Pengaruh Penambahan CNR terhadap Karakteristik Aspal

4. VIM dan VFA; Penambahan CNR pada campuran aspal berpengaruh terhadap nilai rongga dalam campuran VIM dimanapenambahan CNR menyebabkan nilai rongga dalam campuran VIM semakin besar Gambar 4.14. Perubahan ini juga terjadi pada VFA, bahwa penambahan CNR pada campuran aspal mengakibatkan VFA semakin kecil Gambar 4.15. Dengan demikian penambahan CNR mempengaruhi VIM dan VFA dengan pola hampir linier berbanding terbalik. Hal ini kemungkinan disebabkan terjadinya perubahan berat jenis campuran aspal yang semakin besar jika ditambahkan CNR. Selain itu penambahan CNR berdampak pada perubahan besarnya molekul akibat terjadinya ikatan silang aspal dengan CNR yang juga kemungkinan mengakibatkan hal ini terjadi. Demikian juga dengan penambahan CNR-asam akrilat dan BPO juga mengakibatkan keadaan yang sama, VIM lebih besar dan VFA semakin kecil. Kemungkinan penambahan CNR, asam akrilat dan BPO menyebabkan bertambah besarnya berat jenis dan besarnya molekul aspal-CNR-AA-BPO. 5. Dari hasil penentuan kadar aspal optimum terjadi peningkatan kadar aspal optimum jika aspal ditambahkan CNR Gambar 4.16. Demikian juga dengan penambahan asam akrilat dan BPO juga dapat meningkatkan kadar aspal optimum. Meningkatnya kadar aspal optimum terjadi karena peningkatan VIM yang dipengaruhi oleh percepatan pengerasan aspal dan campurannya terhadap kemampuan penyelimutan pada agregatnya.

4.2.3 Pengaruh Penambahan CNR terhadap Karakteristik Aspal

Sukirman 2012 menyatakan bahwa terdapat tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki aspal. Pembahasan tentang karakteristik aspal mengacu kepada hasil pengujian sifat marshall aspal. Dengan demikian nilai Density, Stabilitas, Flow, VIM, dan VFA menjadi acuan baik tidaknya karakteristik aspal. Beberapa pembahasan tentang karakteristik aspal setelah ditambahkan CNR adalah sebagai berikut: 1. Stabilitas; adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, dan bleeding. Universitas Sumatera Utara Penambahan CNR pada campuran aspal mengakibatkan menunjukkan bahwa nilai stabilitas campuran aspal-CNR mengalami keadaan optimum pada kadar aspal 6 dari agregat Gambar 4.12. Keadaan ini lebih tinggi jika dibandingkan aspal murni. Hal ini disebabkan oleh kohesi ikatan antara aspal dengan agregat yang semakin baik jika ditambahkan CNR. Selain itu, penurunan nilai penetrasi, peningkatan nilai titik lembek serta perubahan viskositas yang semakin rendah juga berkemungkinan menjadi penyebab tingginya nilai stabilitas aspal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukirman 2012 yang menyatakan bahwa nilai penetrasi, titik lembek dan viskositas berpengaruh terhadap nilai stabilitas aspal. 2. Keawetan Durabilitas; beberapa hal yang mempengaruhi durabilitas aspal adalah jumlah rongga VIM dan VFA dan nilai densitas aspal. Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai VIM aspal-CNR masih lebih besar jika dibandingkan dengan aspal murni Gambar 4.14. Nilai VFA aspal-CNR juga memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai VFA aspal murni Gambar 4.15. Demikian juga dengan nilai density aspal-CNR juga lebih kecil jika dibandingkan dengan aspal murni Gambar 4.11. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik durabilitas aspal-CNR tidak lebih baik dibandingkan dengan aspal murni. 3. Kelenturan fleksibilitas; adal ah kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat penurunan fondasi atau tanah dasar konsolidasi atau settlement, tanpa terjadi retak. Salah satu yang mempengaryhu kelenturan aspal adalah daktilitas aspal. Daktilitas yang tinggi berdampak pada kelenturan yang lebih baik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan CNR pada aspal berdampak pada semakin baiknya nilai daktilitas aspal Gambar 4.5. Dengan demikian karakteristik kelenturan fleksibilitas aspal-CNR kemungkinan lebih baik dibandingkan dengan aspal murni. 4. Ketahanan terhadap kelelehan fatique resistance; adalah kemampuan beton aspal menerima lendutan berulang akibat repetisi beban lalulintas, tanpa terjadinya kelelahan berupa alur dan atau retak. Salah satu yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi ketahanan terhadap kelelehan aspal adalah jumlah rongga pada aspal VIM dan VFA. Dari hasil pengujian terlihat bahwa VIM aspal- CNR masih lebih besar jika dibandingkan dengan aspal murni Gambar 4.14. Sedangkan VFA aspal-CNR memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai VFA aspal murni Gambar 4.15. Dengan demikian karakteristik ketahan terhadap kelelahan aspal-CNR tidak lebih baik dibandingkan dengan aspal murni. 5. Kekesatan atau ketahanan geser skid resistance; adalah kemampuan permukaan beton aspal memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga kendaraan tidak tergelincir ataupun slip terutama pada kondisi basah. Salah satu yang mempengaruhi kekesatan permukaan adalah stabilitas aspal. Stabilitas aspal yang tinggi mengakibatkan nilai kekesatan permukaan yang lebih baik. Dari hasil pengujian terlihat bahwa stabilitas aspal-CNR lebih tinggi jika dibandingkan dengan stabilitas aspal murni Gambar 4.12, yang berarti karakteristik kekesatan permukaanketahanan geser aspal-CNR lebih baik dibandingkan dengan aspal murni. 6. Kedap air Impermeabilitas; adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Yang mempengaruhi impermeabilitas aspal adalah jumlah rongga pada aspal VIM dan VFA. Dari hasil pengajian terlihat bahwa VIM aspal-CNR masih lebih besar jika dibandingkan dengan aspal murni Gambar 4.14. Sedangkan VFA aspal-CNR memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai VFA aspal murni Gambar 4.15. Hal ini berdampak pada rongga yang besar dalam campuran aspal-CNR sehingga air mudah untuk masuk ke dalam campuran. Keadaan ini menunjukkan bahwa karakteristik impermeabilitas aspal-CNR tidak lebih baik dibandingkan dengan aspal murni. 7. Mudah untuk dilaksanakan Workability; adalah kemampuan campuran beton aspal untuk mudah dihamparkan dan dipadatkan. Viskositas dan kepekaan terhadap temperatur merupakan parameter yang dinilai untuk workability aspal. Hasil pengujian menunjukkan bahwa flow aspal-CNR lebih besar dibandingkan dengan aspal murni yang berarti aspal-CNR memiliki Universitas Sumatera Utara viscositas yang lebih kecil. Terlihat juga bahwa titik lembek aspal-CNR juga lebih tinggi dibandingkan aspal murni. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik workability aspal-CNR lebih baik dibandingkan dengan aspal murni. Dari pembahasan hasil pengujian sifat Marshall diperoleh informasi bahwa penambahan CNR Aspal-CNR menurunkan nilai densitas kepadatanberat isi dan rongga yang terisi aspal VFA, serta meningkatkan nilai stabilitas, flow, dan rongga dalam campuran VIM jika dibandingkan dengan aspal murni. Nilai stabilitas dan flow yang meningkat merupakan kelebihan dari sistem campuran aspal-CNR. Kelebihan ini secara fisik terlihat dengan semakin tinngi kekerasan aspal yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai penetrasi Gambar 4.1 dan meningkatnya titik lembek Gambar 4.10. Hal ini kemungkinan terjadi adanya percampuran dua material yang memiliki kekerasan fisik berbeda. Aspal mempunyai viskositas sedangkan CNR keras seperti kaca pada kondisi suhu ruang dan titik lembek aspal sekitar 46 – 54 o C sedangkan titik lembek CNR sekitar 150 o C. Selain meningkatnya nilai stabilitas dan flow, kestabilan termal campuran aspal juga meningkat. Peningkatan stabilitas, flow dan kesetimbangan termal berkemungkinan disebabkan terjadinya ikatan silang kohesi antara aspal dan CNR. Kuatnya ikatan antara aspal dan CNR menunjukkan bahwa CNR sebagai resin menambah kuatnya ikatan dalam aspal. Penurunan nilai Densitas dan VFA rongga yang terisi aspal serta meningkatnya VIM rongga dalam campuran merupakan kelemahan dalam sistem aspal-CNR dibandingkan dengan aspal murni. Semakin tinggi konsentrasi CNR yang ditambahkan dalam sistem aspal-CNR maka densitas semakin turun, VFA menurun dan VIM meningkat. Menurunnya densitas kerapatan antar molekul pada sistem aspal-CNR diakibatkan oleh terbentuknya rantai yang lebih besar. Terbentuknya rantai yang lebih besar menyebabkan semakin besarnya jarak antara rantai molekul CNR dan aspal. Terjadinya ikatan antara aspal-CNR ini di satu sisi meningkatkan titik lembek aspal, akan tetapi menyebabkan semakin Universitas Sumatera Utara membesarnya pori-pori antara rantaimolekulnya yang ditunjukkan dengan meningkatnya harga VIM dan menurunnya VFA. Dari hasil pengujian dan pembahasan juga ditemukan bahwa rongga aspal- CNR lebih besar jika dibandingkan dengan aspal murni. Besarnya rongga kemungkinan disebabkan oleh semakin besarnya berat jenis aspal-CNR. Perpaduan berat jenis aspal dan berat jenis karet mengakibatkan berat jenis aspal- CNR lebih besar berat jenis CNR 1 grml dan berat jenis karet sekitar 2 grml. Besarnya rongga ini berdampak pada menurunnya karakteristik keawetan durabilitas, Ketahanan terhadap kelelehan fatique resistence dan kedap air Impermeabilitas aspal-CNR. Rongga yang lebih besar menyebabkan air dan udara lebih mudah masuk kedalam campuran aspal sehingga ikatan campuran aspal dengan agregatnya menjadi lemah. Lemahnya ikatan antara aspal dengan agregatnya menyebabkan jalan tidak tahan lama atau cepat rusak ketika digunakan. Salah satu penelitian tentang modifikasi aspal yang hampir sama dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Suroso, TW 2011 melakukan penelitian tentang peningkatan kinerja campuran beraspal dengan karet alam dan karet sintetis. Perbedaannya adalah bahwa Suroso TW menggunakan karet alam dan karet sistesis sebagai bahan pencampuran aspal, sedangkan dalam penelitian ini digunakan CNR sebagai bahan pencampuran aspal. Tetapi masih menggunakan campuran bahan dasar karet. Dalam penelitiannya, Suroso memperoleh informasi bahwa nilai stabilitas aspal-karet alam adalah 1000 kg dan aspal-karet sintesis 968 kg. Sedangkan dalam penelitian ini diperoleh nilai stabilitas maksimum aspal-CNR adalah 1481 kg. Terlihat bahwa nilai stabilitas aspal-CNR lebih tinggi dibandingkan aspal-karet alam dan aspal-karet sintesis. Hal ini berkemungkinan terjadi karena secara fisik CNR lebih keras jika dibandingkan karet alam dan karet sintesis sehingga lebih baik untuk menahan beban. Universitas Sumatera Utara

4.2.4 Pembahasan Pengujian DTA