Gerakan Kaum Tani di Desa Pematang Lalang. 1. Tumbuhnya Organisasi Tani. 2. Peran Tokoh Dalam Gerakan Petani.

mudah dicapai. Paling tidak, bisa memberi kontribusi tiga sampai empat tahun, kata Wasisto. 104 Pendampingan dan pengorganisasian merupakan pilihan model yang dikembangkan para aktivis, untuk menggerakkan dan menumbuhkan organisasi tani sebagai alat perjuangan petani untuk mendapatkan hak-haknya yang selama ini dirampas oleh PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk. Dalam rangka menumbuhkan organisasi tani ini, paling tidak, terdapat dua model pendekatan yang merupakan sebuah konsep organisasi yang berdiri secara formal berstruktur, sebagaimana layaknya organisasi modern. Pertama, pendekatan sektoral dengan menggunakan isu-isu ekonomi sebagai pintu masuk. Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomis, seperti pembentukan sekolah tani, kelompok simpan pinjam, usaha bersama produksi dan lain sebagainya. Pada bagian berikutnya pertemuan-pertemuan kelompok juga dipergunakan untuk melakukan proses belajar bersama tentang banyak hal yang 4. Gerakan Kaum Tani di Desa Pematang Lalang. 4. 1. Tumbuhnya Organisasi Tani. Tumbuhnya organisasi-organisasi tani di Desa Pematang Lalang sudah sejak tahun 1967 bernama PERTISI pada saat pembagian tanah Land Reform saat itu seluas 360 Ha, sejarah panjang perjalanan kaum tani yang tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan para tokoh yang berasal dari kaum kelas tengah, seperti aktivis mahasiswa dan LSM yang melakukan pendampingan dan pengorganisasian seperti LMND dan keterlibatan KontraS serta PBHI.. 104 Ibid, Anugerah Tambak Perkasindo akan akuisisi Batu Bara, Jakarta: 24 Januari 2007. Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan masalah-masalah petani. Dan model ini banyak dikembangkan pada daerah-daerah yang tidak terlibat dalam kasus-kasus secara manifes. Kedua, pendekatan kasus, dimana sebagai pintu masuk pengorganisasian adalah kasus aktual penggusuran yang sedang dihadapi oleh para petani seperti adi Desa Pematang Lalang. Peranan aktivis mahasiswa dan LSM dalam melakukan pengorganisasian kaum tani yang mengalami sengketa tanah penggusuran tidak dapat dikatakan kecil, biasanya diawali dengan proses pembelaan dan pendampingan terhadap kasus-kasus penggusuran yang dialami oleh para petani secara terus menerus. Artinya, organisasi tani tersebut tumbuh ditengah-tengah kasus yang terjadi sebagai media alat untuk perjuangan secara bersama-sama. Organisasi tani yang tumbuh di Desa Pematang Lalang belumlah koordinasi antar petani yang dibangun atas semangat kebersamaan dan perasaan senasib untuk memperjuangkan hak-haknya yang selama ini merasa dirampas. Disamping itu organisasi yang ada masih cenderung bersifat lokal dan belum ada semacam jaringan kerja pada tingkat yang lebih tinggi.

4. 2. Peran Tokoh Dalam Gerakan Petani.

Dalam sejarah gerakan perlawanan petani terutama gerakan petani tradisional, tidak bisa disangkal bahwa tokoh memegang peranan penting. Protes dan perlawanan, bahkan pemberontakan petani dalam lintas sejarah itu didominasi oleh tokoh, sebagian besar dipimpin oleh elit-elit agama 3 atau elit-elit lokaltokoh- tokoh masyarakat setempat lainnya, tidak dipimpin oleh petani sendiri. Jadi, terutama pada zaman kolonial gerakan perlawanan petani sangat mengandalkan peran seorang pemimpin, yang umumnya berasal dari kalangan elit atau tokoh Universitas Sumatera Utara masyarakat. Elit atau tokoh inilah yang menggerakan dan memimpin perlawanan yang dilakukan petani. Begitu pula dengan gerakan perlawanan petani di Desa Pematang Lalang kepemimpinan seorang tokoh atau elit-elit lokal dalam setiap gerakan memegang peranan penting. Namun, cara pandang terhadap tokoh atau elit lokal, agaknya, telah mengalami perubahan besar-besaran. Pada zaman kolonial misalnya, elit-elit agama, ketua-ketua adat, dan orang-oran yang dituakan, selalu didengar perkataannya dan diikuti perbuatannya. Bersama-sama petani, tokoh-tokoh yang memimpin gerakan berani berkorban untuk membela kepentingan hak-hak mereka, bahkan bersama-sama petani mereka memimpin perjuangan menuju Indonesia merdeka. Ini, sekali lagi, membuktikan besarnya peran tokoh atau elit dalam gerakan petani. Akan tetapi, yang terjadi kemudian pada dekade 1980-an adalah cara pandang petani terhadap tokoh atau elit lokal tidak selalu berkesan baik. Tokoh atau elit-elit agama, ketua adat, atau orang yang dituakan, tidak selalu didengar perkataannya dan diikuti perbuatannya. Ini dapat dipahami karena, dalam banyak kasus penggusuran tanah petani, peran tokoh-tokoh atau elit-elit tersebut tidaklah dapat dikatakan kecil dalam membantu dan mempermudah proses penggusuran. Tokoh atau elit-elit lokal tidak memimpin gerakan perlawanan bersama-sama petani, tetapi mereka justru berkonspirasi dengan negaramiliterpemodal untuk menggusur tanah-tanah petani. Tokoh-tokoh agama, elit-elit lokal, ketua-ketua adat dan sebagainya, dalam konteks ini telah dikooptasi oleh negara, berpihak kepada yang kuat, yang menyebabkan dalam pandangan petani mereka tidak lebih sebagai kepanjangan tangan negara, alat untuk menggusur tanah-tanah petani. Universitas Sumatera Utara Kenyataan inilah, barangkali, yang menyebabkan tokoh-tokoh gerakan perlawanan petani pada dekade 1980-an justru banyak yang muncul dari tokoh- tokoh muda setempat seperti halnya Kamelia yang merupakan cucu dari tokoh sejarah tanah tersebut, aktivis mahasiswa yaitu Liga Mahasiswa Nasional Mahasiswa, dan aktivis LSM KontraS dan PBHI. Keterlibatan kelompok-kelompok mahasiswa dan aktivis LSM dalam gerakan perlawanan petani relatif menonjol di Desa Pematang Lalang, terutama di daerah-daerah yang mengalami kasus penggusuran. Aktivis LSM dan mahasiswa melakukan pendampingan dan pembelaan di pengadilan, aksi-aksi demonstrasi, pendidikan, dan fasilitator dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan gerakan perlawanan petani. Keterlibatan mereka ini menumbuhkan semacam aliansi strategis gerakan, menumbuhkan semangat solidaritas, teman dialog dan diskusi, jaringan informasi, advokasi dalam berbagai fora seperti press release, dan sebagainya. Posisi sebagai fasilitator dimaksudkan agar tidak terjadinya intervensi ke dalam kegiatan dan pemikiran petani. Dalam beberapa hal, ide-ide strategis gerakan perlawanan petani banyak yang muncul dari kelompok- kelompok mahasiswa dan LSM.

4. 3. Karakteristik Gerakan Petani Desa Pematang Lalang.