pihak yang mendukung perlawanan petani–terhadap kelompok masyarakat lain, atau institusi–pemerintah maupun perusahaan–yang tidak mengakui danatau
merebut hak penguasaanpemilikan petani atas sebidang tanah yang mereka akui dan yakini sebagai miliknya. Ketiga, jika konflik agraria diletakkan dalam
kerangka gagasan reforma agraria, maka konflik dalam konteks reforma agraria lebih bermakna sebagai strategi perjuangan petani untuk mendorong pelaksanaan
reforma agraria. Berdasarkan tiga pengandaian tersebut, dapat ditarik dua kesimpulan
hipotetis. Pertama, gejala dan peristiwa konflik agraria pada dasarnya merupakan “manufactured product”, bukan “primordial matter” sebuah gerakan sosial,
karena gejala dan peristiwa tersebut merupakan insiden yang memang direncanakan terjadi merupakan bagian dari strategi dan taktik perjuangan petani
untuk mewujudkan reforma agraria. Kedua, karena perlawanan petani dan konflik yang ditimbulkannya merupakan bagian dari taktik dan strategi gerakan, maka
konflik dalam kerangka perjuangan reforma agraria bukan sesuatu yang menuntut penyelesaian layaknya penyakit yang harus disembukan, melainkan harus terus
dikobarkan sehingga menjadi kekuatan yang dapat mendorong pelaksanaan refor ma agraria.
5.2. Teori Hegemoni Negara
Konsep hegemoni merupakan sumbangan Gramscy yang utama terhadap teori politik dan bersumber pada revisinya terhadap Marxisme klasik. Tapi,
Gramscy tidak memutarbalikkan model basis super struktur tradisional Marxis, tetapi menafsirkan kembali secara crocean. Disinilah hal yang menarik dari
Universitas Sumatera Utara
konsep Gramscy. Ia menolak interpretasi “Materialisme Vulgar” dan kecenderungan sosiologi positifis evolusioner seperti yang digagas oleh Bhukarin
yang mengatakan bahwa kejatuhan kapitalisme dan munculnya sosialisme akan berlangsung secara alami seperti malam mengikuti siang. Menurut Marx,
masyarakat membentuk negara dan masyarakat dibentuk pula oleh cara produksi yang dominan dan hubungan-hubungan produksi yang ada di dalamnya. Karena
itu negar merupakan ekspresi politik dari struktur klas yang melekat dalam produksi. Dalam masyarakat berkelas, seperti masyarakat kapitalis, negara
didominasi oleh kaum borjuis, dan oleh sebab itu negara marupakan ekspresi politik dari klas dominan.
38
38
Antonio Gramscy: Negara dan Hegemoni, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2003, hal. 17
Munculnya negara dalam masyarakat kapitalis adalah akibat dari tidak terdamaikannya pertentangan klas antara borjuis dan proletar dalam struktur
masyarakat tersebut. Negara juga mengontrol perjuangan sosial dari kepentingan ekonomi yang berbeda, dimana kontrol tersebut dipegang oleh klas yang kuat
secara ekonomi dalam masyarakat. Dengan demikian negara juga menjadi alat represif dari klas yang berkuasa.
Selain kekuatan represif tersebut, negara juga menjalankan kekuatan hegemoni yang mampu melanggengkan kekuasaannya, yang berarti kekuasaan
dari klas dominan. Maka, hegemoni selalu berhubungan dengan penyusunan kekuatan negara sebagai klas diktator. Atau dengan kata lain, salah satu hal yang
menyebabkan kapitalisme bertahan adalah genggaman ideologisnya terhadap massa proletar.
Universitas Sumatera Utara
Dalam telaah negara dan hegemoni menurut Gramscy, mengajukan hipotesa bahwa kritik Gramscy terhadap Marxisme klasik adalah upaya untuk
mengakomodasikan perhatian idealis atas pentingnya gagasan dan kehendak dalam penciptaan tindakan. Hal ini berkaitan erat dengan solusi tindakan
politisnya untuk melawan hegemoni kapitalisme dengan terlebih dahulu melawan aparatis ideologinya. Dengan demikian, formulasi tentang negara adalah sebagai
masyarakat politik ditambah masyarakat sipil, atau hegemoni didukung oleh sarana penekan masyarakat politik. Hegemoni sebagai superstruktur mempunyai
pengaruh dalam masyarakat sipil dalam melakukan perubahan sosial yang radikal.
39
Konsep kekuasaan negara telah menjadi debat panjang dari pemikir- pemikir pada Yunani Kuno. Plato dan Aristoteles
40
Pada masa Renaisance terjadi proses sekularisasi yang memisahkan negara dan gereja. Pada jaman ini lahir pandangan bahwa negara merupakan
wakil kepentingan umum atau publik, sedangkan masyarakat hanya memiliki kepentingan pribadi dan terpecah-pecah. Hal senada diperkuat oleh konsep
dalam pandangannya menyatakan bahwa negara itumembutuhkan kekuasaan yang mutlak untuk
mendidik rakyatnya dengan nilai-nilai moral yang rasional. Pada jaman pertengahan ide tersebut mengalami rekonstruksi dalam lingkup kekuasaan
teologis gereja. Pada saat itu negara dianggap sebagai wakil gereja di dunia dan gereja adalah wakil Tuhan untuk menegakkan kehidupan moral di dunia. Ini
lantas menjadi legitimasi kekuasaan mutlak dari negara.
39
Ibid, hal. 18
40
Ibid. hal. 23
Universitas Sumatera Utara
dialektika nya Hegel
41
Disamping itu masih dengan pandangan Gramscy yang cukup dominan mengenai hegemoni karenanya Gramscy disebut sebagai “Post Marxis”. Gagasan
Gramscy yaitu hegemoni belum lagi menjadi sesuatu yang sentral dalam sebuah teori sosial Marxis. Konsep itu tidak pernah muncul secara eksklusif, karena itu
konsepsi Marxis tentang negara sering diambil dari kritik Marx terhadap Hegel. Beberapa dasar teoritis dari Marx yang dapat dijadikan basis argumentasinya
yaitu Negara adalah ungkapan Roh dimana roh objektif tersebut merupakan cermin dari kehendak, pikiran dan hasrat. Dengan demikian
negara merupakan institusi yang paling paham akan kehendak para individu, rakyat tidak mengetahui kehendaknya, yang mengetahui adalah negara karena ia
secara objektif mengungkapkan apa yang bagi rakyat hanya ada secara subjektif. Hal ini berbeda dengan pandangan Marx, yang beranggapan eksistensi
negara justru diakibatkan oleh adanya ketidakberesan yang bersifat fundamental dari masyarakat. Negara tidak mengabdi terhadap seluruh kepentingan masyarakat
melainkan hanya melayani kepentingan klas-klas sosial tertentu saja, menjadi satu alat klas dominan untuk mempertahankan kedudukan mereka. Negara adalah alat
untuk menjamin kedudukan klas atas yang fungsinya secara politik meredam usaha-usaha klas bawah untuk membebaskan diri dari penghisapan klas atas.
Munculnya gerakan kiri baru yaitu sebuah kekuatan yang menjelaskan bagaimana sebuah kekuasaan di negara-negara industri maju mampu mempertahankan
lingkaran kekuasaannya sekaligus memberi legitimasi pada kekuasaan borjuis.
42
1 Memadang kondisi material dari masyarakat sebagai basis dari struktur
sosial dan kesadaran manusia. Maka, bentuk negarapun muncul dari :
41
Ibid. hal. 24
42
Ibid. hal. 28-30
Universitas Sumatera Utara
hubungan-hubungan produksi dan bukan berdasarkan perkembangan umum manusia atau keinginan manusia untuk berkolektif. Baginya,
mustahil untuk memisahkan interaksi manusia sebagai bagian dari masyarakat dengan interaksinya yang lain: bahwa kesadaran manusia yang
membimbing dan menentukan hubungan individual itu adalah produk dari kondisi material atau cara suatu benda diproduksi, didistribusikan dan
dikonsumsi. 2
Marx berpendapat bahwa negara merupakan ekspresi politik dari struktur klas yang melekat dalam produksi. Sementara Hegel menganggap negara
adalah representasi “Kolektivitas Sosial” yang berdiri di atas kepentingan tertentu klas-klas dan menjamin bahwa persaingan antara individu-
individu dan kelompok terpelihara secara teratur, ketika kepentingan seluruh kolektif sosial dilindungi dalam tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh negara. Marx menolak pandangan Hegel. Ia menekankan bahwa negara merupakan kesepakatan dari seluruh masyarakat dan menawarkan
formulasinya tentang masyarakat capital sebagai sebuah masyarakat berkelas yang didominasi oleh kaum borjuis, karenanya negara merupakan
ekpresi politik dari klas dominan. Senada dengan Marx, Engels dalam pandangannya tentang negara menyebutkan bahwa negara memiliki asal-
usulnya untuk mengontrol perjuangan sosial antar kepentingan ekonomi yang berbeda.
3 Marx berpendapat bahwa negara adalah dalam cengkeraman masyarakat
borjuis yang merupakan senjata represif dari masyarakat borjuis untuk
Universitas Sumatera Utara
menjaga pertentangan klas adalah hakikat dari negara atau dengan kata lain negara merupakan pelayan bagi klas yang dominan yaitu klas borjuis.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, John Markoff
43
Dalam ruang lingkup gerakan sosial petani melawan hegemoni negara meluasnya peran negara dalam proses transformasi pedesaan yang
mengakibatkan dalam bukunya “Gelombang Demokrasi Dunia: Gerakan
Sosial dan Perubahan Politik”, mempelajari kekuasaan negara dari dua perspektif yang agak berbeda. Pertama, mempertimbangkan kemampuan negara dalam
membuat dan menjalankan kebijakan atau apa yang disebut dengan “kapasitas kekuasaan”. Kedua, mempertimbangkan klaim atas apa yang membuat
masyarakat mau mematuhi kehendak para penguasa dan mengapa mereka harus melakukannya. Apakah karena para penguasa tersebut mengklaim diri mereka
adalah wakil Tuhan atau apakah mereka memegang mandat dari rakyat. Ketika kita mendapati klaim yang membenarkan penggunaan kekuasaan, maka
berhubungan dengan legitimasi. Negara seringkali membuat legitimasi atas suatu klaim, yakni klaim dalam mempraktekkan demokrasi.
44
43
John Markoff, Gelombang Demokrasi Dunia: Gerakan Sosial dan Perubahan Politik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, hal. 25
44
Dr. Mustain, Petani Vs Negara: Gerakan Sosial Petani Melawan Hegemoni Negara, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2007, hal. 23
: Pertama, perubahan hubungan petani lapisan kaya dan lapisan miskin: yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Perubahan
demikian melahirkan bentuk perlawanan kaum lemah dalam menghadapi hegemoni kaum kaya maupun negara. Kedua, munculnya realitas kaum miskin
untuk membentuk kesadaran perlawanan dalam berbagai bentuk yang merupakan pembelokan kultural. Ketiga, terjadinya atau terbangunnya senjata gerakan
Universitas Sumatera Utara
perlawanan menghadapi kaum kaya maupun negara. Senjata yang digunakan dengan caranya sendiri, klas kaum lemah seperti menghambat, pura-pura menurut,
pura-pura tidak tahu, berlaku tidak jujur, mencopet, masa bodoh, membuat skandal, memfitnah, sabotase, yang mengakhiri pertentangan secara kolektif
Dengan demikian, konsepsi tentang negara menjadi pembahasan menarik dalam penelitian ini dimana dominasi hegemoni negara terhadap masyarakat sipil
dalam hal ini gerakan sosial petani dalam menuntut hak atas tanah adalah salah satu unsur yang terlibat dalam lingkaran sengketa agraria oleh karena arah
kebijakan yang mengedepankan dominasi segelintir atau klas pemilik modal.
6. Metode Penelitian. 6.1 Jenis Penelitian