kapitalis, dengan maksud untuk mencapai keadilan distribusi terhadap hak dan sumberdaya.
5. Istilah umum pada politik masalah-masalah lingkungan tanpa pembahasan tertentu mengenai ekologi.
Penelitian tentang pemetaan para pihak dalam pemanfaatan tumbuhan obat sebagai bahan baku jamu ini lebih dekat pada pengertian tentang ekologi
politik karena aktor yang terlibat dalam pemanfaatan tumbuhan obat mempengaruhi terjadinya perubahan lingkungan baik yang terletak di sektor
hulu maupun hilir Bryant Bailey 1997. Oleh sebab itu, ekologi politik dan politik ekologi memiliki irisan dalam penelitian ini di mana pemanfaatan
sumber daya lingkungan tumbuhan obat berhubungan dengan manusia dan politik yang terlibat di dalamnya sehingga terjadi ketidakseimbangan
pemanfaatan Forsyth 2004.
2. Konsep Politik
Surbakti 2010 menyebutkan sekurangnya terdapat lima konsep atau paradigma politik, yaitu:
2.1. Pandangan klasik, politik dilihat sebagai suatu asosiasi warga negara
yang berfungsi membicarakan dan menyelenggarakan hal ihwal yang menyangkut kebaikan bersama seluruh anggota masyarakat. Tokoh
penganut pandangan klasik ini adalah Aristoteles. Tekanan yang diberikan pada pandangan klasik berpusat pada aspek filosofis dari
kebaikan bersama berupa “apa yang seharusnya” dicapai demi kebaikan bersama seluruh warga n
egara polis dan “dengan cara apa sebaiknya” tujuan-tujuan itu dicapai.
2.2. Kelembagaan, politik dilihat dalam kaitan dengan penyelenggaraan
negara sehingga negara dipandang sebagai sumber utama hak untuk menggunakan paksaan fisik yang sah. Oleh karena itu, politik
memiliki legitimasi untuk melakukan persaingan dalam membagi kekuasaan atau persaingan untuk mempengaruhi pembagian
kekuasaan antar negara maupun antar kelompok di dalam suatu negara. Sehingga dengan demikian, negara merupakan struktur
administrasi atau organisasi yang konkret dan negara memiliki
kekuasaan untuk melakukan paksaan fisik dengan memaksakan ketaatan. Tokohnya Max Weber.
2.3. Kekuasaan, politik dirumuskan sebagai kegiatan mencari dan
mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat sehingga pencarian kekuasaan dengan cara memperjuangkannya, mempertahankan,
melaksanakan, mempengaruhi pihak lain atau pun menentang pelaksanaan kekuasaan memperoleh legitimasi dalam pandangan ini.
Kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang
memengaruhi. Ada hubungan pengaruh dan kepatuhan dalam relasi dua belah pihak, entah orang, masyarakat, lembaga atau pun Negara.
Tokohnya adalah Robson. 2.4.
Fungsionalisme, politik dipandang sebagai kegiatan merumuskan dan melaksanakan kebijakan umum sehingga peran elite dalam
politik lebih ditekankan. Alokasi nilai-nilai secara otoritatif, berdasarkan kewenangan, sehingga mengikat untuk suatu kelompok
masyarakat. Oleh sebab itu, perilaku politik berupa setiap kegiatan yang mempengaruhi mendukung, mengubah, menentang proses
pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat. Who gets what, when, how
sehingga perumusan politik dalam pengertian fungsional menjadi “siapa mendapatkan apa, kapan dan bagaimana”.
Artinya nilai-nilai apa yang hendak dicapai, ukuran yang digunakan untuk menentukan siapa yang akan memperoleh nilai terbanyak dan
cara yang digunakan seseorang untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut. Nilai didefinisikan sebagai hal-hal yang diinginkan, hal-hal
yang dikejar oleh manusia, dengan derajad kedalaman upaya yang berbeda untuk mencapainya. Nilai-nilai tersebut dapat bersifat
abstrak, misalnya keadilan, keamanan, kebebasan, persamaan, demokrasi, kepercayaan kepada Tuhan YME, kemanusiaan,
kehormatan dan nasionalisme. Sedangkan bentuk konkretnya dapat berupa sandang, pangan, perumahan, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, sarana perhubungan, komunikasi, dan rekreasi. Atau