baru, melainkan sebuah penegasan tentang demokrasi yang dihubungkan secara tegas kepada kepentingan mayoritas rakyat, serta menjamin keterlibatan rakyat
dalam segala kebijakan ekonomi, politik yang dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Asas “Demokrasi Kerakyatan” juga berarti membangun kedaulatan
rakyat disegala bidang dengan meletakkan sendi-sendi tatanan social yang demokratis. Kedaulatan ekonomi dan politik bukan ditangan penguasa, melainkan
ditangan rakyat Indonesia, demi tercapainya keadilan sosial sepenuh-penuhnya.
5.2. Program Perjuangan STN
51
Proses perampasan dan perebutan lahan dalam sejarah kaum tani terus berlangsung dan tidak pernah tuntas hingga saat ini. Kita ketahui pula bahwa
STN mempunyai program “sejati” yang bersifat strategis yang disebut sebagai “Reforma Agraria Sejati” yang menjamin “Tanah, Modal serta
Tekhnologi”. Garis-garis besar penjelasan program tersebut adalah sebagai berikut:
Tanah
Seperti halnya buruh, tanah sebagai alat produksi adalah hal yang utama dalam kehidupan petani. Dalam sejarah Indonesia, ketika lahan masih
dimiliki para bangsawan misalnya, Diponegoro, Cut Nya Dien, Sultan Agung, dll yang rata-rata memiliki puluhan sampai ratusan hektar, dimana ketika
kolonialisme Belanda masuk ke Indonesia, lahan-lahan tersebut pun dirampas. Kemudian ketika masa pejajahan Jepang hanya sesaat saja kaum tani memiliki
tanah. Tetapi kemudian Jepang menerapkan peraturan, wajib bagi rakyat, untuk menanam pohon jalak dan keliki untuk bahan bakar pesawatnya kembali dari
Indonesia ke jepang.
51
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Serikat Tani Nasional ADART- STN, ibid.,
hal. 2 – 3.
Universitas Sumatera Utara
lahan pertanian di Indonesia dalam petak-petak kecil. Hal itu disebabkan karena mereka yang telah berhasil merebut lahan kemudian mewariskan ke keluarganya,
dengan sistem bagi-bagi untuk setiap anaknya. Dengan budaya warisan inilah tanah yang ada di Indonesia selalu memiliki luas lahan yang sempit dan
menggunakan bedeng-bedeng sebagai tanda pembatas dalam warisannya. Dengan kondisi obyektif inilah, bagi kita tidak tepat jika ditetapkan program Landreform,
karena justru dengan menetapkan program ini maka kita menciptakan konflik horisontal antar petani.
Dalam sistem kepemilikan tanah di Indonesia, ada tiga macam kepemilikan tanah. Pertama, mereka-mereka yang tidak mempunyai tanah
sehingga kemudian menjadi buruh tani, menjual tenaga pada pemilik tanah - untuk menyambung kelangsungan hidupnya. Kedua, seperti yang telah disebutkan
tadi, para borjuis kecil pedesaan. Mereka hidup dari mengolah tanah yang dimilikinya, disinilah tanah berfungsi sebagai alat produksi bagi petani. Ketiga,
kepemilikan tanah yang dikuasai negara. Tanah-tanah yang dimiliki oleh negara rata-rata adalah warisan dari kolonial Belanda atau bekas tanah adat maupun tanah
marga yang kemudian pada masa pemerintahan Orde Baru dijadikan Hutan Tanaman Industri HTI yang kemudian sebagian besar dijual kepada para
borjuasi. Kepemilikan tanah jenis ketiga inilah yang kebanyakan menimbulkan konflik dikalangan petani. Karena dari sejarahnya tanah-tanah ini adalah milik
rakyat – baik tanah marga, tanah adat, atau tanah hasil UUPA 60 - yang pada waktu Orde Baru diambil alih oleh negara.
Modal.
Untuk mengolah lahan yang luas berarti kita butuh juga modal yang besar. Apabila kita lihat juga anggaran untuk mengamankan stok pangan
Universitas Sumatera Utara
nasional pemerintah untuk sektor pangan hanya 2,2 trilyun rupiah. Sedangkan hanya berbicara untuk menstabilkan harga gabah kering saat ini saja
membutuhkan dana 6,7 trilyun rupiah. Hal ini menjelaskan bahwa anggaran ini tidak sesuai dengan kebutuhan, dimana menyangkut kehidupan lebih dari 50
jumlah penduduk Indonesia. Jelas adanya ketimpangan dalam megalokasikan anggaran negara,
khusunya untuk sektor pertanian. Dalam proses produksi pertanian diperlukan modal sangat besar dan yang tergantung dengan modal itu pun lebih dari 50
jumlah penduduk. Tetapi kondisinya saat ini anggaran untuk sektor perbankan dan industri lebih besar dari pada sektor pertanian. Sementara modal yang telah
disalurkan selalu saja di korupsi, jumlahnya kecil, dan bunganya tinggi. Sedangkan yang dibutuhkan kaum tani adalah modal besar, bunga rendah, dan
persyaratan yang tidak menyusahkan kaum tani tidak seperti KUTJPS, serta yang dapat dikontrol langsung oleh mereka sendiri.Dengan demikian kaum tani
harus memperjuangkan kebutuhan modal ini.
Pertanian Modern
. Sebagaimana telah kita paparkan di atas, bahwa di sektor pertanian di Indonesia masih berlangsung dengan sistem pertanian yang
manual tradisional. Hal itulah yang memperlambat laju pertumbuhan ekonomi petani Indonesia. Untuk itu perlu adanya sistem pertanian yang modern untuk
menunjangmengimbangi laju pertumbuhan ekonomi saat ini. Dalam sistem pertanian modern tercakup permasalahan teknologi serta manjemen produksi dan
pemasaran. Untuk itu Pemerintah harus menyediakan apa yang menjadi kebutuhan petani pada saat sekarang ini agar mampu menaikkan hasil produksi
mereka dan seiring dengan itu, menaikkan pula daya beli petani.
Universitas Sumatera Utara
Pertanian yang modern, adalah yang sebenarnya dibutuhkan petani saat ini. Berbicara mengenai pertanian modern tidak lepas pula dari kebutuhan
tanahlahan yang cukup luas. Tidak mungkin teknologi yang maju akan diterapkan pada lahantanah yang sempit, karena hasil yang dicapai tidak akan seimbang.
Demikian pula sebaliknya jika lahan itu luas dan tidak dikerjakan dengan menggunakan teknologi yang modern, juga tidak akan menghasilkan apa-apa.
Traktor merupakan salah satu tehnologi dari sektor pertanian. Harus diakui, bahwa penguasaan teknologi petani di Indonesia atas teknologi masih rendah.
Sebagian besar petani Indonesia masih menggunakan jasa hewan kerbau, sapi untuk mengolah tanah mereka, disamping menggunakan tenaga kaum buruh tani.
Lambatnya penguasaan teknologi adalah penyebab perkembangan pertanian di Indonesia sangat lambat. Padahal, dengan menggunakan teknologi, produktifitas
pertanian dapat dipacu. Dengan penggunaan teknologi untuk menggarap sektor pertanian, tenaga manusia dapat dikurangi. Peranan tenaga manusia digantikan
oleh mesin, sehingga memaksa para buruh-buruh pertanian untuk pindah ke kota, menjadi buruh pabrik. Selain itu, dengan penggunaan tekhnologi, akan terjadi
sentralisasi kepemilikan tanah. Yang jelas yang dibutuhkan bagi petani adalah tersedianya teknologi
modern dan mampu mendapatkan hasil yang maksimal; tata letak lahan pertanian diatur dengan baik supaya lebih teratur dan berkualitas; teknologi modern yang
dimaksud adalah meliputi alat-alat produksi pertanian yang maju seperti traktor, sebagai alat produksi untuk mengefisienkan waktu dan tenaga dengan hasil yang
maksimal; sistem irigasi yang lebih maju dengan manajemen pengairannya secara modern sehingga tidak lagi akan ada persoalan kekurangan air untuk kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
produksi; alat-alat dan obat-obatan yang dapat menunjang kelancaran proses produksi alat penyemprot hama, pestisida, pupuk, dll ; alat-alat penunjang
lainnya, seperti alat pengering oven hasil produksi, misal : beras, jagung, kedelai, kacang, dll, yang selama ini petani hanya dapat mengandalkan panasnya
matahari untuk dapat mengeringkan hasil produksinya; manajemen pasar dan distribusi hasil pertanian secara modern, sehingga petani pun mampu mengukur
atau memperkirakan akan perkembangan-perkembangan produksinya dan dapat memacu perkembangan sumber daya Manusia. Program sejati ini jugalah yang
menjadi slogan resmi perjuangan organisasi STN. Selain program resmi yang bersifat “hirarki” untuk setiap strukturcabang
STN, organisasi STN juga menetapkan program perjuangan ditingkatan lokalteritori yang dihasilkan melalui mekanisme Konferensi, baik Konferensi
Wilayah, Kabupaten maupun Desa. Secara umum, program STN Pematang Lalang sama dengan program STN
secara nasional, yang dihasilkan melalui mekanisme Kongres STN. Secara khusus program perjuangan Komite Pimpinan Desa Serikat Tani Nasional Desa
Pematang Lalang adalah: Pengembalian Tanah yang selama ini dikelola oleh Petani Pematang
Lalang, Perjuangan untuk memperoleh Tambak Inti Rakyat TIR.
Menutup PT.Anugerah Tambak Perkasindo PT.ATP serta penyitaan atas seluruh asset PT.ATP untuk digunakan sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan rakyat petani. Penolakan Import panganberas.
Universitas Sumatera Utara
Penurunan Harga Pupuk
6. Strategi dan Taktik Perjuangan STN