2.6. Kepala Desa Pematang Lalang Kaki Tangan PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk.
Keberpihakan Kepala Desa Pematang Lalang kepada PT. Anugerah Tambak Perkasindo terlihat sejak tanggal 29 April 2004, Tumpak Simanjuntak
selaku Kepala Desa Pematang Lalang menerima surat dari PT. ATP yang berisikan tentang pertanyaan penyelesaian permasalahan penggarapan tanah milik
PT. ATP. Seminggu kemudian, tanggal 10 Mei 2004, Tumpak Simajuntak selaku Kepala Desa Pematang Lalang membahas surat PT. ATP tertanggal 29 April 2004
yang ditujukan kepada Dirut Utara PT. ATP, Kwik Sam HO. Surat tersebut berisikan keterangan antara lain: pada tanggal 02 Mei 2004, telah diadakan rapat
koordinasi di kantor kepala desa yang berisikan agar rakyat tidak menguasai lahan tersebut. Dalam hal ini kepada rakyat diadakan sosialisasi supaya meninggalkan
lahan dan mengosongkannya sesuai dengan surat pernyatan pada tanggal 12 Ferbruari 2004, dimana permasalahan menjadi tanggung jawab daripada Kepala
Desa untuk mengeluarkan para rakyat dari areal PT. ATP dengan bantuan alat
kekuasaan negarakepolisian Lampiran 35. Dua hari kemudian, 12 Mei 2004,
PT. ATP mengeluarkan surat pemberitahuan hubungannya dengan surat Kepala Desa Pematang Lalang kepada para penggarap tanah PT. ATP baca: diklaim
oleh PT. ATP. Dan jika tidak diindahkan, akan menggunakan alat negara untuk
melakukan pengeluaran tersebut Lampiran 36.
Awal Januari 2005, tanggal 14-15, PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk menurunkan alat beratnya kelokasi sengketa. Masyarakat yang mengetahui hal itu
kemudian merespon dengan memprotes dan berupaya untuk menghentikan aktifitas alat berat tersebut dilahan yang mereka kelola.
Universitas Sumatera Utara
Hingga PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk menggugat beberapa warga desa Pematang Lalang yang tidak mau mengindahkan keinginannya untuk
keluar dari lahan sengketa. Pada tanggal 21 Februari 2005 dalam sidang gugatan PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk kepada masyarakat Desa Pematang Lalang
yang menggarap lahan dan mengelolanya sejak tahun 1984 salah satunya Edu Tambunan sebagai tergugat III menyampaikan duplik dalam perkara perdata No.
45Pdt.G2005PN-PL Lampiran 37.
Sebulan kemudian, diadakan rapat Muspika pada tanggal 19 Maret 2005, yang dihadiri oleh Kapolsek, Koramil, Camat menghadirkan Rakyat Pematang
Lalang, Wartawan dan PT. Anugerah Tammbak Perkasindo Tbk. Rapat tersebut tidak berjalan dengan baik. Dan rakyat yang menghadirinya tidak merasa puas
akan hal itu. Dalam rapat tersebut, PT. ATP tetap ngotot untuk menanam sawit dan membuat pagar beton.
Dalam kepentingan memperjuangkan kasus sengketa tanah tersebut, masyarakat desa Pematang Lalang kemudian membangun sebuah organisasi tani
yang bernama PERTISI Persawahan Terindah Seluruh Indonesia yang dipimpin oleh Kamelia Hasibuan. Dalam proses perjuangannya, PERTISI melalui Kamelia
Hasibuan mengundang elemen mahasiswa yaitu Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi wilayah Sumatera Utara Eksekutif Wilayah LMND Sumut untuk
ikut terlibat mendampingi proses perjuangan sengketa tanah tersebut. Kesepakatan pun kemudian didapat dalam pertemuan tersebut, yakni EW LMND Sumut
bersedia untuk terus ikut berjuang bersama masyarakat desa Pematang Lalang dan memprogramkan Sekolah Tani bagi petani Pematang Lalang.
Universitas Sumatera Utara
Gaung perjuangan kemudian membesar, ditandai dengan menguatnya konsolidasi-konsolidasi beberapa organisasi pro-demokrasi yang sepakat
membentuk wadah perjuangan bernama KOPERS Komite Perjuangan Rakyat Sumatera Utara yang terdiri dari Komite Pimpinan Wilayah STN Sumatera
Utara, Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat JAKER Sumut, Partai Rakyat Demokratik PRD Sumut, Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia PBHI
Medan, EW LMND Sumut dan PERTISI yang berkomitmen ikut berjuang bersama masyarakat menuntut hak-hak atas tanah mereka yang dirampas oleh PT.
Anugerah Tambak Perkasindo Tbk. Pada tanggal 11 April 2005, masyarakat melakukan demonstrasi ke DPRD
Tingkat I Sumatera Utara untuk menyampaikan pesoalan mereka dengan membuat pengaduan kepada lembaga legislative. Aksi demonstrasi tersebut
dipinpin oleh yang dipimpin Camelia.
87
Dua hari kemudian, DPRD I Sumut melakukan peninjauan lapangan untuk melihat kondisi objektifnya.
88
87
Keterangan ini berdasarkan isi surat udangan rapat DPRD-SUMUT, 25 April 2005.
88
Ibid.
Tanggal 20 April 2005, dewan mengadakan rapat untuk membahas mengenai kasus sengketa
tersebut yang menghasilkan mengundang berbagai instansi untuk melakukan rapat dengar pendapat. Hingga tanggal 25 April DPRD I Sumatera Utara mengeluarkan
surat undangan kepada seluruh instansi terkait dan kedua belah pihak yang bersengketa untuk menghadiri rapat dengar pendapat pada tanggal 03 Mei 2005
Lampiran 38. Dari rapat dengar pendapat yang dlaksanakan di DPRD I
Sumatera Utara pada tanggal 03 Mei 2005 menghasilkan beberapa kesimpulan
Lampiran 39:
Universitas Sumatera Utara
Diminta kepada BPN Provinsi Sumatera Utara agar ermat dalam meneliti usulan permohonan HGU oleh perusahaan-perusahaan dan
mengevaluasi apakah HGU yang diberikan sesuai dengan peruntukannya, begitu juga dengan luasannya.
PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk menggunakan lahan tidak lagi sesuai dengan HGU, maka diminta kepada BPN Sumatera
Utaradeli Serdang untuk mengevaluasi HGU yang telah diberikan dan diminta kepada PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk untuk
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan. Perlu dilakukan kajian yang mendalam akan permasalahan yang
sedang dibahas dan diminta kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, agar terus berupaya untuk
menindaklanjutinyamenyelesaikannya dengan arif dan bijaksana. Diminta kepada aparat desa dan kecamatan supaya memperhatikan
kepentingan-kepentingan masyarakat dan adanya jalan yang ditutup oleh PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk supaya dibuka
kembali, begitu juga air limbah dari tambak agar jangan sampai masuk merusak areal persawahan masyarakat.
Komisi A DPRD-SU akan terus berupaya menjadi fasilitator dalam permasalahan ini dan terus akan memantau perkembangannya.
2. 7. Intimidasi, Teror dan Tindak Kekerasan Tahun 2005.