Pekerjaaan-pekerjaan dalam 2 lapangan tersebut di atas sektoral dan multi-sektoral sepenuhnya berada dalam bentuk-bentuk tindakan konkrit yaitu
aksimobilisasi menuntut dan mobilisasi propaganda.
`6.4. Tentang Aksi Menuntut dan Perluasan Propaganda
Memenangkan perjuangan memerlukan mobilisasi-mobilisasi massa. Karena itu, selain aksi-aksi yang sifatnya respon mendesak, penting bagi kita
untuk menjadwalkan aksi-aksi reguler. Aksi ini dapat berupa aksi front atau aksi STN. Untuk mencapai hasil yang maksimal dari aksi tersebut, maka diperlukan
pra-kondisi berupa aksi-aksi di basis pedesaan dan setingkat kota. Targetnya adalah menuntut maupun target propaganda kampanye. Yang membedakan
kedua aksi tersebut terutama ada pada sasarannya. Mobilisasi aksi menuntut diarahkan pada instansi-instansi pemerintah, atau pihak-pihak yang berkonflik
dengan kaum tani, dengan target menyampaikan dan memenangkan tuntutan. Sementara mobilisasi aksi propaganda diarahkan untuk memperkenalkan
program-program perjuangan kita kepada massa tani dan rakyat desa lain, sekaligus mengajak mereka terlibat dalam perjuangan melalui organisasi atau
wadah yang kita bentuk.
6.4.1. Mobilisasi Menuntut
Sebagaimana digambarkan dalam situasi nasional, saat ini kaum tani menghadapi serangan serangan neo-liberalisme liberalisasi perdagangan, yang
menghancurkan tenaga produktif dalam negeri. Kasus beras impor, gula impor, kenaikan harga BBM, TDL, kebangkrutan industri pupuk, mahalnya harga pupuk,
tak adanya bantuan kredit murah untuk kaum tani, tak adanya bantuan teknologi yang murah dan tepat guna bagi kaum tani, peranan Bulog yang tidak mampu
Universitas Sumatera Utara
menjadi distributor pangan nasional yang menguntungkan kaum tani dan memangkas habis rente yang dinikmati kaum tengkulak adalah bukti-bukti
penerapan kebijakan yang menyerahkan nasib kaum tani kepada pasar yang dikuasai pemodal besar dan negeri-negeri imperialis. Bukannya menyelesaikan,
bahkan pemerintahan SBY-JK justru dengan terus dengan sigap melaksanakan pesanan kebijakan dari kaum imperialis untuk meliberalkan peraturan yang
menyangkut tani seperti pemilikan dan pemanfaatan sumberdaya air, juga perkebunan melalui berbagai RUU. Belum lagi permasalahan sengketa-sengketa
agraria akibat perampasan tanah oleh negara. Konflik-konflik pertanian ini yang secara kreatif kita kelola dan hadap-
hadapkan kepada penguasa; merupakan landasan bagi radikalisasi menuntut untuk menyampaikan dan memenangkan kepentingan-kepentingan tani. Selain itu, isu-
isu lainnya di tingkat pedesaan juga dapat kita angkat seperti kasus korupsi birokrasi desa, BPD yang melempem, Pemkab yang tidak mementingkan tani, dan
lain-lain yang mendekatkan kesadaran massa pada pemecahan mendasar persoalan yang dihadapinya.
6.4.2. Mobilisasi propaganda
Salah satu tugas utama dalam masa-masa perjuangan belum mencapai puncaknya adalah propaganda dan agitasi yang bersifat progresif maju. Selama
ini pekerjaan tersebut masih kita dilakukan dengan cara-cara lama; terbatas pada agitasi atau kritisi terhadap berbagai persoalan, tanpa memperhatikan isian maju
propagandanya. Sementara, aspek yang terpenting dari propaganda kita adalah
pada isi dan wataknya yang progresif. Oleh karena itu, slogan-slogan dan seluruh
sikap politik kita, dalam menanggapi satu atau berbagai persoalan dalam situasi
Universitas Sumatera Utara
kongkrit yang ada, harus mendapatkan perhatian dan pengkajian yang seksama; lahir dari kehidupan aktual kaum tani, kepentingan-kepentingan dan aspirasi
mereka dan, di atas segala-galanya, dari perjuangan bersama yang dilancarkan oleh mereka.
Karena itu kita harus melancarkan mobilisasi propaganda progresif dalam berbagai bentuknya dan semakin mendekatkan lapisan massa tani yang belum
sadar ke barisan perjuangan. Adapun bentuk-bentuk dari mobilisasi aksi propaganda tersebut adalah :
a. Propaganda lisan dari orang ke orang
b. Propaganda melalui terbitan: Tani Bergerak, aksi selebaran, pamplet, dll
c. Aksi orasi keliling;
d. Rapat umum atau vergadering;
e. Diskusi terbuka di basis: baik yang diselenggarakan sendiri, ataupun
memanfaatkan panggung yang tersedia: pengajian, pertemuan paguyuban, dll.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PEMBAHASAN
1. Sejarah Gerakan Kaum Tani Indonesia.
Kaum tani di Indonesia muncul pertama kali di masa masyarakat feodal, di mana pada waktu itu kaum tani berposisi sebagai tani hamba dari tuan tanah
feodal yang menguasai tanah. Tani hamba bekerja menggarap lahan atau tanah milik tuan tanah feodal yang pada waktu itu menyebut dirinya sebagai raja.
Seluruh hasil tanah yang digarap oleh tani hamba diserahkan kepada raja dan tani hamba mendapat bagian sesuai dengan kebijakan dari raja. Pada masa itu, yang
banyak berlaku adalah aturan kewajiban tani hamba untuk menyerahkan upeti berupa hasil produksinya sebagian besar kepada raja sebagai bukti pengakuan
kepemilikan tanah oleh raja sekaligus juga kepatuhan tani hamba terhadap sang raja. Selain keharusan untuk menyerahkan upeti, tani hamba juga harus siap
swaktu-waktu untuk menyerahkan tenaga kerjanya tanpa dibayar ketika raja membutuhkan dan memiliki kehendak untuk mewujudkan keinginannya seperti
membangun istana, jalan, bahkan berperang melawan kerajaan yang lain. Belum lagi pajak yang juga dikenakan oleh raja terhadap kaum tani di luar upeti. Dan
apabila kaum tani tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya, maka dipastikan mereka akan mendapatkan hukuman. Dapat dibayangkan bagaimana
penderitaan tani hamba pada waktu itu dan kondisi hidupnya yang melarat dan miskin.
53
53
Serikat Tani Nasional, Tonggak Perjalanan Sejarah Penguasaan Tanah dan Pertanian di Nusantara
, Materi Pendidikan STN, hal. 9.
Universitas Sumatera Utara