Pendekatan Ekologi Politik TINJAUAN PUSTAKA
3.2. Konsepsi yang berhubungan pada pertanyaan-pertanyaan mengenai
ekologi politik. Pemikiran-pemikiran yang dibangun dan dipahami oleh aktor-aktor yang berbeda, diskursus yang menyertainya
dikembangkan untuk memfasilitasi atau mengendalikan kepentingan aktor-aktor tertentu Escobar 1996; Bryant Bailey 1997.
3.3. Menguji hubungan antara masalah-masalah ekologi dan politik dalam
konteks wilayah geografis tertentu. Ekologi politik berdasarkan wilayah geografis ini mencerminkan perhatian pada perbedaan
lingkungan dan variasi spasial pada resiliensi dan sensitivitas lahan Blaike Brookfield 1987; Bryant Bailey 1997.
3.4. Menggali pertanyaan-pertanyaan mengenai ekologi politik yang
berhubungan dengan karakteristik sosial ekonomi seperti kelas, etnis atau gender.
3.5. Menekankan pada kepentingan, karakteristik dan tindakan dari aktor
yang berbeda dalam memahami konflik-konflik ekologi politik. Pendekatan berorientasi aktor ini mencari pemahaman pada sejumlah
konflik termasuk kerjasama juga sebagai hasil dari interaksi aktor- aktor yang berbeda terkait dengan tujuan dan kepentingan tertentu
Long Long 1992; Bryant Bailey 1997. Mekanisme pendekatan ekologi politik menurut Bryant dan Bailey
dapat dilihat pada Gambar 2.
Karakteristik sosial ekonomi:
- kelas, Watts, 1983a
- etnis Hong, 1987
- gender Schroeder,
1993
Masalah lingkungan: -
Erosi tanah Blaike, 1985 -
Degradasi lahan Blaike Brookfield, 1987
- Deforestasi Hecht
Cockburn, 1989
Gambar 2. Mekanisme Pendekatan Ekologi Politik di Negara Berkembang
Sumber: Bryant dan Bailey 1997 Pendekatan ekologi politik menggunakan pendekatan aktor sebagai
unit analisisnya, yaitu bagaimana interaksi para aktor dapat memengaruhi terjadinya perubahan lingkungan. Ada beberapa manfaat yang diperoleh
melalui pendekatan aktor untuk analisis pemanfaatan tumbuhan obat, yaitu: a Mampu memberikan informasi mengenai banyaknya para aktor
pada tingkat lokal yang terlibat dalam perubahan kinerja tumbuhan obat. Pengurasan sumberdaya tumbuhan obat, langkanya jenis-jenis tertentu dan
degradasi lingkungan menjadi gambaran situasi terjadinya perubahan lingkungan; b Mampu memberikan alasan mengenai motivasi,
kepentingan dan tindakan yang dilakukan para aktor hingga menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan tumbuhan obat. Kompleksitas yang
terjadi diantara para aktor mempengaruhi relasinya terhadap aktor lain
Ekonomi politik Perubahan Lingkungan
di Dunia Ketiga
Aktor: -
bisnis Pearson, 1987 -
pastoralist Bessett, 1988
- negara Guha, 1989;
Peluso, 1992
Konsep: -
Sustainablegreen development Redcliff,
1987; Adams, 1990 -
Hazard, disaster, vulnerability Blaike et
al, 1994 -
Forestry discourse Jewitt, 1995
Ekologi politik regional: -
Afrika Barat Franke Chasin, 1980
- Asia Tenggara Bryant
et al, 1993 -
Afrika Utara Nile Collins, 1990
Menunjukkan interaksi yang kuat Menunjukkan sumber dengan kombinasi pendekatan lebih dari satu
khususnya dalam posisi politik. Aktor yang memiliki posisi politik lebih kuat akan mendominasi aktor lain yang posisi politiknya lebih lemah; c
Mampu memberikan pemahaman mengenai peranan dan interaksi para aktor terhadap konflik mengenai lingkungan. Konflik-konflik yang terjadi
dalam pemanfaatan tumbuhan obat seringkali menyingkirkan aktor-aktor yang lebih lemah. Pertarungan tersebut ditujukan untuk menguasai
sumberdaya tumbuhan obat. Hanya saja aktor- aktor yang “kalah” juga
memiliki kekuatan untuk bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri Bryant Bailey 1997.
Para aktor memiliki kepentingan sendiri-sendiri terhadap sumberdaya tumbuhan obat yang sama sehingga proses negosiasi dan pengambilan
keputusan terhadap penggunaan sumberdaya tersebut merupakan hal yang penting. Hanya saja “siapa yang memutuskan” merupakan persoalan
tersendiri karena terdapat hak para aktor untuk memanfaatkan sumberdaya tumbuhan obat tersebut Stenley et al. 2012; Borrow et al. 2002.
Sebagian besar sumberdaya tumbuhan obat yang terdapat di hutan dimiliki dan dikuasai oleh Negara sehingga Negara memiliki hak untuk
memutuskan kepada siapa sumberdaya tersebut dikelola. Dengan demikian, dalam pemanfaatan tumbuhan obat, Negara bersama dengan
agennya adalah aktor dalam kegiatan tersebut. Ketika peran Negara sangat besar untuk menentukan kepada siapa hak pengelolaan tumbuhan
obat diberikan, biasanya masyarakat di pedesaan dan komunitas pengelola tumbuhan obat akan tersingkir. Pertentangan kepentingan dalam
perebutan sumberdaya yang sama akan terjadi. Sifat common pool resources
tumbuhan obat berhadapan dengan berbagai kepentingan sehingga kelestarian pemanfaatannya akan terganggu Ostrom et al. 1994.
Ostrom 2005 menyebutkan empat tipe produk goods sebagai sumberdaya yang dimanfaatkan oleh manusia. Pembagian produk tersebut
berdasarkan pada penggunaan dan potensi manfaat yang diperoleh, disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Empat Tipe Sumberdaya goods Subtractability of Use
Difficulty of High
Low
excluding potential
beneficiaries
High Common pool resources
: groundwater basin,
irrigation system, lakes, fisheries,
forest, etc
Public goods : peace
and security of a community, national
defense, knowledge, fire protection, weather
forecast, etc
Low
Private goods
: food, clothing,
automobiles, etc
Toll goods
: theaters, private clubs, daycare
centers
Sumber: Ostrom 2005 Menurut Giddens 2011, kekuasaan dihasilkan dalam dan melalui
reproduksi struktur-struktur dominasi. Sumber daya yang menyusun struktur dominasi terdiri atas dua jenis, yaitu sumberdaya alokatif dan
sumberdaya otoritatif. Koordinasi apapun sistem sosial lintas ruang dan waktu pasti melibatkan gabungan dua jenis sumberdaya ini. Jenis
sumberdaya alokatif dan sumberdaya otoritatif disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis Sumberdaya Alokatif dan Otoritatif
Sumberdaya alokatif Sumberdaya Otoritatif
1. Ciri lingkungan material bahan
mentah, sumber kekuasaan materi Organisasi ruang-waktu sosial
penyusunan jalur dan kawasan secara temporal-spasial
2. Alat produksireproduksi material
piranti produksi, teknologi Produksi dan reproduksi tubuh
organisasi dan hubungan kemanusiaan secara timbal
balik
3. Barang hasil produksi artefak
yang diciptakan oleh interaksi 1 dan 2
Organisasi perubahan hidup penyusunan kesempatan untuk
pengembangan dan pengungkapan diri
Sumberdaya alokatif merupakan penyusun “adaptasi” dengan
lingkungan yang dilakukan oleh para aktor dalam memperoleh kekuasaan dan memiliki sifat evolutif dan materi. Sedangkan sumberdaya otoritatif
merupakan “infrastruktur” penyusun kekuasaan dalam masyarakat yang bersifat sosial. Penambahan sumberdaya alokatif yang bersifat material
memiliki dasar yang kokoh untuk ekspansi kekuasaan, tetapi sumberdaya alokatif tidak dapat dikembangkan tanpa adanya transmutasi sumberdaya
otoritatif. Sumberdaya otoritatif merupakan “pengungkit” dalam perubahan sosial sama seperti sumberdaya alokatif Giddens 2011.
Organisasi ruang waktu mengacu pada bentuk-bentuk regionalisasi dalam dan lintas masyarakat berdasarkan penyusunan jalur ruang-waktu
kehidupan sehari-hari. Contoh yang dapat diberikan disini adalah masyarakat pemburu dan pengumpul memiliki kekhasan dalam organisasi
ruang-waktu. Kepastian spasial-penekanan lokal- lokal pada “lingkungan
yang dibangun” secara permanen, misalkan zonakawasan produksi tumbuhantanaman obat Giddens 2011.
Kategori produksireproduksi pada sumberdaya otoritatif tidak sama dengan yang dimaksudkan pada kategori kedua dari sumberdaya alokatif.
Kategori ini mengacu pada adanya koordinasi terhadap sejumlah orang bersama-sama di suatu masyarakat dan reproduksinya disepanjang waktu
merupakan jenis sumberdaya otoritatif yang sangat mendasar. Ukuran organisasi sistem benar-benar memberikan kontribusi yang sangat
signifikan pada penciptaan kekuasaan Giddens 2011. Kategori terakhir adalah kesempatan dalam kehidupan sebagai
fenomena yang sangat tergantung pada produktivitas material suatu masyarakat. Di sini “kesempatan hidup” berarti peluang untuk
melangsungkan kehidupan bagi manusia dalam berbagai bentuk dan kawasan masyarakat. Misalkan Weber menyebutkan “keaksaraan masal”
dapat memobilisasi masyarakat dibandingkan mereka yang diam dalam tradisi lisan.