114 belum memiliki keberanian dalam menghadapi kemungkinan berbagai resiko dari
apa yang mereka lakukan atau perbuat. Namun remaja belum memiliki identitas diri yang jelas dalam lingkungan masyarakat.
Remaja belum bisa diterima di kalangan orang dewasa, hal ini dikarenakan remaja belum mampu beradaptasi, bertanggung jawab jika melakukan apa yang
dilakukan selayaknya orang dewasa. Masa remaja merupakan proses pendewasaan diri seseorang. Remaja juga bukan tergolong usia anak-anak lagi,
karena secara fisik pertumbuhan dan perkembangan sudah terbilang matang. Oleh karena itu remaja sering merasa bingung terhadap dirinya. Keberadaan mereka
ingin diterima dan diakui selayaknya orang yang sudah dewasa. Untuk itu remaja masih perlu dibimbing agar tidak salah dalam melangkah
dan menentukan arah hidupnya supaya dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kehendak Allah, berguna bagi sesama, masyarakat dan Agama. Dalam hal
ini siswa-siswi perlu juga dibina, didampingi dan dibimbing untuk dapat membentuk suara hatinya, sehingga siswa-siswi dapat meningkatkan kemampuan
mendengarkan suara hatinya. Gereja juga perlu membeberkan makna dan nilai terdalam yang bisa menerangi remaja dalam hal jalan kebenaran dan hidup.
Rekoleksi dipilih menjadi salah satu program yang diusulkan oleh penulis, di mana penulis melihat bahwa melalui rentetan atau melalui tiap-tiap proses
dalam rekoleksi peserta dapat berjumpa dengan Allah, menanggapi karya Allah dan mengolah karya Allah dalam dirinya. Dengan demikian penulis berharap
rekoleksi bisa menjadi salah satu cara yang dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati.
115
B. Program Rekoleksi Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Suara
Hati Siswa-siswi Kelas XI
Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah penulis lakukan, untuk menanggapi permasalahan siswa-siswi yang belum memiliki pemahaman yang
cukup mengenai suara hati, baik dari pengertian, maupun fungsi dan peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Penulis mencoba mengusulkan program kegiatan
rohani berupa rekoleksi bagi siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi, Luhur, Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta.
1. Latar Belakang Pemilihan Program
Pada kenyataannya bahwa siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur, Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki pemahaman dan
pengetahuan mengenai suara hati dan rekoleksi. Pada umumnya mereka juga sudah pernah mengkuti rekoleksi lebih dari satu kali. Namun siswa-siswi masih
perlu untuk diberi pendampingan agar mereka mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan untuk membina suara hati. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
membantu pemahaman tentang suara hati dan cara untuk membina suara hati, baik itu secara pribadi maupun dalam kelompok, diantaranya dengan berdoa,
merenungkan sabda Allah dengan terang Kitab Suci, dengan membaca buku-buku tentang suara hati, lewat pendidikan di sekolah dan sebagainya.
Adapun cara lain yang dapat dilakukan untuk membina suara hati menurut Bloch 2002: 14 bahwa kunci untuk mendapatkan suara hati adalah dengan
berdiam diri, menenangkan pikiran dan biarkan intuisi muncul dalam kesadaran. Untuk dapat mencapai ketenangan tersebut orang perlu melalui proses
116 penenangan diri dan penentraman pikiran seperti meditasi, membayangkan, jalan-
jalan, berkendaraan di pedesaan dan sebagainya. Di tengah kesunyian tersebut intuisi seseorang akan berbicara melalui berbagai cara melalui kata-kata,
rangsangan tubuh, perasaan tertentu, gambar, ataupun hanya berupa sebuah citrarasa bisa mengenai sesuatu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih diri
dan membiasakan diri seseorang akan dapat mengenal suara hatinya dengan jelas. Rekoleksi sebagai salah satu usaha yang dilakukan di SMA Pangudi Luhur
Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mewujudkan visi sekolah yang beriman, berciri Katolik semangat persaudaraan sejati dalam cinta dan kasih.
Untuk menjawab masalah tersebut perlu adanya solusi yang dapat membantu siswa-siswi dalam memahami suara hati. Penulis mengusulkan adanya rekoleksi
dengan metode, model, tema, materi, isi serta sarana yang dapat mendukung dan membantu dalam upaya meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati.
Rekoleksi hanyalah salah satu program yang diusulkan oleh penulis dalam usaha menjawab permasalahan yang dialami oleh siswa-siswi kelas XI di SMA
Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati. Meskipun Rekoleksi sudah
dilakukan di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan mendengarkan suara hati dengan berdoa, berefleksi, merenungkan Sabda Tuhan dll. Rekoleksi merupakan cara efektif yang dapat dilakukan dalam
upaya meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati, dimana dalam rekoleksi kelompok atau komunitas ini dapat memotivasi siswa-siswi untuk mau
117 belajar dan berkembang dalam menggali pengalaman, pengetahuan dan wawasan
baru. Saling berbagi pengalaman satu sama lain, berelasi satu sama lain, saling memberi kekuatan satu dengan lain dengan demaikian siswa-siswi semakin
diperkaya akan pengalaman satu dengan yang lain. Rekoleksi merupakan kegiatan untuk melakukan latihan hidup rohani dan berbagai rangkaian kegiatan yang
dilakukan secara sistematis dan teratur dalam bidang rohani. Pada kesempatan ini peserta mengumpulkan pengalaman kembali, kemudian pengalaman itu diolah
seperti berdoa, melakukan pemeriksaan batin, mengadakan refleksi, membuat renungan atau meditasi, kontemplasi, bersemedi dan sebagainya guna mencapai
hasil dalam hidup rohani. Melakukan pemeriksaan batin dengan maksud melihat karya Allah dalam
diri pribadi sesorang, melihat cara kerja Allah serta bimbingan-Nya dan seperti apa tanggapan terhadap karya Allah itu Mangunhardjana, 1985: 10. Pada saat
melakukan serangkaian kegiatan dalam proses rekoleksi tersebut yang didukung dengan keheningan berdoa memohon supaya rahmat Allah hadir dalam diri
pribadi, sehingga dapat mengalami perjumpaan dengan Allah dan berkomunikasi dengan Allah, dengan demikian apa yang disampaikan Allah atau diperintahkan
Allah dapat didengar dengan baik, diterima dengan pikiran dan hati, kemudian hati nurani atau suara hati memberikan penegasan dan mempertimbangkannya
bahwa hal tersebut baik dan harus dilakukan. Dalam rekoleksi pemilihan tema dan pengolahan materi yang sesuai,
kreatif sangat diperlukan agar dapat menyentuh hati peserta. Selain itu supaya rekoleksi sungguh-sungguh dapat menjadi salah satu kegiatan yang dapat