merasa lebih baik, meski demikian peneliti juga menyadari bahwa masih ada beberapa hal yang kurang dalam peneliti.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti melihat bahwa ada hal yang berbeda pada subyek, dimana mereka lebih antusias,
tenang dan serius juga berperan sebagai pengamat selama proses konseling kelompok berlangsung. Selain itu peneliti juga merasa lebih
nyaman dan santai, artinya bahwa pada awalnya perasaan nervous namun sudah bisa dikendalikan dan semakin percaya diri. Pada siklus
II ini, peneliti lebih merasa percaya diri dan bersemangat dalam memberikan konseling kelompok.
B. Deskripsi Kecemasan Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
1. Pra Tindakan
Berbagai proses telah dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian upaya menurunkan kecemasan pada anak anak tunanetra di PAnti
Asuhan Karya Murnu Medan. Peneliti melaksanakan penelitian melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling. Konseling
kelompok dengan pendekatan Brief Counseling dilaksanakan dalam dua siklus. Setelah itu dilakukan tes STAI setiap selesai tindakan. Setelah tes,
dilakukan refleksi, observasi dan wawancara untuk menyakinkan hasil dari tes STAI. Dari skor hasil tes diketahui bahwa pendekatan Brief Counseling dapat
menurunkan kecemasan pada anak tunanetra. Sebagai data awal, peneliti memperoleh skor kecemasan apada kelima subyek setelah memberikan tes
STAI. Berikut ini merupakan Skor kecemasan kelima subyek sebagai data awal peneliti setelah diberikan tes STAI sebelum diberikan tindakan.
Gambar 5. Grafik kecemasan subyek sebelum diberikan tindakan
Diagram di atas hasil dari tes kecemasan sebelum diberikan tindakan. Peneliti memperoleh data bahwa skor kecemasan setiap subyek
berbeda. Skor subyek E yaitu A-State 13 dan A-Trait=13, subyek M: A- State=7 dan A-Trait=12, subyek A: A-State=8 dan A-Trait=10, subyek S:
A-State=8 dan A-Trait=13, subyek G: A-State= 6 dan A-Trait= 13. Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan perhitungan normalnya
bahwa kelima subyek ini termasuk memiliki kecemasan tinggi pada A- State dan A-Trait. Berdasarkan skor ini, peneliti memberikan tindakan
layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling pada kelima anak tunanetra yang menjadi subyek penelitian ini. Berdasarkan
hasil wawancara dengan pemimpin panti, sebenarnya semua anak
13
7 8
8 6
13 12
10 13
13
E M
A S
G STAI I
STAI II
tunanetra mengalami kecemasan namun sebagian dari mereka masih bisa memaksimalkan potensinya dengan baik dan sebagian besar hanya
berdiam diri mengikuti arus kehidupan tanpa perjuangan. Hidupnya biasa- biasa saja seperti tidak bergairah.
2. Siklus I