Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah

35 Pelaksanaan Otonomi Daerah Adapun tujuan dibentuknya otonomi daerah antara lain sebagai berikut: a. Meningkatkan potensi daerah secara luas. b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. c. Menggali potensi di daerah. d. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa. e. Menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang berdaulat dan lain sebagainya

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah

Dalam undang-undang ini, pemerintah menyatakan bahwa daerah yang bersifat otonom dibagi atas tiga daerah, yaitu daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota. Pemerintah di daerah dapat dilaksanakan berdasarkan berbagai prinsip, antara lain sebagai berikut. a Otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. b Menunjang aspirasi perjuangan rakyat, yaitu memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat. c Meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah di daerah. d Meningkatkan pelayanan masyarakat untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah otonom dibentuk dengan memperhatikan berbagai syarat, antara lain sebagai berikut: – daerahnya sangat luas; – keadaan penduduknya berkembang pesat; – kestabilan nasional terjaga; – kemampuan ekonomi berbeda; – adat istiadat dan mata pencaharian berbeda; dan – perkembangan politik beraneka ragam. Gambar 2.2 Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sumber: Tempo, 12 September 2005 Di unduh dari : Bukupaket.com 36 Pendidikan Kewarganegaraan SMP dan MTs Kelas IX Untuk melaksanakan pemerintahan daerah, perlu adanya pendapatan daerah. Adapun yang dimaksud dengan pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pendapatan daerah tersebut digunakan untuk pembiayaan daerah. Pembiayaan daerah adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali danatau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun- tahun anggaran berikutnya. Sumber-sumber pembiayaan pemerintah daerah dilaksanakan sesuai asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Asas desentralisasi, adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah danatau desa dari pemerintah kepada provinsi kepada kabupatenkota danatau desa, serta dari pemerintah kabupatenkota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Desentralisasi merupakan simbol adanya kepercayaan pemerintah pusat kepada daerah. Ini dengan sendirinya akan mengembalikan harga diri pemerintah dan masyarakat daerah Syaukani, Affangaffar, dan Rijaas Rasyid, 2002: 172 Desentralisasi memberikan keleluasaan kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan sendiri. Namun demikian, kesemuanya itu tetap dalam naungan negara kesatuan Republik Indonesia NKRI. Hal ini dapat kita tunjukkan berbagai contoh antara lain: a. Menentukan kebijakan pemerintah sendiri dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. b. Menentukan APBD sesuai dengan kemampuan daerah. c. Memanfaatkan sumber daya alam di daerah dengan mengacu pada peraturan dari pemerintah pusat. d. Menentukan pajak pendapatan daerah menurut kebijakan yang ditetapkan oleh kepala daerah dan DPRD, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu tetap di dalam konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara kita negara kesatuan yang memberikan keleluasaan kepada daerah yang aturannya tetap mengacu pada pemerintah pusat walaupun kebijakannya di dalam kebijakan daerah. Gambar 2.3 Kunjungan dari pejabat pusat ke daerah perlu ditingkatkan agar diketahui permasalahan yang terjadi di tiap daerah. Sumber: Gatra, 13 Agustus 2005 Di unduh dari : Bukupaket.com 37 Pelaksanaan Otonomi Daerah Untuk menentukan kebijakan dalam otonomi daerah diatur dalam UU no 32 tahun 2004 yang juga mengatur perimbangan keuangan pusat dan daerah di daerah. Jelaslah bahwa garis besar kewenangan pemerintah pusat tidak lagi mengurus kepentingan rumah tangga daerah-daerah. Kewenangan pengurus, mengatur rumah tangga daerah di serahkan kepada masyarakat di daerah. Dengan demikian, pemerintah pusat hanya berperan sebagai supervisor, pemantau, pengawas, dan mengevaluasi. Menurut Syaukani 2002: 173 – 184 visi otonomi daerah ada tiga ruas, yaitu: a. Bidang Politik Pemilihan kepala daerah baik provinsi, kabupaten, maupun kota dipilih secara demokratis. b. Bidang ekonomi Pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan perda sesuai potensi ekonomi di daerahnya. Pemerintah daerah menawarkan fasilitas dan investasi. Mempermudah proses perizinan usaha. Pada dasarnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari waktu ke waktu. Contoh: Mempermudah perizinan dalam mengembangkan usaha kecil, menengah, maupun skala besar. Misalnya jika di masyarakat desa dapat dilakukan dengan mempermudah memberikan izin untuk mendirikan rice mile penggilingan padi c. Bidang Sosial budaya Menciptakan hubungan yang harmonis di antara warga masyarakat. Misalnya dengan memelihara nilai-nilai lokal yang dipandang kondusif terhadap kemampuan masyarakat dalam merespon dinamika kehidupan masyarakat sekitar. Contoh: Menghidupkan nilai kegotong royongan, saling menghargai nilai-nilai budaya daerah, dan sebagainya.

2. Prinsip dan Asas Otonomi Daerah