Persepsi dan Motivasi Para Pihak pada Tumbuhan Obat
pemetaan para pihak dalam pemanfaatan tumbuhan obat, setidaknya terdapat 4 empat aspek yang berhubungan dengan persepsi dan motivasi para pihak, yang
diturunkan dari Tabel 9, 16 dan 23 yaitu kelestarian sumber daya tumbuhan obat, ekonomi, sosial dan warisan budaya. Untuk memperjelasnya, ke-empat aspek
tersebut dapat disajikan pada Tabel 30. Tebel 30. Empat Aspek Persepsi dan Motivasi Para Pihak
Klaster Aspek
Persepsi Motivasi
Produksi 1.
Kelestarian 40
30 2.
Sosial -
- 3.
Ekonomi 50
60 4.
Warisan Budaya -
- 5.
Lain-lain 10
10 Layanan
Kesehatan 1.
Kelestarian -
- 2.
Sosial 63.15
68.42 3.
Ekonomi 15.79
10.52 4.
Warisan Budaya 15.79
15.79 5.
Lain-lain 5.26
5.26 Industri
1. Kelestarian
8.33 -
2. Sosial
8.33 16.67
3. Ekonomi
83.33 75
4. Warisan Budaya
- 8.33
5. Lain-lain
- -
Pada Tabel 30 terlihat bahwa persepsi dan motivasi para pihak dalam pemanfaatan tumbuhan obat di klaster produksi lebih banyak digunakan untuk
kepentingan ekonomi sebesar 60 persen dan 50 persen, sedangkan kepentingan kelestarian, sosial dan warisan budaya belum menjadi pilihan utama para pihak di
klaster ini. Kesejajaran terhadap kepentingan ekonomi juga terlihat pada klaster industri di mana persepsi dan motivasi para pihak masing-masing sebesar 83.33
persen dan 75 persen, sedangkan kepentingan lainnya di bawah kepentingan ekonomi. Meskipun demikian, pada klaster industri aspek kelestarian sudah dilihat
sebagai salah satu bagian yang penting karena keberadaan tumbuhan obat di hutan alam dapat mempengaruhi kelanjutan industri obat tradisional di Indonesia sehingga
tetap lestari. Pada klaster layanan kesehatan terdapat sedikit perbedaan di mana persepsi dan motivasi para pihak dalam pemanfaatan tumbuhan obat lebih banyak
dikendalikan oleh kepentingan layanan sosial dengan nilai sebesar 63.15 persen dan 68.42 persen. Hal ini berarti pada klaster layanan kesehatan tumbuhan obat mulai
diperhitungkan dari aspek manfaatnya kepada orang lain yang berbeda dengan aspek ekonomi yang kadangkala kurang memperhitungan orang lain yang akan terkena
dampak apabila obat tradisional yang diperdagangkan tidak memiliki khasiat seperti yang tercantum di dalam etiketnya. Sayangnya pada klaster ini, aspek kelestarian
tumbuhan obat sebagai materi utama obat tradisional kurang diperhitungkan, aspek ekonomi dan layanan sosial merupakan aspek tertinggi yang digunakan oleh para
pihak dalam melihat sumberdaya tumbuhan obat sebelum aspek kelestarian. Selanjutnya, untuk mengetahui posisi para pihak terkait pemanfaatan
tumbuhan obat dapat dilakukan melalui analisis terhadap aspek kepentingan, dan pengaruh para pihak menggunakan teknik analisis kategorisasi. Pendekatan ini
digunakan untuk memahami pergerakan para pihak dalam empat kuadran posisi sehingga karakteristik para pihak dapat diketahui apakah dalam posisi key players,
subjects, context setter atau crowd.