Metode Penulisan Rekoleksi Rekoleksi sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati bagi siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB II REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENDENGARKAN SUARA HATI BAGI REMAJA

A. Rekoleksi

1. Pengertian Rekoleksi

Rekoleksi berasal dari bahasa Latin “recollect” yang berarti mengingat kembali atau mengumpulkan kembali. Rekoleksi adalah khalwat pendek selama beberapa hari. Khalwat adalah pengasingan diri untuk menenangkan pikiran atau mencari ketenangan batin Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat. Rekoleksi juga merupakan salah satu upaya untuk melatih hidup rohani dan menumbuhkan rasa ingin berubah ke arah yang lebih baik. Dalam kehidupan kita sehari-hari, peristiwa-peristiwa seringkali berlalu begitu saja. Tanpa sempat kita refleksikan sehingga kita tidak mengetahui makna di balik setiap peristiwa yang di alami. Sementara iman kita mengatakan bahwa Tuhan hadir dalam peristiwa- peristiwa yang kita alami setiap harinya. Rekoleksi menjadi saat bagi kita untuk berhenti sejenak dari aktivitas rutin dan merefleksikan hidup kita untuk menemukan kehendak Tuhan Subiyanto, 1997: 96. Rekoleksi bukan sekedar mendengarkan ceramah agama atau moral, juga bukan renungan panjang atau ceramah Kitab Suci dan teologi. Pengalaman hidup yang dirasakan oleh peserta rekoleksi itu sendiri yang menjadi objek yang ditelusuri dalam rekoleksi, artinya bahwa pengalaman peserta sebagai bahan dasar yang diolah selama rekoleksi. 14 Rekoleksi mengajak orang sejenak menjenguk dan mereguk sumber spiritualitas yakni Allah sendiri yang bersemayam dalam lubuk hati yang terdalam. Kesadaran bahwa Allah punya maksud dengan hidup kita. Betapa penting dan berharganya kita di mata Allah di tengah bentangan semesta yang bertabir misteri ini, akan menjadi kekuatan sekaligus visi sebagai pemandu jalan menapaki peziarahan di muka bumi ini. Rekoleksi juga ibarat “mendulang emas”. Sungai kehidupan terus mengalir dengan membawa berbagai muatan, yang kemudian mengendap di dasarnya. Seorang pendulang akan mengambil endapan lalu mengentaskannya dan ia pun mulai mengirik dan menampinya. Setelah terpisah antara pasir yang tidak berguna, tinggallah beberapa endapan yang barangkali mengandung logam mulia. Ketika ditetesi air keras barulah bijih-bijih emas itu terkumpul. Dalam rekoleksi pun kita mencoba menampi endapan-endapan peristiwa yang terhanyut oleh aliran hidup kita, dan dari situ kita akan menemukan makna hidup yang kemilau setelah ditetesi sabda Ilahi. Para pesertalah yang mendulang bijih-bijih emas dari serpihan dan bongkahan hidupnya agar maknanya berkilauan dan layak untuk menghiasi hidupnya. Rekoleksi sebagai salah satu usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau rohani, sudah merupakan hal yang lazim dilingkungan Gereja Katolik Indonesia. Kegiatan rekoleksi sudah umum dijalankan oleh setiap organisasi yang ada dalam Gereja Katolik seperti biarawanbiarawati, para imam diosesan dan religius. Rekoleksi dilaksanakan pada beberapa hari tertentu, umumnya pada hari Sabtu dan Minggu. Waktu digunakan untuk bersemedi, mendengar ceramah serta 15 berdoa yang mendukung dan berguna untuk memperoleh kembali semangat semula dengan mendalami iman untuk membaharui cara hidup sehari-hari Heuken, 2005: 114.

2. Tujuan Rekoleksi

a. Tujuan umum

Tujuan umum rekoleksi terdiri dari segi operasional atau segi formatif. Segi operasional merupakan cara untuk meningkatkan cara, metode, teknik, kecakapan, ketrampilan para peserta rekoleksi dalam bidang pengembangan hidup pribadi, hidup bersama orang lain dan dalam bidang pelaksanaan tugas pekerjaan baik pribadi maupun kerja sama dengan orang lain. Agar para peserta menemukan cara yang epektif untuk mengembangkan diri. Tujuan yang bersifat formatif atau edukasional untuk meningkatkan kualitas para peserta baik secara pribadi maupun secara bersama sebagai kelompok, kualitas yang ditingkatkan spritualitas, sikap, pandangan, perasaan, pengetahuan, motivasi, cita-cita, panggilan hidup, gaya hidup, atau singkatnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan jiwa, hati visi manusia dan gaya bertindak serta gaya hidup yang dipengaruhi oleh unsur-unsur itu. contohnya: agar para peserta mempunyai pengertian yang benar tentang mengembangkan diri serta arahnya juga berani mengambil sikap dan langkah yang sesuai Mangunhardjana, 1985: 78-80. 16

b. Tujuan Khusus

Tujuan umum yang telah dirumuskan, lalu dirumuskan tujuan khusus yang lebih spesifik dan tetap mengacu pada tujuan umum. Yakni menguraikan tujuan acara pembuka, tujuan acara pokok pertama, kedua dan selanjutnya. Mangunhardjana,1985: 78-80. Sebagian dari unsur-unsur tujuan retret juga merupakan unsur-unsur tujuan rekoleksi, namun rekoleksi dilangsungkan lebih sering dan dalam waktu jauh lebih pendek, maka komponen-komponen rekoleksi juga lebih sedikit dan lebih sederhana. Tujuan rekoleksi dapat dirinci menurut maksud atau tujuan penyelenggaraannya. Sehubungan dengan retret, rekoleksi dapat menjadi momen untuk evaluasi dan penyegaran berkala peroses dan hasil retret dengan merenungkan kembali perjalanan hidup secara berkala, menimba cahaya, kekuatan serta semangat baru untuk melanjutkan perjalanan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Sehubungan dengan suatu persiapan, rekoleksi juga sering diadakan sebagai persiapan untuk lebih menghayati misteri iman yang dirayakan menurut tahun liturgi misalnya lingkaran Adven-Natal, Prapaskah-Paskah atau untuk menghayati peristiwa penting kehidupan pribadi, keluarga, komunitas atau kelompok Institut Karmel Indonesia Kuskupan Malang, 1998: 5-6.

3. Manfaat Rekoleksi

Dari tujuan dan makna rekoleksi kiranya nyata manfaat rekoleksi untuk hidup manusia seutuhnya, khususnya hidup kaum beriman. Dari buah-buah yang diharapkan dihasilkan rekoleksi, baik bagi diri sendiri maupun bagi hidup dunia 17 kiranya juga nyata manfaat rekoleksi Institut Karmel Indonesia Keuskupan Malang, 1998: 6.

4. Metode dalam Kegiatan Rekoleksi

Metode adalah cara untuk menciptakan hubungan antara para peserta dan sumber pembinaan. Tujuannya membantu para peserta mendapatkan pengetahuan atau kecakapan dalam situasi pembinaan itu. Pengembangan bahan ataupun materi di dalam setiap model masih diperlukan pendekatan maupun metode yang akan digunakan. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan situasi peserta demi tercapainya tujuan rekoleksi. Adapun metode-metode yang dapat digunakan antara lain: Metode informasi, metode sharing kelompok, metode dinamika kelompok, metode diskusi kelompok, dan metode refleksi.

5. Pembimbing Rekoleksi

Pembimbing memegang peranan sentral, karena seluruh proses kegiatan yang akan dilaksanakan mulai dari persiapan sampai pelaksanaan kegiatan semua dilakukan oleh pembimbing. Pembimbing sebagai pemimpin yang menentukan isi acara, cara pengelolaan, metode dan teknik, arah acara yang dituju dan mengatur kegiatan para peserta. Pembimbing mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengatur keseluruhan kegiatan. Letak keberhasilan suatu kegiatan rekoleksi sangat tergantung dari pembimbing. Dalam hal ini pribadi dan sikap- sikap pembimbing sangat menentukan warna dan arah atas pendampingan yang dilakukan. 18 Pembimbing rekoleksi berperan sebagai fasilitator yang mendampingi dan mempermudah peserta berefleksi. Pembimbing diharapkan memberi masukan yang menolong peserta agar dapat merumuskan jawaban pribadi. Seorang pembimbing juga harus memiliki kewibawaan dan kerendahan hati yang mau terus melayani, mencintai, melindungi, mengayomi. Kewibawaan status, pribadi, personal, yang bersumber pada kematangan pribadi dan semangat cinta dilengkapi dengan kewibawaan moral yang berdasar pada integritas pribadi, didukung juga oleh kewibawaan profesional yang berpangkal pada keahliannya sebagai pendamping dan disempurnakan dengan kewibawaan religius karena pengetahuan dan penghayatan religiusnya yang mendalam. Sebagai pribadi seorang pembimbing mengenal dirinya sendiri, mengetahui kekurangan dan kelebihan, segi positif dan negatifnya sendiri, sehingga mampu bertindak secara tepat dan mengurangi akibat-akibat negatifnya dari kelemahan, segi negatif dan kekurangannya. Merasa aman dan nyaman dengan diri sendiri, mantap dengan diri sendiri, sehingga dapat tampil dengan penuh percaya diri dan menarik. Lemah lembut, bertutur kata yang sopan sehingga menunjukkan seorang pendamping yang berkualitas. Kreatif dan trampil dalam mengolah bahan, beserta metode-metode yang digunakan, sehingga suasana tidak membosankan. Bersikap ramah tamah dan bersahabat dengan peserta, sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik selama proses kegiatan rekoleksi berlangsung. Menempatkan peserta sebagai subjek yang utama dan pertama. Adanya komunikasi yang baik antara pembimbing dan peserta Mangunhardjana, 1986: 131-143. 19

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja menurut Mappiare 1982, berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita. Sedangkan bagi pria 13-22 tahun. Usia remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu usia 1213 tahun sampai dengan 1718 tahun adalah remaja awal, dan usia 1718 sampai dengan 2122 adalah remaja akhir. Tetapi menurut hukum di Amereika Serikat saat ini, seseorang dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun dan bukan 21 tahun seperti ketentuan yang dikemukakan sebelumnya oleh Hurlock, 1991. Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik Hurlock, 1991. Pandangan ini didukung oleh Piaget Hurlock, 1991 yang mengatakan bahwa “secara psikilogis remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk kegolongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. 20 Fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa yang amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Masa remaja adalah masa peralihan di antara masa anak dan masa dewasa, di mana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang, mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap dan cara berpikir serta bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Peningkatan cara berkembang inilah yang sering kali dipandang orang sebagai masa pancaroba, masa badai dan gelora” Ali Asrori, 2005: 9.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

a. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting

Pada dasarnya semua aspek bagi perkembangan remaja itu adalah penting. Namun kadar kepentingan tersebut berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting dari pada beberapa periode lainya, karena akibatnya langsung terhadap sikap dan perilaku dan juga akibat-akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu memerlukan penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

b. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan

Periode peralihan pada masa remaja merupakan sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ketahap perkembangan selanjutnya. Maksudnya bahwa 21 ketika memasuki masa remaja seseorang harus meninggalkan masa kanak- kanaknya, dan apa yang terjadi di masa kanak-kanak akan selalu diingat. Dengan meninggalkan masa kanak-kanak, remaja mau tidak mau harus mempelajari pola prilaku dan sikap baru untuk menggantikan prilaku dan sikap ketika masih kanak- kanak. Namun pola prilaku dan sikap pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi pola prilaku dan sikap yang baru. Seperti dijelaskan oleh Osterrieth, Struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak, dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi perilaku, sehingga di perlukan penilaian atau peninjauan kembali terhadap nilai-nilai yang telah bergeser. Pada periode peralihan satus dan peran yang harus dilakukan belum jelas, karena pada masa ini remaja bukan lagi anak-anak dan juga bukan orang yang sudah dewasa. Namun status remaja yang tidak jelas ini memberikan keuntungan bagi remaja karena memberi peluang bagi remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, serta nilai dan sifat yang paling sesuai bagi remaja.

c. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan

Dokumen yang terkait

Evaluasi pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.

6 113 132

Pengaruh kemampuan berbahasa, kemampuan matematis dan penguasaan konsep fisika terhadap kemampuan mengerjakan soal fisika pada bahasan kinematika di kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu dan kelas XI IPA 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 0 153

Hubungan antara media pembelajaran dan kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar siswa : studi kasus siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Bantul.

0 0 138

Tingkat persepsi pacaran yang sehat menurut siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 0 108

Skripsi KESALAHAN EJAAN PADA LAPORAN STUDY TOUR SISWA SMA PANGUDI LUHUR, SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA, ANGKATAN 2007

0 0 98

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA KELAS XII IPA SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU BANTUL TENTANG HUKUM II TERMODINAMIKA

0 1 152

Upaya meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas bagi siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu Bantul demi hidup bermasyarakat yang terlibat - USD Repository

0 0 181

Upaya meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas bagi siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu Bantul demi hidup bermasyarakat yang terlibat - USD Repository

0 1 181

SUMBANGAN REKOLEKSI TAHUNAN TERHADAP MOTIVASI PENGEMBANGAN POTENSI DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA SKRIPSI

0 2 128

PENGARUH KEMAMPUAN BERBAHASA, KEMAMPUAN MATEMATIS DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA TERHADAP KEMAMPUAN MENGERJAKAN SOAL FISIKA PADA BAHASAN KINEMATIKA DI KELAS XI IPA SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN KELAS XI IPA 2 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

0 1 151