran kepada akademik maupun jurusan Kesejahteraan Sosial, terutama pemikiran tentang pemberdayaan petani lidah buaya.

b. Manfaat Praktis

Dapat memberikan informasi tentang Kelompok Tani Lidah Buaya di sekitar serta bagaimana kontribusi kelompok Tani dalam kesejahteraan sosial ekonomi bagi petani lidah buaya.

1) Untuk kelompok Tani

Penelitian ini agar dapat memberikan masukan yang positif kepada pengurus maupun pengelola, anggota kelompok tani, dalam mengembangkan dan mengelola organisasi Kelompok Tani Bina Avera sesuai dengan visi dan misi utama.

2) Untuk peneliti dan universitas

Dari hasil penelitian ini di harapkan peneliti dan pihak jurusan juga tidak sekedar mengetahui teori namun juga bisa mempraktikannya dalam kegiatan sehari-hari khususnya dalam bidang pertanian.


(23)

D. Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian mengambil di Jalan H. Dimun Raya No.4 RT.5/6 Cilodong, Depok – Jawa Barat. Disana penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan informasi dari pengurus Kelompok Tani Bina Avera dengan observasi terlebih dahulu, wawancara langsung untuk mengetahui bagaimana tingkat Perubahan Sosial dan pendapatan ekonomi para petani melalui program pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera.

Alasan penulis memilih lokasi penelitian di Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok ialah di kota Depok Sudah banyak kelompok tani tetapi mereka hanya menanam tanaman-tanaman yang mainstream saja, seperti halnya sayur-sayuran, umbi-umbian serta padi dan lain lain. Tetapi jarang kelompok tani yang membudidayakan tanaman lidah buaya, dan kelompok tani bina avera adalah salah satu kelompok yang membudidayakan tanaman tersebut.

2. Waktu Peneltian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2016

3. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian lapangan terdapat dua kelompok besar pendekatan penelitian. Pendekatan tersebut yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif.


(24)

Pendekatan tersebut dapat membantu peneliti ketika melakukan penelitian dengan jenis penelitian apapun.11

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari pengukuran. Penelitian kualitatif secara umum bisa digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial, dan lain-lain. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.12

Jadi, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan alasan karena penelitian kualitatif lebih mengena dengan Kelompok Tani Bina Avera yang diamati oleh penulis, di mana penulis berusaha menyelami kehidupan keseharian para anggota kelompok, dalam rangka meningkatkan perubahan keberdayaan sosial ekonomi yang dialami para anggota kelompok dalam bidang Pertanian Lidah Buaya di Cilodong Depok.

11

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif

(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h..7.

12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remeja Rosda Karya, 2007), cet-23, h.11.


(25)

4. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.13 Dengan demikian, laporan penelitianakan berisi kutipan-kutipan dari pengurus Kelompok Tani Bina Avera dan masyarakat petani serta beberapa dokumen yang berkaitan dengan Lidah Buaya untuk memberikan gambaran penyajian laporan program pemberdayaan yang dilakukan oleh Kelompok Bina Avera Cilodong, Depok.

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder ;

a. Data Primer

Data primer sendiri terbagi menjadi 2 sumber data yaitu :

1) Utama, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian. Yaitu pengurus Kelompok Tani Bina Avera yang terkait dalam pembudidayaan Lidah Buaya di Jalan H. Dimun Raya No.4 RT.5/6 Cilodong, Depok.

2) Pendukung, yaitu data yang diperoleh dari Anggota Kelompok Tani Bina Avera di Jalan H. Dimun Raya No.4 RT.5/6 Cilodong, Depok. Baik yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam kegiatan pembudidayaan Lidah Buaya di Kelompok Tani Bina Avera.

13

Imam Gunawan, Metodologi Penelitian Kualitatif:Teori danpraktik (Jakarta: PT Bumi Ksara, 3013) h. 103.


(26)

b. Data Sekunder

Sedangkan Data Sekunder merupakan data yang penulis peroleh baik berupa dokumen, arsip-arsip, memo atau catatan tertulis lainnya maupun gambar atau benda yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder penulis peroleh dari media massa, jurnal, buku-buku dan lain-lain.

6. Teknik Pemilihan Informan

Subyek dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani Bina Avera yang mengalami Perubahan keberdayaan masyarakat Petani melalui Pembudidayaan Lidah Buaya di Cilodong, Depok.

Informan dalam penelitian ini adalah Ketua Pengurus Kelompok Tani Bina Avera dan Masyarakat Petani Lidah Buaya terlibat dalam Perubahan Keberdayaan Pembudidayaan Lidah Buaya di Kampung Cilodong Depok. Alasan penulis menganggap orang-orang yang disebutkan tadi adalah karena penelitian fokus kepada Masyarakat Petani Lidah Buaya yang ikut dalam program pemberdayaan dari kelompok Tani Bina Avera. Apakah melalui program tersebut Anggota Kelompok Tani Bina Avera bisa berdampak positif seperti meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi mereka. Termasuk ketua pengurus kelompok Bina Avera yaitu Tantri Guntari yang ikut terlibat dalam proses antara dari hasil wawancara penulis dengan para anggota Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong Depok.


(27)

Tabel 1

Rancangan Penelitian

No. Informan Informasi yang dicari Jumlah

Metode Pengumpulan

Data

1. Ketua pengurus kelompok Tani Bina Avera

Gambaran umum tentang

Kelompok Tani Bina Avera, Tahap-tahap pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera, proses pembudidayaan lidah buaya, kegiatan yang dilakukan Kelompok Tani Bina Avera.

1 Wawancara bebas

terstruktur, dokumentasi.

2. Anggota

Kelompok Tani Bina Avera yang mengalami Keberdayaan.

Perubahan dari segi sosial, budaya dan ekonomi setelah menjadi kelompok tani Bina Avera, hambatan-hambatan yang dirasakan, keberhasilan yang dicapai.

3 Wawancara bebas

terstruktur, observasi dan

dokumentasi

3. Anggota

Kelompok Tani Bina Avera yang belum mengalami Keberdayaan.

Perubahan dari segi sosial, budaya dan ekonomi setelah menjadi kelompok tani Bina Avera, hambatan-hambatan yang dirasakan, keberhasilan yang dicapai.

2 Wawancara bebas

terstruktur, observasi.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi, berikut penjelasannya:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara


(28)

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.14

Ada salah satu metode ketika melakukan wawancara. Yaitu metode wawancara mendalam. Metode wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. serta kapan dimulai dan diakhiri. Namun, kadang kala informan pun dapat menentukan perannya dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara mulai dilaksanakan dan diakhir.15

Informan yang penulis wawancarai ialah Bu Tantri selaku ketua kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok. Karena Bu Tantri adalah sosok yang telah membuat perubahan bagi para anggota kelompok tani khususnya dalam bidang Pertanian Lidah Buaya dan sekaligus Pendiri dari Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong Depok. Penulis sudah mewawancarai beliau sebanyak 2 kali yang bertempatan di perkebunan Bu Tantri. Informan selanjutnya ialah para anggota Kelompok Tani

14

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Bandung: PT. Remeja Rosda Karya, 2007), h. 186

15

M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 108


(29)

Bina Avera yang sudah mengalami perubahan dan yang belum mengalami perubahan dalam Pemberdayaan di Pertanian Lidah Buaya. b. Observasi

Sedangkan Observasi atau pengamatan adalah metode pertama yang digunakan dalam sebuah penelitian ilmiah. Observasi berarti pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang di selidiki. Dalam hal ini, aktifitas pengamatan meliputi kegiatan manusia dan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera, terutama indera pengelihatan untuk melihat segala aktifitas di lokasi penelitian, dan telinga sebagai indera pendengaran untuk mendengar segala bentuk aktifitas di lokasi penelitian.16

Pengamatan yang penulis lakukan adalah terhadap fenomena dari Pekerjaan Bu Tantri yang masih beraktifitas dalam kegiatan usahanya yaitu Tanolavera. Home Industri Bu Tantri sendiri yaitu berada di dalam rumahnya, disana terdapat karyawan yang sedang menjalankan proses usah Bu Tantri. seperti, pembuatan Minuman Lidah Buaya dan lain-lain. Sedangkan perkebunan Lidah Buaya milik Bu Tantri terdapat di depan Kantor Kecamatan Cilodong yang letaknya tak jauh dari rumah Bu Tantri. disana terdapat karyawan lainnya yang sedang mengurusi Tanaman Lidah Buaya dan Tanaman Hias seperti Bunga Kamboja Jepang, Bunga Tulip, dan masih banyak bunga lainnya.

16

Suhartini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 145.


(30)

Sedangkan anggota dari Kelompok Tani Bina Avera lainnya sedang sibuk terhadap urusannya masing-masing. Seperti halnya dengan Bu Wiyah yang sedang menjaga warung kecil miliknya, Bu Dewi yang sedang menjaga anaknya, hanya Pak Muhayar saja yang terlihat masih mengurusi Pertanian Lidah Buaya miliknya di Daerah Cilodong.

c. Dokumentasi

Studi Dokumentasi adalah data-data yang tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual.17 Dokumen resmi yang digunakan penulis adalah buku harian yang bermanfaat dengan ditulis memberikan tanggapan tentang peristiwa-peristiwa disekitar penulis yang berisikan informasi dari Kelompok Tani Bina Avera.

8. Teknik Analisa Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah penyusunan data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan sistem kategorisasi. Kategorisasi berarti penyusunan kategori, dan kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat, atau kriteria tertentu.18 Sistem kategorisasi ini adalah Perubahan

17

Lexi.J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosda Karya 2001) Cet. Ke-15, h. 13.

18


(31)

Keberdayaan kelompok tani terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat petani Lidah Buaya.

9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian ini, diperlukan teknik pemeriksaan, dimana teknik pemeriksaan dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan kriteria derajat kepercyaan dan kriteria kepastian.

E. Teknik Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, 2007, cetakan ke-2.

F. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini, penulis melakukan kajian kepustakaan dengan tujuan untuk memperoleh data dari beberapa sumber tertulis baik berupa buku-buku bacaan ataupun sumber lainnya. Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ada beberapa skripsi yang fokusnya sama, yaitu tentang Pemberdayaan melalui kelompok Tani, salah satunya skripsi yang di tulis oleh :

a. Syaiful, mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN

Jakarta dengan judul: “Upaya Kelompok Tani Sakati Makmur Dalam Pemberdayaan Ekonomi Petani Pasir Putih Melalui Pertanian


(32)

Jambu Merah.” Isi skripsi yang ditulis oleh syaiful ialah mengenai Program Pemberdayaan Ekonomi Petani dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Petani melalui Sekolah Lapang (SL) dimana dalam skripsi ini membahas tentang program pemberdayaan Ekonomi para petani jambu merah, sedangkan peneliti menggambarkan perubahan keberdayaan masyarakat kelompok tani lidah buaya dari segi sosial ekonomi dan budaya.

b. Yati Reni, mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam UIN Jakarta dengan judul: “Evaluasi Terhadap Upaya Sekretariat Bina Desa Jakarta dalam Meningkatkan Kesejahteraan kelompok Tani Organik Bakti Lestari Desa Paseh, Kec. Banjarmangu, kab. Banjarnegara, Jawa Tengah.” Isi skripsi yang di tulis oleh Yati ialah untuk mengetahui evaluasi kegiatan Bina Desa Jakarta dengan kelompok Tani organik Bakti Lestari dan menilai sejauh mana efektivitas kegiatan dilihat dari hasil program tersebut, sedangkan peneliti membahas tentang bagaimana proses keberdayaan masyarakat petani lidah buaya Kota Depok yang terdiri dari tahap-tahap serta strategi pemberdayaan.

c. Widiyaningsih, mahasiswa Ilmu Administrasi Negara UI Depok dengan judul: “Analisis Tingkat Keberdayaan Masyarakat melalui Program Pengembangan Komoditas Buah Belimbing pada Kelompok Tani Belimbing di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.” Isi skripsi yang di tulis oleh Widiyaningsih ialah Untuk mengetahui dampak dan perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat Situ setelah adanya musibah Situ Gintung. Seperti apa Dampak pada pekerjaan


(33)

masyarakat situ gintung, dampak pada kelembagaan sosialnya, serta dampak pada nilai sistem nilai yang terkandung pada masyarakat sosial di sekitar situ gintung. Sedangkan peneliti membahas tentang perubahan dari segi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat kelompok tani Bina Avera di Cilodong, Depok.

d. Hindrina Perdhama Sari, mahasiswa Biologi UI Depok dengan Judul: “Pertumbuhan Lidah Buaya (Aloe Chinensis Baker) Pada Media Tanam Campuran Tanah dan Kompos.” Isi Skripsi yang di tulis oleh Sari ialah bagaimana pertumbuhan suatu tanaman Lidah Buaya jika melalui media tanam campuran antara tanah dan kompos. Serta apakah tanaman lidah buaya bisa tumbuh sesuai dengan yang di ekspetasi kan seperti jenis tanaman lidah buaya lainnya. Berbeda dengan penelitian skripsi ini yang lebih membahas tentang bagaimana proses keberdayaan petani lidah buaya serta perubahan sosial, budaya dan ekonominya.

e. Linda, mahasiswa Teknik Industri UI Depok dengan Judul: “Studi

Kelayakan Pengembangan Usaha Minuman Lidah Buaya Avera.” Isi Skripsi yang di tulis oleh Linda ialah tentang cara mengembangkan usaha yang berkaitan dengan lidah buaya, dan menjadikan produk yang berbahan baku dari tanaman lidah buaya menjadi produk olahan yang bernilai tinggi yaitu minuman lidah buaya. Serta cara memasarkan produk olahan tersebut ke masyarakat dengan kualitas tinggi yang tidak kalah dengan produk olahan minuman yang sudah terjun duluan di pasaran. Sedangkan skripsi yang di teliti oleh penulis ialah program pemberdayaan kelompok tani yang lebih fokus terhadap Perubahan


(34)

dalam kesejahteraan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat petani di kampung Sukamaju Cilodong Depok.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam lima bab yang mana rinciannya sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, Teknik Penulisan, Tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori, Bab ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yang terdiri dari Pengertian Pemberdayaan, Proses Pemberdayaan, Strategi Pemberdayaan, dan Tahapan-tahapan Pemberdayaan. Pengertian Perubahan, Perubahan Sosial, ekonomi dan Budaya, Faktor pendukung Perubahan Sosial, Faktor perubahan Budaya dan Pendapatan Ekonomi.

BAB III : Profil Komunitas, Bab ini berisi tentang profil dari kelompok Tani Bina Avera, yang terdiri sejarah singkat, visi dan misi, Daftar Pengurus Kelompok Tani Bina Avera, Dari Pengusaha Lidah Buaya sampai Kelompok Tani Bina


(35)

Avera, Pertanian Kecamatan Cilodong Depok, tentang Lidah Buaya.

BAB IV : Analisis Hasil Temuan di Lapangan, Bab ini berisi tentang Perubahan Sosial, Ekonomi dan Budaya masyarakat petani melalui pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok.

BAB V : Penutup, Bab ini berisi tentang kesimpulan dan Saran penulis.


(36)

24 BAB II

LANDASAN TEORI

A. PEMBERDAYAAN

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan sebagai suatu program biasanya dilihat dari tahapan tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya. Jika pemberdayaan dilihat sebagai suatu proses yang berkesinambungan (on-going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan, dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja.18

Menurut Soetomo, Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih besar kepada masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengelola proses pembangunannya. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya memberi wewenang terhadap masyarakat, tetapi juga meningkatkan kapasitas yang ada di masyarakat.19

Edi Soeharto berpendapat bahwa, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan keiornpok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami

18

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), h. 162.

19


(37)

masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.20

Sedangkan pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan suatu proses meningkatkan keterampilan hidup sekumpulan orang yang masuk kategori fakir miskin atau dhuafa agar dapat memiliki mata pencaharian yang membuat kondisi hidupnya masuk kategori muzakki.21

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

20

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 60

21

Ismet Firdaus, dkk, Pengamalan Al-Qur’an tentang Pemberdayaan Dhu’afa (Jakarta:


(38)

keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Beberapa ahli dibawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan di lihat dari tujuan, proses, cara-cara pemberdayaan:

 Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung

 Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan, yang cukupuntuk mempangaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.

 Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.

 Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas di arahkan agar mampu menguasai kehidupannya.22

Pada hakekatnya upaya-upaya pembangunan di tingkat komunitas memfokuskan pada pemberdayaan warga komunitas dengan melakukan

power sharing agar masyarakat memiliki kemampuan dan kesetaraan

dengan beragam stakeholders lainnya. Oleh karena itu, semua

stakeholders sebagai pelaku perubahan dalam proses pembangunan

berupaya memberdayakan warga komunitas (dari kurang berdaya

22

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 58-59.


(39)

menjadi lebih berdaya) baik pada tingkat individu, keluarga, kelompok-kelompok sosial, ataupun komunitas guna mencapai kehidupan lebih baik.23

Dari beberapa pandangan menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat bagian dari proses dan tujuan pengembangan masyarakat yang harus di optimalkan sebaik mungkin. Karena Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau cara untuk meningkatkan potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat lebih menekankan kepada proses bukan hasil akhir. Didalam proses pemberdayaan, masyarakat menjadi subyek bukan objek. Maka dari itu dibutuhkan partisipasi dari masyarakat itu sendiri.

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Parsons menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang mengatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan klien dalam settingan pertolongan perseorangan. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada gilirannya strategi ini berkaitan dengan kolektifitas, dalam arti mengaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya. Menurut Edi Suharto Dalam

23

Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 89.


(40)

konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan, yaitu:

a. Aras Mikro

Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervension. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.

b. Aras Mezzo

Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c. Aras Makro

Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar

(Large-system strategy), karena sasaran perubahan di arahkan pada

system lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka


(41)

sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.24

3. Tahap-tahap Pemberdayaan

Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses intervensi sosial (perubahan sosial yang terencana). perubahan sosial terencana pada level komunitas pada Ilmu Kesejahteraan Sosial, sering kali tidak dapat dilepaskan dari model intervensi pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, setiap bentuk pemberdayaan masyarakat dapat dijelaskan dalam beberapa tahap, sebagaimana yang dikembangkan oleh Isbandi Rukminto (2002), terdiri dari 6 tahapan, yakni tahap persiapan

(Engagement), tahap pengkajian (Assessment), tahap perencanaan

alternatif program atau kegiatan (designing), tahap pelaksanaan program

(Implementation), tahap evaluasi (Evaluation) dan tahap terminasi

(Disengagement), tahapan tersebut sebagai berikut:25

a. Tahap persiapan (Engagement)

Pada tahap persiapan ini meliputi sekurangnya dua tahapan yang harus di kerjakan, yaitu:

 Tahap penyiapan petugas (Community Worker) untuk menyamakan persepsi antar anggota tim agen perubahan (Change

agent) mengenai pendekatan apa yang akan di pilih dalam

melakukan pemberdayaan masyarakat. Terutama apabila agen

24

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 66-67

25

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Pembangunan Kesejahteraan Sosial


(42)

perubahan berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya saja, ada petugas yang berlatar belakang sarjana Agama, sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, sarjana Pendidikan dan sarjana Sastra. Sehingga perlu dilakukan pelatihan awal untuk menyamakan persepsi mengenai program pemberdayaan masyarakat yang akan dikerjakan di daerah tersebut, serta bagaimana teknik-teknik yang akan dilakukan dalam melakukan perubahan di masyarakat.

 Tahap penyiapan lapangan dimana petugas (Community Worker) pada awalnya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal. Bila sudah ditemukan daerah yang ingin dikembangkan,

community worker harus mencoba menerobos jalur formal untuk

mendapatkan dari pihak yang terkait. Pada tahap inilah terjadi kontak dan kontrak awal dengan kelompok sasaran. Komunikasi yang baik pada tahap awal biasanya akan mempengaruhi keterlibatan warga pada fase berikutnya. Fase ini juga dikenal sebagai fase engagement dalam suatu proses pemberdayaan masyarakat.

b. Tahap Pengkajian (Assessment)

Proses assessment yang dilakukan disini dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat. Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubahan berusaha mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki


(43)

masyarakat. Dalam proses Assessment ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Disamping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu tahap perencanaan.

c. Tahap Perencanaan Alternatif Progream atau Kegiatan (Designing)

Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubahan secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada pada masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan.

d. Tahap Pelaksanaan (Implementation)

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang sudah di rencanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak kerja sama antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerjasama antar Tokoh Masyarakat.

Dalam upaya melaksanakan program pengembangan masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat


(44)

menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kader ini biasanya dipilih dari ibu-ibu rumah tangga ataupun pemudi yang masih memiliki waktu luang dan mau melibatkan diri dalam kegiatan tersebut.

e. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya di lakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini di harapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang di harapkan akan dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Tidak jarang juga dari hasil pemantauan dan evaluasi ternyata yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bila hal ini terjadi maka evaluasi proses diharapkan akan dapat memberikan umpan baik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun kegiatan. Sehingga apabila diperlukan dapat dilakukan kembali

assessment terhadap permasalahan yang dirasakan masyarakat.

Karena pelaku perubahan juga menyadari bahwa tolak ukur suatu masyarakat juga dapat berkembang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan yang sudah terjadi.


(45)

f. Tahap Terminasi (Disengagement)

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran, terminasi dalam suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak jarang dilakukan bukan karena masyarakat sudah dianggap mandiri, tetapi lebih karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.

B. PERUBAHAN MASYARAKAT

Siapa yang akan membuat perubahan? Apakah perubahan akan terjadi dengan paksaan satu kelompok atas kelompok lain atau melalui partisipasi semua orang yang terlibat? Persoalan ini berkaitan dengan target yang harus di capai. Di tingkat individual, ahli terapi menggunakan teknik otoriter dan partisipatif. Di tingkat kelompok dan struktural, telah digunakan elitis dan demokratis. Elitnya mungkin ahli dibidang tertentu, misalnya pengusaha, intelektual, atau politisi kawakan. Tugas elit adalah untuk mempengaruhi perubahan dengan atau tanpa keinginan orang lain yang terlibat dalam perubahan itu. Menurut strategi demokratis, mungkin masih terdapat elit ahli tetapi mereka bekerja dengan rakyat sehingga semua orang yang di pengaruhi oleh perubahan itu berpeluang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.26

26

Robert H. Lauer, Perspektif tentang Perubahan Sosial (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 491


(46)

1. Perubahan Sosial

Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu yang berlainan. Untuk itu, konsep dasar mengenai perubahan sosial menyangkut 3 hal, yaitu:

 Studi mengenai perbedaan, maksudnya bahwa untuk dapat melakukan studi perubahan sosial, kita harus melihat adanya perbedaan ataupun perubahan kondisi objek yang menjadi fokus studi.

 Studi harus dilakukan pada waktu yang berbeda, maksudnya studi perubahan harus di lihat dalam konteks yang berbeda, dengan kata lain kita harus melibatkan studi komparatif dalam dimensi waktu yang berbeda.

 Pengamatan pada sistem sosial yang sama, maksudnya objek yang menjadi fokus studi komparasi tersebut haruslah objek yang sama.27

Sekitar tahun 1971, lebih sedikit orang laki-laki yang bersikap negatif terhadap wanita yang bekerja di berbagai jenis pekerjaan. Apakah

itu suatu perubahan? Beberapa orang mengatakan “Yaa” ; sementara itu

menganut paham feminisme mungkin akan mengatakan sebenarnya tidak ada perubahan karena sikap laki-laki tidak mencerminkan kesempatan kerja yang diperoleh wanita di pasar tenaga kerja. Lalu apa yang kita artikan dengan perubahan sosial itu? Kebanyakan definisi membicarakan perubahan dalam arti yang sangat luas. Wilbert Moore misalnya,

27

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h. 2-3


(47)

mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari struktur

sosial”, dan yang di maksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola

perilaku dan interaksi sosial”. Moore memasukan ke dalam definisi

perubahan sosial sebagai ekspresi mengenai Struktur seperti Norma, nilai dan fenomena Kultural.28

a. Pengertian Perubahan Sosial

Adapun definisi-definisi perubahan sosial yang di kemukakan oleh beberapa tokoh:

Tabel 2

Definisi Perubahan Sosial Menurut Para Ahli

No. Tokoh Definisi

1. Munandar Perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi dari bentuk-bentuk masyarakat.

2. Selo Sumardjan dan Soelaiman Sumardji

Perubahan sosial meliputi segala

perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok didalam masyarakat.

3. Kingsley Perubahan sosial ialah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat

4. Mac Iver Perubahan sosial ialah perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan

5. Gillin Perubahan sosial ialah suatu variasi cara-cara hidup yang telah di terima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun

28

Robert H. Lauer, Perspektif tentang Perubahan Sosial (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 4


(48)

penemuan-penemuan dalam masyarakat

6. Koenig Perubahan sosial ialah modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia 7. Hawley Perubahan sosial merupakan setiap perubahan

yang tidak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan

8. Macionis Perubahan sosial ialah transformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu

9. Ritzer Perubahan sosial mengacu pada variasi

hubungan antar individu, kelompok, organisaisi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu 10. Lauer Perubahan sosial di maknai sebagai perubahan

fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individu-individu sampai dengan tingkat dunia.29

b. Faktor Pendorong dan penghambat Perubahan Sosial

1) Faktor yang mempercepat proses perubahan sosial

 Kontak dengan budaya lain. Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah di hasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu saja akan memperkaya kebudayaan yang ada.

 Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mengukur tingkat kemajuan suatu masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini

29

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h. 4-5


(49)

akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman, dan memerlukan suatu perubahan atau tidak.

 Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju. Sebuah hasil karya dapat memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya orang lain. Orang yang berpikiran dan berkeingin maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri.30

 Adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.

 Sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka. Sistem stratifikasi yang terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal dan horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempersalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

 Pembangunan dan pengembangan jaringan, pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan

30

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h. 18-21.


(50)

peningkatan kemampuan para anggotanya untuk membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial disekitarnya.

 Penduduk yang Heterogen. Masyarakat yang heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial.

 Ketidakpuasan masyarakat pada bidang-bidang tertentu. Rasa tidak puas dapat menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya.

 Adanya orientasi masa depan. Kondisi yang senantiasa merangsangorang untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan.

 Adanya nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk memperbaiki kehidupannya.31

2) Faktor yang menghambat proses perubahan sosial

 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Apabila sebuah masyarakat tidak melakukan kontak sosial dengan masyarakat

31

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial , (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h. 18-21.


(51)

lain, maka tidak akan terjadi tukar informasi, atau tidak akan terjadi proses asimilasi, akulturasi yang mampu mengubah kondisi masyarakat tersebut.

 Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat. Ilmu pengetahuan adalah kunci perubahan yang akan membawa masyarakat menuju pada peradaban yang lebih baik.

 Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Sikap tradisional akan mengagung-agungkan kepercayaan yang telah di ajarkan nenek moyangnya yang dianggap sebagai sebuah kebenaran mutlak yang tidak dapat di ubah. Pandangan ini lah yang dapat menghambat, karena apabila mereka mencoba untuk mengubah nilai-nilai yang sudah diajarkan secara turun temurun tersebut, dapat di percaya akan menimbulkan malapetaka.

 Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau versted interest. Dalam setiap kehidupan bermasyarakat, akan ada sekelompok individu yang ingin mempertahankan atau hanya sekedar mewujudkan ambisinya dalam meraih tujuan pribadi atau golongannya.

 Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi kebudayaan. Untuk itu, suatu kelompok masyarakat seringkali membatasi diri untuk menerima unsur-unsur budaya dari luar.

 Prasangka terhadap hal-hal baru atau sikap yang tertutup. Sikap demikian akan dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah masyarakat lain. Hal ini kemudian memunculkan prasangka


(52)

ketika masyarakat tersebut berinteraksi dengan masyarakat yang dudlu pernah menjajah mereka, karena dikhawatirkan masyarakat tersebut memiliki rencana kembali untuk menjajah mereka.

 Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Setiap upaya untuk mengubah masyarakat , adakalanya harus bertentangan dengan ideologi yang telah di anut oleh kelompok masyarakat selama ini. Apabila nilai-nilai yang akan di ubah tersebut bertentangan dengan ideologi yang dianut selama ini maka dipastikan perubahan tersebut tidak akan berjalan.

 Adat atau kebiasaan. Faktor ini merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat didalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola tersebut tidak efektif lagi dalam memenuhi kebutuhan, maka akan terjadi krisis. Misalnya dalam proses adopsi inovasi ini mampu meningkatkan efisiensi produksi, namun disisi lain, adopsi ini justru dapat memunculkan masalah baru, yaitu bertambahnya pengangguran.

 Adanya nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin di perbaiki. Sikap pasrah ini menyebabkan masyarakat enggan untuk melakukan perubahan.32

32

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h. 18-21.


(53)

2. Perubahan Budaya

Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam perubahan sosial terjadi perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain sistem status, hubungan-hubungan di dalam keluarga, sistem politik dan kekuasaan, serta persebaran penduduk. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi selera, rasa keindahan (kesenian) dan bahasa. Walaupun perubahan sosial dan perubahan budaya itu berbeda, pembahasan kedua perubahan itu tak akan mencapai suatu pengertian yang benar tanpa mengaitkan keduanya.33

a. Pengertian Budaya

Budaya dalam bentuk jamak dari kata Budi dan daya yang berarti Cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yang berarti budi dan akal. Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian budaya menurut para ahli.

33


(54)

Tabel 3

Definisi Budaya Menurut Para Ahli

No. Tokoh Definisi

1. B. Tylor Budaya ialah suatu keseluruhan komplex yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat

2. Koentjaningrat Budaya termasuk sistem keseluruhan yang digagas, milik diri manusia dengan belajar 3. Selo Soemardjan dan

Soelaiman Soemardji

Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat

4. Herkovits Kebudayaan merupakan bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia

Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat di pengaruhi oleh pandangan

evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa

kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.34

b. Penyebab Perubahan Budaya

Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh karenanya tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian kebudayaan akan mengalami perubahan.35

34

Elly M. Setiadi dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 27.28

35

Elly M. Setiadi dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 44


(55)

Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi jauh dari berbagai perhubungan dengan masyarakat yang lainnya. Dan terjadinya perubahan kebudayaan di sebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

 Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalkan perubahan ajaran nilai agama. Setiap kelompok masyarakat mempunyai nilai budaya. Nilai Budaya ini mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang dianggap penting, berlaku dalam kehidupan. Nilai budaya berasal dari ide-ide, gagasan, pola pikir, yang mengarah pada hal yang baik, terus di kembangkan dan di lestarikan oleh generasi berikutnya. Dalam pengembangan selanjutnya hal-hal yang baik dan di patuhi oleh masyarakat. Akhirnya kebiasaan tadi akan mengikat bagi anggota-anggota masyarakat sehingga menjadi dasar untuk berperilaku. Dengan demikian nilai budaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai norma.36

 Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah secara lebih cepat, seperti gaya hidup.37

36

Sujarno, dkk, Pemberdayaan nilai budaya dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera di daerah istimewa Yogyakarta (Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000), h. 92

37


(56)

Gaya Hidup also known as (Life Style) berbeda dengan cara hidup (way of life). Cara hidup di tampilkan dengan ciri-ciri, seperti norma, ritual, pola-pola tatanan sosial, dan mungkin juga suatu komunitas dialek atau cara berbicara yang khas. Sementara itu gaya hidup di ekspresikan melalui apa yang dikenakan seseorang, apa yang ia konsumsi, dan bagaimana ia bersikap atau berprilaku ketika ada di hadapan orang lain. Gaya hidup bukan sekedar aktivitas atau mengisi waktu luang. Gaya hidup tumbuh dan di kembangkan oleh kekuatan kapital untuk kepentingan membangun pangsa pasar, memperbesar keuntungan dan menghela agresivitas masyarakat dalam mengkonsumsi berbagai produk industri Budaya.38

 Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau kepercayaan baru, atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas.

 perubahan karena adanya penemuan baru discovery.

Namun, perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa, dan rasa manusia adalah tentu saja perubahan yang memberi nilai manfaat bagi manusia dan kemanusiaan, bukan sebaliknya, yaitu yang akan memusnahkan manusia sebagai pencipta kebudayaan tersebut.39

38

Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi: kapitalisme dan konsumsi di Era Masyarakat Post Modernisme (Jakarta: Kencana, 2014), h. 137

39

Elly M. Setiadi dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 44


(57)

3. Perubahan Ekonomi

Ilmu Ekonomi mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya-sumber daya yang langka (dengan dan tanpa uang), dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya.40

Pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu serta menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang selama jangka waktu tertentu.41 Pendapatan yang terdiri dari:

 Pendapatan upah tenaga kerja

 Pendapatan dari kekayaan, seperti sewa, bunga dan deviden

 Pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah, seperti tunjangan sosial dan asuransi pengangguran.

Berdasarkan penjelasan di atas pendapatan ekonomi ialah penghasilan individu atau masyarakat yang diterima dalam jumlah nilai dari suatu badan usaha baik barang maupun jasa selama jangka waktu tertentu guna memperbaiki kualitas hidup di masyarakat. Penghasilan tinggi ialah pendapatan lebih tinggi dari pengeluaran. Jika pendapatan lebih rendah dari pengeluaran maka masyarakat tersebut belum bisa dikatakan sejahtera.

40

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makro Ekonomi) Edisi Ketiga (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h. 3.

41Nur atikah nasution, “Dampak perubahan pemanfaatan tanah situ kuru terhadap

pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar”, (Skripsi S1 fakultas ilmu dakwah dan ilmu


(58)

47

PROFIL KOMUNITAS

A. Profesi Bisnis Lidah Buaya dan Perkembangan Petani Lidah Buaya di Depok

Aloe vera atau yang biasa dikenal dengan nama lidah buaya

merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup laris di dunia karena banyak diminati dan dicari oleh para pelaku industri. Lidah buaya telah dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang juga sudah banyak industri yang mengembangkan tanaman tersebut. Saat ini permintaan lidah buaya di Indonesia meningkat pesat, bahkan petani lidah buaya belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama pasokan ke sejumlah pasar modern dan toko-toko buah. Saat ini eksportir terbesar lidah buaya di Asia Tenggara adalah Malaysia dan Thailand. Sedangkan di Indonesia belum banyak daerah yang melakukan ekspor lidah buaya, hanya Kalimantan saja yang sudah melakukan ekspor lidah buaya karena perkembangan lidah buaya di Kalimantan lebih unggul dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia. Namun saat ini, daerah-daerah lain masih terus mengembangkan dan mengimpor usaha dari hasil olahan lidah buaya seperti sabun, sampo, powder, makanan, minuman dan olahan lainnya. Salah satu daerah penghasil lidah buaya beserta olahannya adalah di kota Depok, yaitu di daerah Cilodong. Masyarakat Cilodong sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani lidah buaya. Mereka telah meminta kepada Pemerintah Kota Depok agar menjadikan Cilodong sebagai sentra lidah


(59)

buaya. Namun para petani lidah buaya ini hanya membudidayakan tanaman lidah buaya tetapi tidak mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Melihat peluang tersebut, para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mulai bermunculan dan memanfaatkannya dengan baik. Bermodalkan pengetahuan dan keahlian mengolah lidah buaya yang didapatkan dari berbagai pelatihan teknologi tepat guna, mereka membuat komunitas atau kelompok tani yang membudidayakan dan mengolah lidah buaya menjadi tanaman yang bernilai guna lebih tinggi. Salah satu pelaku usaha lidah buaya yang terbilang sukses adalah Bu Tantri Guntari. Hasil olahan lidah buayanya adalah seperti teh kulit lidah buaya, kerupuk lidah buaya dengan berbagai varian rasa, serta minuman lidah buaya dalam botol dan cup.

B. Sejarah Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok

Berawal dari tahun 2004 seorang mantan pegawai swasta di salah satu perusahaan asing di Jakarta yaitu Ibu Tantri (Pendiri Kelompok Lidah Buaya) yang terjun langsung terlebih dahulu untuk ber eksperimen dengan tanaman yang berbahan dasar Lidah Buaya. Seperti yang dikatakan Bu Tantri:

“Saya tuh dulu hanya karyawan swasta di salah satu perusahan

asing, waktu itu ada seminar tentang lidah buaya gitu kan saya tertarik lalu saya mengikuti pelatihannya yang di adakan di depok, Waktu itu tahun 2004 di UI ama dinas kota Depok selama beberapa hari”.42

Bu Tantri mengikuti pelatihan teknologi budidaya tepat guna yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Depok, Jawa Barat, serta

42


(60)

Universitas Indonesia. Dari sana, Tantri kemudian terinspirasi untuk memulai usaha pengolahan lidah buaya, khususnya jenis chinensis yang dapat dikonsumsi dan berpelepah besar. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri berikut.

“Karena ada dua jenis utama dari tanaman lidah buaya yaitu lidah

buaya barbadensis miller dan aloe vera chinensis. Kalau barbadensis miller itu dari Eropa dan biasanya jenis ini banyak permintaan dari industri kosmetik & farmasi sedangkan aloe vera chinensis dari Asia diperuntukan menjadi berbagai produk olahan makanan seperti yang

saya budidaya itu jenisnya Cinensis”.43

Setelah itu Bu Tantri menguji Lidah Buaya tersebut yang bermodalkan 10 kilogram pelepah lidah buaya yang ia beli di pasar kembang.

“....Bu Tantri dulu awalnya penjual minuman Lidah Buaya keliling, kadang

nitip barang dagangannya itu ke warung-warung kecil disekitar Desa....”44,

ungkap Pak Asmawi. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri:

“Saya olah awalnya di jadiin es mambo lidah buaya, terus saya jualin

ke SD-SD, anak-anak pada seneng kan, saya suruh orang untuk jualin Ke SD rutin, lalu saya buat olahan seperti minuman nata de coco dalam bentuk gelas saya pasarin ke masyarakat disini dan responnya bagus”.45

Pembuatan olahan minuman yang berbahan dasar lidah buaya yang ia buat pertama adalah es mambo. Es mambo itu kemudian dipasarkan di sekolah-sekolah dan ternyata laku keras dengan harga Rp 1.000 per buah.

Dan hasil eksperimennya ini lama-lama membuahkan hasil serta mendapatkan respon positif dari masyarakat setempat. Maka bu Tantri sendiri membentuk suatu usaha home industry yang berbasis Lidah Buaya yang

43

Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.

44

Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.

45


(1)

Peneliti : “saya setuju pak itu kalau masalah pendidikan, saya aja ini ingin melanjutkan S2 insya allah pak hehe”. Oiya pak makasih ya pak atas waktunya”.

Pak muhayar : “sama-sama de”.

Wawancara V

Wawancara dengan Ibu Dewi salah anggota dari kelompok tani bina avera yang dilakukan hari selasa pada tanggal 12 april 2016 di rumah bu dewi.

Peneliti : “assalamualaikum wr wb bu dewi, saya fachri dari mahasiswa UIN Ciputat, boleh ibu minta waktunya sebentar untuk ngobrol-ngobrol”.

Bu dewi : “wa’alaikum salam wr wb iya de silahkan, emang mau apa de?”

Peneliti : “ini bu saya ada tugas penelitian dari universitas, saya ingin meneliti tentang kelompok tani bina avera nya bu Tantri”.

Bu dewi : “ohh gitu de, saya mah sudah lama tidak ikut kegiatan kelompok lagi de”. Peneliti : “emang kenapa bu tidak ikut lagi? Alasan dulu ikut kelompok apa bu?”

Bu dewi : “saya mah de sebenarnya hanya untuk mengisi waktu luang dengan ikut bersama kelompoknya bu Tantri, soalnya gak ada kerjaan juga kalo dirumah, anak pada sekolah, suami kerja, dari pada gak ngapa-ngapain mendingan ikutan jadi anggota kelompok, bisa ngisi waktu luang bareng ama ibu-ibu disini de”

Peneliti : “kalau boleh tau pendapatan selama menjadi petani lidah buaya berapa bu?” Bu dewi : “saya Cuma dapet kisaran Rp.300.000 – Rp.600.000 doang de, soalnya saya

kan juga gak punya lahan pertanian jadi gak banyak gitu de nanemnya”. Peneliti : “emang suami kerja apa bu?”

Bu dewi : “suami hanya supir angkot de pendapatan juga gak nentu kadang bawa pulang Rp.80.000 aja udeh bersyukur kita de, anak masih sekolah”.

Peneliti : “pengeluaran ibu selama sebulan berapa bu? Kaya harian, mingguan ama bulanannya?”

Bu dewi : “uang jajan anak Rp.10.000, kebutuhan dapur bisa mencapai Rp.30.000 seharinya, terus beli gas, galon, odol, sabun mandi, peralatan nyuci, bayar lsitrik/aer, iuran sekolah anak Rp.200.000, ama bayar keamanan ceban.

Peneliti : “ibu keinginan ibu seperti apa?

Bu dewi : “pengennya gak punya utang de ama orang, bisa makan enak walau gak tiap hari”.


(2)

Bu dewi : “yaaaa de buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau entar juga nganggur, lagian kami hidup secara pas-pasan de gimana caranya nyekolahin anak, saya mah kepingin anak itu bantuin bapak nya di Terminal, yaa untuk makan sehari-hari ama buat nambahin uang jajannya dia sendiri. Biar dia juga bisa belajar bagaimana susahnya cari uang”

Peneliti : “ohhh oke bu terima kasih atas waktunya” Bu dewi : “sama-sama de”

Wawancara VI

Wawancara dengan Ibu Wiyah salah anggota dari kelompok tani bina avera yang dilakukan hari minggu pada tanggal 17 april 2016 di warung tempat dia berjualan.

Peneliti : “assalamualaikum wr wb bu wiyah, maaf ganggu, boleh minta waktunya sebentar bu?”

Bu wiyah : “iyaa de gpp, ada apa ya?”

Peneliti : “ini bu saya dari mahasiswa UIN yang sedang melakukan penelitian di kelompok bina avera nya bu Tantri”.

Bu wiyah : “ohhh bu Tantri, iya de sudah lama emang aktivitas kelompok itu tidak berjalan hampir setahun lahh de klo di hitung-hitung”.

Peneliti : “emang gak berjalannya kenapa bu?”

Bu wiyah : “karena pada punya kesibukannya masing-masing de, udeh gitu bu Tantri juga fokus ama usaha nya sendiri, jadi kami sebagai anggota sudah tidak di bimbing lagi”.

Peneliti : “klo ibu sendiri kenapa tidak meneruskan budidaya lidah buaya kembali bu?” Bu wiyah : “saya mahhh de cape doang klo ngurusin lidah buaya, soalnya hasilnya gak

nentu kadang cuma dapet Rp.200.000 sampe Rp.300.000 sebulanan. Mendingan saya ngurusin dagangan saya buka warung kecil-kecilan, minimal kebutuhan anak terpenuhi”.

Peneliti : “emang dari warung bu wiyah mendapatkan omset berapa perbulan?” Bu wiyah : “pendapatan saya sebulan Rp.2.200.000 jika ramai pengunjung,” Peneliti : “kalau untuk pengeluaran selama sebulan apa aja bu?”

Bu wiyah : “saya biasa ngasih jajan anak itu Rp.4.000, kebutuhan masak seperti beli tahu, tempe, sayur asem, ayam klo ada duit lebih. Kalau peralatan mandi, nyuci,gas dll saya tinggal ngambil dari warung, palingan saya bayar bulanan seperti aer/listrik/telepon, bayar spp anak Rp. 300.000, iuran lingkungan Rp.10.000, bayar kredit motor seharga Rp.769.000 bulanannya”.


(3)

Peneliti : “tujuan awal ibu sebenernya apa dengan bergabungnya bersama kelompok bina avera?”

Bu wiyah : “tujuan saya bergabung dalam kelompok tani bina avera ini karena ingin membantu keluarga, paling enggak kebutuhan dapur terpenuhi. Tetapi lama kelamaan yang di dapet hanya cape, karena hasil dari kerja keras nanem lidah buaya sampai panen itu tidak sebanding. Jadi saya memutuskan untuk fokus di warung kecil-kecilan saya, semoga aja lancar”.

Peneliti : “ohh gitu yaa bu, mungkin emang ibu rezeki nya di warung, kalau gitu terima kasih nih bu atas waktunya, semoga ibu selalu di berikan keberkahan”.

Bu wiyah : “amin de, sama-sama lain kali mampir lagi aja de jangan sungkan”. Peneliti : “insya allah bu, nanti ngerepotin lagi bu saya klo kesini, permisi bu”.


(4)

Observasi di Lapangan

No Tanggal Kegiatan Tempat

1 30 Maret 2016

Berkunjung ke rumah Bu Tantri tempat berkumpulnya para anggota Kelompok Tani Bina Avera, serta berbincang-bincang dengan Beliau untuk meminta ijin melakukan penelitian.

Rumah Bu Tantri

2 12 April 2016

Berkunjung ke rumah anggota Kelompok Tani Bina Avera Bu Dewi, untuk meminta informasi terkait permasalahan di kelompok tersebut.

Rumah Bu Dewi

3 17 April 2016

Mengamati cara bertani tanaman Lidah Buaya yang dilakukan oleh Pak Muhayar di sawah beliau. Ada satu karyawan Pak Muhayar yang ditugaskan untuk merawat tanaman Lidah Buaya ini dari Hama.

Sawah Cilodong

4 18 April 2016

Mengamati kehidupan anggota kelompok tani yaitu Pak Asmawi dan Bu Manih Ferdiana yang telah menafkahi keluarganya dari hasil penjualan tanaman Lidah Buaya. Perubahan seperti apa yang mereka

Rumah Bapak Asmawi dan Bu Manih ferdiana


(5)

alami sebelum dan sesudah bergabung dengan Kelompok Tani Bina Avera yang di bentuk oleh Bu Tantri.

5 22 April 2016

Berkunjung ke Sekretariat KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) Cilodong Depok, berdialog dengan para anggota KTNA terkait keberadaan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong.

Sekertariat KTNA Cabang Cilodong Depok

6 27 April 2016

Mengamati cara Budidaya Lidah Buaya yang baik dan benar setiap langkah-langkahnya. Melihat dan mendokumentasikan Kelompok Tani Bina Avera yang sedang memanen Lidah Buaya.

Perkebunan Lidah Buaya di Cilodong


(6)

DOKUMENTASI

Bu Tantri saat dengan hasil produk

unggulannya yaitu minuman Lidah Buaya

Pusat Pelatihan Kelompok Tani Bina Avera Cilodong

Tempat Musyawarah Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok

Perkebunan Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok

Peneliti sedang melakukan penanaman Lidah Buaya di kebun salah satu anggota Bina Avera

Pengurus Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok