21 ketika memasuki masa remaja seseorang harus meninggalkan masa kanak-
kanaknya, dan apa yang terjadi di masa kanak-kanak akan selalu diingat. Dengan meninggalkan masa kanak-kanak, remaja mau tidak mau harus mempelajari pola
prilaku dan sikap baru untuk menggantikan prilaku dan sikap ketika masih kanak- kanak.
Namun pola prilaku dan sikap pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi pola prilaku dan sikap yang baru. Seperti dijelaskan oleh
Osterrieth, Struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak, dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada
pada akhir masa kanak-kanak. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi perilaku, sehingga di perlukan penilaian atau
peninjauan kembali terhadap nilai-nilai yang telah bergeser. Pada periode peralihan satus dan peran yang harus dilakukan belum jelas,
karena pada masa ini remaja bukan lagi anak-anak dan juga bukan orang yang sudah dewasa. Namun status remaja yang tidak jelas ini memberikan keuntungan
bagi remaja karena memberi peluang bagi remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, serta nilai dan sifat yang paling sesuai
bagi remaja.
c. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan
Selama masa awal remaja ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat, perubahan perilaku dan
sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan
22 sikap dan prilaku menurun juga. Menurut Hurlock, 1980: 207 terdapat empat
perubahan yang sama yang hampir bersifat universal antara lain: 1
Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat
selama masa awal remaja. Emosi tampak meninggi dan sangat menonjol pada masa awal periode akhir masa remaja.
2 Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapakkan oleh kelompok sosial
untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan
dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu remaja mersa banyak masalah, sehingga akhirnya remaja menyelesaikan masalah
tersebut sendiri dan menurut kepuasannya sendiri. 3
Adanya perubahan minat dan pola prilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Ketika masih anak-anak ada yang dianggap penting, namun ketika sudah
hampir dewasa hal tersebut tidak lagi penting. Sebagian remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas yang
lebih penting daripada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh teman- teman sebaya. Sekarang mereka mengerti bahwa kualitas jauh lebih penting
daripada kuantitas. 4
Sebagian besar remaja menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggungjawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan
mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
23
d. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah
Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki- laki maupun anak perempuan. Hal ini dikarenakan sepanjang masa kanak-kanak
masalah yang dihadapi masa anak-anak sebagian besar diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakkan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi
masalah. Remaja juga merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan para guru. Namun sebenarnya
mereka tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai dengan yang mereka yakini, akibatnya banyak masalah yang diselesaikan dengan cara tragis
dan tidak masuk akal.
e. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas
Sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar
daripada individualitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat
laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama seperti dengan teman-teman dalam segala hal seperti sebelumnya.
Status remaja yang mendua menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan “krisis identitas” pada remaja.
Remaja mencari identitasnya berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat dan banyak hal yang dipertanyakan
mengenai dirinya. Remaja menggunakan simbol diri dalam bentuk benda ataupun
24 barang-barang yang mudah terlihat. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian
dan dipandang sebagai individu, tetapi remaja tetap mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya. Simbol status bagi remaja itu merupakan
usaha untuk menunjukkan identitas remaja dan simbol satus penting bagi remaja.
f. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan
Banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya, banyak di antaranya yang bersifat negatif. Ada
pandangan dari sisi budaya yang sudah melekat pada remaja, bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak dapat dipercaya dan cenderung menganggu dan
berprilaku merugikan bagi masyarakat. Dalam hal ini diperlukan orang dewasa yang dapat membimbing dan mengarahkan kehidupan remaja.
Pandangan yang buruk tentang remaja, membuat peralihan masa remaja kemasa dewasa menjadi sulit, sehingga menimbulkan banyak pertentangan antara
orang tua dan anak, terdapat jarak yang menghalangi anak untuk bersikap terbuka terhadap berbagai masalah yang mereka hadapi kepada orang tua yang seharusnya
dapat membantu untuk mengatasi berbagai masalahnya Hurlock, 1980: 208.
g. Masa Remaja sebagai yang tidak Realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca mata mereka sendiri. Melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan
bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita remaja biasanya tidak realistik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun orang lain. Hal ini
25 menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja.
Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil.
h. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan pada remaja akan membuat mereka menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Sekedar berpenampilan dari gaya berpakaian dan gaya bahasa seperti orang dewasa tidaklah cukup untuk
membuktikan bahwa remaja sudah dewasa. Oleh karena itu remaja masih merasa perlu untuk menetapkan status mereka supaya diakui benar-benar dewasa dengan
sikap dan prilaku yang mereka tunjukkan seperti merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan dan mulai mengenal seks dan bahkan terlibat
dalam hubungan seks Hurlock, 1980: 209.
3. Perkembangan Remaja
a. Perkembangan Emosi
Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu serta setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Karakteristik perkembangan
emosi remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri. Di mana perubahan fisik tahap awal pada periode pra remaja disertai sifat kepekaan
terhadap situasi dari luar menyebabkan mereka mudah tersinggung, namun juga cepat merasa senang yang berlebihan. Perubahan fisik yang semakin jelas pada
26 periode remaja awal sangat mereka sadari, hal ini tidak jarang membuat mereka
merasa seperti terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya.
Dalam periode ini remaja sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat dipegang teguh, sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di
masyarakat yang menunjukkan adanya ketidakcocokan dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui menyebabkan remaja seringkali secara emosional ingin
membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau
orang dewasa di sekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya. Periode remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan
mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap dan prilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang
selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi semakin lebih bagus dan lancar karena mereka sudah semakin bebas penuh serta emosinya
pun mulai stabil Ali Asrori, 2005: 76.
b. Perkembangan Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Hubungan
sosial dimulai dari lingkungan rumah, lalu lingkungan sekolah kemudian berkembang pada lingkungan yang lebih luas yaitu tempat berkumpulnya teman
sebaya. Tetapi yang sering terjadi adalah bahwa hubungan sosial anak dimulai
27 dari rumah, dilanjutkan dengan teman sebaya, baru kemudian dengan teman-
temannya di sekolah. Karakteristik yang menonjol dari perkembangan hubungan sosial remaja yaitu berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan
untuk bergaul, adanya upaya memilih nilai-nilai sosial, meningkatnya kesadaran akan lawan jenis, mulai tampak kecenderungan mereka untuk memilih karier
tertentu Ali Asrori 2005: 12. Keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan faktor-faktor yang sangat
mempengaruhi perkembangan hubungan sosial. Masalah-masalah penting yang dihadapi sehubungan dengan perkembangan sosial adalah masalah pergaulan
mereka dengan teman-teman seperti bagaimana cara masuk dalam kelompok, bergaul dengan kelompok, sikap serta cara menghadapi pengaruh-pengaruh
kelompok, peranan dalam kelompok misalnya penerimaan dari oleh kelompok, penghargaan kelompok dan macam keterlibatan yang diberikan kepada mereka
dalam kelompok.
c. Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
Nilai adalah suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Moral
berasal dari kata Latin mores yang artinya tatacara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Sedangkan sikap adalah kecenderungan yang relatif stabil dan
berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku atau bereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu Ali
Asrori, 2005: 134-152.
28 Adanya perubahan sikap ingin mengetahui dasar-dasar baik atau buruknya
suatu tindakkan seseorang. Dengan meluasnya pergaulan remaja melihat bahwa pandangan tiap orang mengenai apa yang baik dan benar berbeda. Hal ini akan
mempengaruhi sikap dan tindakan yang berbeda-beda pada remaja. Masalah tersebut membuat remaja mencari patokan moral yang dapat menjadi pegangan
sebagai pedoman hidup, sehingga mereka dapat memahami mana yang baik dan benar dan mana yang tidak baik dan tidak benar. Masalah moral bukan hanya
sebatas pada diri remaja saja namun masalah moral yang ada dalam masyarakat juga mempengaruhi remaja. Menghadapi berbagai kenyataan hidup harus
mengambil keputusan moral tersebut sering kali membuat remaja bimbang.
d. Perkembangan Religius
Perkembangan religius menyangkut hubungan dengan Tuhan. Ketika masih anak-anak kegiatan keagamaan karena meneladani orang tua atau
diperintah orang tua serta tokoh yang mempunyai pengaruh. Pada umur menjelang dewasa masalah keagamaan yang mereka jalani selama masih usia
anak-anak dipertanyakan. Mereka ingin tahu kejelasan iman yang mereka jalani. Mereka ingin mengetahui bagaimana bisa menjadi orang religius sejati.
Mempertanyakan fungsi dan peranan beragama dalam kehidupan. Remaja mengalami proses pertumbuhan diberbagai segi. Remaja memiliki
cara tersendiri dalam mengatasi masalahnya, selain itu keluarga, sekolah dan masyarakat juga memiliki peranan dalam membantu remaja mengatasi masalah.
Mangunhardjana 1986: 16 mengatakan “proses pertumbuhan akan dapat lebih
29 terarah dan pengatasan masalah akan dapat lebih baik, kalau bagi mereka tersedia
pelayanan pendampingan yang memadai dari segi tujuan, materi program, serta bentuk, metode dan tekniknya”.
e. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Dalam perkembangannya remaja mempunyai tugas-tugas, apabila tugas- tugas tersebut dapat berjalan dengan baik akan menimbulkan kebahagiaan dan
akan membawa remaja pada suatu keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Namun jika tugas-tugas tersebut tidak berhasil dijalankan oleh remaja
maka, akan menimbulkan ketidakbahagiaan dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas selanjutnya. Dalam ha ini Ali Asrori 2005: 165-170 mengatakan:
Remaja mempunyai tugas perkembangan yang sangat penting diantaranya mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara epektif, mencari
kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, mencapai jaminan kebebasan ekonomis, memilih dan menyiapkan
lapangan pekerjaan, persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk
kompetensi kewarganegaraan dan memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku.
Masa
remaja adalah
masa yang
penuh pergolakan,
masa pengidentifikasian jati diri, sehingga banyak mengalami perubahan, yang dialami
secara sadar dan tidak sadar, yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Remaja juga memiliki rasa keingintahuan yang amat
besar terhadap segala sesuatu, tetapi juga diliputi keragu-raguan. Adapun masalah remaja meliputi ada rasa kekhawatiran mengenai kehidupan beragama, studi dan
karir, hubungan keluarga, perilaku dan seks, cinta, asmara, sosial dan lingkungan.
30 Kesulitan dalam mengambil keputusan berdasarkan logika, etika dan estetika,
kesulitan dalam menghadapi masalah, kesulitan dalam mengendalikan diri, serta sikap terhadap pengaruh luar yang mempengaruhi remaja. Remaja juga memiliki
harapan yang positif agar berhasil dalam studi, mendapatkan pasangan yang ideal, dapat diterima di masyarakat, taat beragama, dan berada dalam keluarga yang
bahagia Gusti, 1995: 63.
C. Suara Hati
1. Pengertian Suara Hati
Banyak tulisan yang berhubungan dengan suara hati, dan sederetan ungkapan, istilah kata-kata sebagai sinonim. Seperti kata hati, suara batin, hukum
batin, hati nurani, jiwa rohani, scintilla animae, terang Ilahi, suara Tuhan, daimonion Sokrates, superego Freud, conscience dst. Dari sekian banyak
istilah suara hati ada pun salah satu pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh Martin Heidegger: “Suara hati adalah panggilan yang datang dari aku, akan
tetapi mengatasi aku” atau suara itu datang dari diriku, tetapi juga diatas diriku Yulaman, 1980: 18.
Suara hati adalah suatu keinsyafan batin yang mempengaruhi hati kita masing-masing serta menyatakan kepada kita entah suatu keinginan yang telah
muncul itu baik atau tidak baik bagi manusia sebagai manusia. Suara hati adalah kompas menuju pemanusiaan sejati, memperlihatkan serta mendorong manusia
menuju pemanusiaannya yang tulen. Nama lain dari suara hati seperti yang terdapat dalam Katekismus Gereja Katolik, art. 472, suara hati dinamakan hati
31 nurani dan lebih tepat lagi keputusan hati nurani Iman Katoli,1996: 13, suara
hati disebut lagi dengan tepat keputusan suara hati, yang kiranya sama dengan kata hati. Yang lain lagi berbicara tentang angan-angan hati atau ha
ti sanubari’. Kami sendiri membatasi diri pada nama keputusan suara hati sebagai terjemahan
Indonesia dari istilah Latin ”judicium conscientiae” atau dari istilah Inggris
“Judgment of conscience”. Berbagai macam rumusan atau definisi dari keputusan suara hati sebagai berikut:
a. Menurut Konsili Vat. II, Hati Nurani ialah inti manusia yang paling rahasia,
sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah yang sapaan-Nya menggema dalam batinnya GS, no.16.
b. Dalam Katekismus Gereja Katolik,
art. 1778 hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah suatu perbuatan konkret yang ia
rencanakan, sedang laksana atau sudah dilaksanakan bersifat baik atau buruk secara moral.
c. Suara hati ialah kemampuan manusia untuk menyadari tugas moral dan untuk
mengambil keputusan moral. d.
Suara hati bukan perintah langsung dari Tuhan seolah-olah memberitahukan apa yang harus dibuat sekarang ini. Manusia sering harus mencari jalanNya
sendiri. Ia harus mempertimbangkan banyak kepentingan dan mengambil sendiri keputusan yang adil mengenai tindakannya. Suara hati tidak hanya
menilai tujuan dan sarana usaha manusia sesuai dengan arah hidupnya yakni mencintai Allah dan sesama. Keputusan suara hati juga merupakan pedoman
dan daya penggerak bagi tindakan kita. Paassen, 2002: 1-2.
32 Walaupun dalam Perjanjian Lama dan keempat Injil, tidak terdapat istilah
“suara hati”, namun yang dimaksud dengannya digambarkan seperti pertentangan dalam hati manusia bila digoda Kej 3,7dst; 42,21; 1 Sam 24,6; 25,21; 2 Sam 24,
10 dst. Kedalam hati manusia Allah menulis hukumNya Yer 31, 31 dst. Dari dalam hati itu timbullah yang baik dan yang jahat Mrk 7,20-23. Dalam Surat-
surat Santo Paulus hati nurani =sineidesis;Yunani berarti kesadaran akan baikburuknya perbuatan orang maupun kesadaran diri orang yang bertindak bdk
Rom 2,15; 2 Kor 1,12. Paulus menekankan, bahwa orang beriman wajib bertindak atas dasar keyakinanya pistis;Yunanai; bdk Rom 14,23, bahkan kalau
keyakinan itu objektif keliru Heuken, 2005: 289.
2. Sifat-sifat Suara Hati