Skenario I Skenario II

62

5.8.1. Skenario I

Harga jual ayam ras pedaging merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat keuntungan. Tingkat harga jual ayam pedaging yang berfluktuasi mendorong peternak untuk selalu meningkatkan efisiensi produksi agar tetap bertahan di pasar. Harga jual ayam ras pedaging dapat naik atau turun kapan saja. Kenaikan dan penurunan tersebut dipengaruhi permintaan dan penawaran ayam ras pedaging. Skenario I dibuat dengan melakukan perubahan pada harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen. Hal tersebut didasarkan nilai tingkat inflasi rata-rata pada tahun 2007. Hasil solusi optimal skenario I dapat dilihat pada Lampiran 4. Skenario I menyebabkan tingkat produksi optimal berbeda dengan tingkat produksi optimal versi awal. Solusi optimal skenario I tidak jauh berbeda dengan solusi optimal versi awal. Hal tersebut terlihat dari nilai reduced cost lokasi kandang Cilebut dan Pemda lebih besar dari nol. Artinya lokasi kandang tidak termasuk dalam solusi optimal Tabel 16. Tabel 16. Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Skenario I Lokasi Kandang Value ribu ekor Reduced Cost ribu rupiah Cilodong 181705,438 0,000 Kelapa Dua 293146,656 0,000 Cilebut 0,000 0,537 Pemda 0,000 0,106 Ciluar 766178,625 0,000 Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika harga turun lima persen sebesar Rp 632 617 600. Nilai fungsi tujuan ini lebih kecil 58,24 persen bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario I dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM lebih kecil Rp 457 543 024. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penurunan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen, akan 63 menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode menurun sebesar 41,97 persen.

5.8.2. Skenario II

Skenario II dilakukan dengan menurunkan ketersediaan pakan sebesar 20 persen. Hal ini dilakukan karena ketersediaan pakan pada kondisi optimal versi awal berlebih. Nilai slack dari ketersediaan pakan pada kondisi optimal versi awal sebesar 664 754 kilogram. Tidak berbeda dengan skenario I, hasil skenario II juga menyebabkan tingkat produksi optimal berbeda dengan tingkat produksi optimal versi awal. Solusi optimal skenario II tidak jauh berbeda dengan solusi optimal versi awal. Hal tersebut terlihat dari nilai reduced cost lokasi kandang Cilebut dan Pemda lebih besar dari nol. Artinya lokasi kandang tidak termasuk dalam solusi optimal Tabel 17. Tabel 17. Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Peternakan Ayam Ras Pedaging KBTM Skenario II Lokasi Kandang Value ribu ekor Reduced Cost ribu rupiah Cilodong 593659,625 0,000 Kelapa Dua 22334,873 0,000 Cilebut 0,000 0,999 Pemda 0,000 0,850 Ciluar 613974,750 0,000 Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika ketersediaan pakan turun lima persen sebesar Rp 1 434 298 000. Nilai fungsi tujuan ini 5,32 persen lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan optimal versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario II dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM sebesar Rp 344 137 376. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode meningkat sebesar 23,99 persen. 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dan perhitungan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa alokasi penggunaan input-input produksi di peternakan ayam ras pedaging KBTM belum optimal. Hal ini dapat dilihat nilai keuntungan aktual yang diperoleh KBTM lebih kecil dari keuntungan pada kondisi optimal. Dengan demikian keuntungan yang diterima KBTM masih dapat ditingkatkan sebesar Rp 424 803 376 atau sebesar 28,04 persen dari keuntungan yang diperoleh selama periode penelitian. Selain itu berdasarkan hasil perhitungan LINDO dapat disimpulkan bahwa lokasi kandang Cilebut dan Pemda disarankan tidak beroperasi. Penggunaan input-input produksi seperti pakan, tenaga kerja serta peralatan kandang masih berlebih. Sehingga keuntungan yang diperoleh tidak maksimal. Input-input produksi yang menjadi kendala aktif yaitu DOC, VOD serta penggunaan lahan dan kandang. Input-input tersebut mempunyai nilai dual tidak sama dengan nol. Input-input yang mempunyai nilai dual lebih kecil dari nol merupakan input yang dapat mengurangi keuntungan apabila ketersediaanya ditambah satu satuan. Sebaliknya input-input yang mepunyai nilai dual lebih besar dari nol, akan memberikan dampak positif jika ketersediaannya ditambah. Input produksi yang bernilai negtif yaitu input VOD. Lokasi kandang Cilodong merupakan lokasi terbaik dalam hal penggunaan faktor-faktor produksi dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya yang dimiliki oleh KBTM. Hal tersebut terlihat dari biaya produksi per ekor yang dikeluarkan sebesar Rp 12 368 lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya produksi lokasi kandang lainnya. Sedangkan lokasi kandang Kelapa Dua