Siklus II Deskripsi Proses

dan penasaran akan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti. Mereka senang karena bisa salaing bercerita mengungkapkan perasaan masing-masing meskipun kadangkala bergurau merespon temannya yang bercerita. Awalnya mereka malu- malu namun perasaan itu menjadi berubah saat peneliti mengajak mereka bernyanyi bersama. Bahkan salah satu dari subyek ragu untuk mengatakan perasaannya. Meskipun demikian akhirnya mereka bisa serius mengikuti konseling ini setelah peneliti menjelaskan tujuan dari semua kegiatan yang dilakukan peneliti.

3. Siklus II

Pada penelitian ini, layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling siklus II dilaksanakan pada pada hari senin tanggal 5 Januari 2015, mulai dari pukul 17.30 – 18.15. pelaksanaan tindakan siklus ke II menggunakan pendekatan yang sama seperti siklus I yakni layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling. Skema pelaksanaan siklus II dapat dilihat pada lampiran 5. a. Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling siklus II, peneliti melakukan beberapa perencanaan, diantaranya adalah: membuat skema, serta menentukan jadwal pelaksanaan. Peneliti melakukan beberapa perbaikan pada skema konseling kelompok pendekatan Brief Counseling siklus II, terutama dalam penggunaan bahasa khususnya kesadaran peneliti bahwa yang dihadapi adalah anak tunanetra yang tidak bisa melihat serta dalam hal penguasaan beberapa teknik. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I, dimana beberapa siswa kurang memahami teknik yang digunakan oleh peneliti. b. Pelaksanaan tindakan 1 Fase Pembukaan Pelaksanaan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling dilaksanakan pada pada hari senin tanggal 5 Januari 2015, mulai dari pukul 17.30 – 18.15. Peneliti mengawali pertemuan konseling kelompok dengan mengajak anak tunanetra berdoa terlebih dahulu, hal tersebut dilakukan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena peneliti dan anak tunanetra dapat bertemu kembali dalam keadaan baik. Setelah doa pembukaan, peneliti menanyakan kabar dan menjelaskan tujuan konseling kelompok pada siklus II. Peneliti juga membacakan dan mengingatkan kembali kesepakatan- kesepakatan yang sudah dibuat pada pertemuan konseling kelompok siklus I. Maksud peneliti membacakan dan mengingatkan kembali mengenai kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat sebulumnya adalah, agar siswa dapat mengikuti konseling kelompok dengan baik. 2 Fase Teraupetik Pada kegiatan inti ini, peneliti menanyakan pengalaman siswa dalam menjalankan usaha dan niat yang sudah mereka rumuskan pada konseling kelompok siklus I. Peneliti mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang diungkapkan oleh siswa. Berdasarkan pengalaman yang mereka sharingkan, mereka menyadari bahwa kecemasan yang mereka alami kadangkala sangat mengganggu aktivitas mereka sehari-hari. Salah satu dari ke-lima subyek merasa cemas dan berpikir yang negatif bahwa membayangkan orang lain tidak menyukai suaranya saat bernyanyi. 3 Fase Penutup Pada sesi penutup ini peneliti juga mengajukan pertanyaan untuk mengajak anak tunanetra mengetahui dan menyadari hampatan-hambatan yang sekiranya dapat menghambat mereka dalam melaksanakan niat meraka dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu peneliti meringkas seluruh proses konseling kelompok dan memberikan peneguhan kepada siswa agar mereka sungguh mampu melaksanakan apa yang menjadi niat dan harapan mereka untuk bisa menjadi lebih baik. Setelah itu peneliti juga meminta siswa untuk saling memberikan semangatpeneguhan kepada teman mereka, peneliti mengucapkan terimaksih karena proses konseling kelompok dapat berjalan dengan baik dan semua itu karena dukungan dan partisipasi dari siswa. Kemudian peneliti mengakhiri pertemuan dengan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa penutup. c. Hasil pengamatan Pada siklus yang kedua ini, salah satu pengasuh yang ada di unit ikut sebagai observer selama berlangsungnya brief counseling dan suster kepala panti menjadi observer sekitar 15 menit setelah itu pergi meninggalkan peneliti dan anak tunanetra. Setelah selesai brief counseling peneliti meminta pendapat observer dan observer memberikan pujian bahwa anak-anak bersemangat mengikuti konseling kelompok terlihat dari eksperesi mereka yang saling meneguhkan dan saling memberi masukan ketika temannya lupa peristiwa yang dialaminya. Observer memberikan masukan supaya mereka lebih banyak bercerita bebas supaya mereka semakin berani mengungkapkan keinginan, harapan dan cita-citanya tanpa harus merasa cemas dimarahi atau ditolak. d. Hasil refleksi Peneliti bersyukur karena seluruh kegiatan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling dapat berjalan dengan baik mulai dari siklus I hingga siklus II. Pengalaman ini sungguh berharga karena peneliti dapat secara langsung memberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling kepada siswa, setelah sebelumnya belajar selama satu semester bersama teman-teman. Dalam proses melaksanakan tindakan pada siklus II ini, peneliti merasa lebih baik, meski demikian peneliti juga menyadari bahwa masih ada beberapa hal yang kurang dalam peneliti. Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti melihat bahwa ada hal yang berbeda pada subyek, dimana mereka lebih antusias, tenang dan serius juga berperan sebagai pengamat selama proses konseling kelompok berlangsung. Selain itu peneliti juga merasa lebih nyaman dan santai, artinya bahwa pada awalnya perasaan nervous namun sudah bisa dikendalikan dan semakin percaya diri. Pada siklus II ini, peneliti lebih merasa percaya diri dan bersemangat dalam memberikan konseling kelompok.

B. Deskripsi Kecemasan Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II