yang ada pada lirik lagu. Para pemain biola juga bisa menciptakan efek yang bagus dengan teknik berikut ini dengan menggunakan jari tanpa stik, dengan
memetik senar-senarnya dengan mengulang satu nada yang sama atau dua nada yang sama dengan cepat, menggesek stik pada senar-senarnya dengan cepat.
Salah satu teknik biola dikenal dengan istilah sul panticello, bermain dengan stik yang didekatkan dengan jembatan senar untuk menghasilkan bunyi
yang ringan, suara seperti kaca seperti col legno, bermain dengan stik yang dari kayu, harmoni dengan meletakkan jari-jari dari tangan kanan pada bagian-bagian
tertentu dari senarnya untuk menghasilkan bunyi yang ringan, seperti bunyi seruling dan glissando, gerakan luwes yang teratur dari jari tangan kiri ke atas
dan kebawah senar untuk menghasilkan nada naik turun. Register biola adalah yang tertinggi di antara instrumen gesek, yaitu dari nada G baca: g kecil sampai
C3 baca: c tiga.
3.2 Perkembangan Biola di Indonesia
Perkembangan instrumen biola di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat. Dikarenakan banyaknya para penikmat musik yang menyukai suara
instrumen biola serta timbulnya kesadaaran orang tua yang memberikan kesempatan pada anaknya mempelajari musik melalui instrumen tersebut
membuat biola menjadi instrumen yang tidak asing lagi bagi masyarakat indonesia.
Tidak sedikit Penikmat musik instrumen biola di Indonesia menikmati musik saat ini melalui sebuah orkestra yang dilakukan 30-60 pemain dari
Universitas Sumatera Utara
berbagai, Orkestra di Indonesia pada saat ini memiliki sebuah peranan sebagai acara hiburan untuk mengiringi artis ibukota seperti Agnes Monika, Gita Gutawa,
Titiek Puspa, Ryo Domara, Chrisye, Ebiet G Ade, Vina Panduwinata dan Tanto Wiyahya tidak terlepas juga pada grup band ternama di Indonesia seperti Kotak,
Gigi, The Changcuters, Slank dan banyak lagi grup band lainnya yang sering diiringi sebuah orkestra dalam sebuah pertunjukan, hal ini dapat terjadi apabila
pemimpin orkestra dapat mengaransir lagu yang dimainkan grup band dikombinasikan pada orkestra begitu pula pada vocal solo yang diaransir pada
iringan orkestra. Orkestra yang ada diIndonesia yang sering sekali membawakan karya-
karya klasik adalah Nusantara Symphony Orkestra NSO yang dipimpin oleh Edward Van Ness, Twilite Orkestra TO yang dipimpin oleh Addie MS dan juga
Orkes Symphony ISI Yogyakarta yang terdiri dari mahasiswa Institut Seni Indonesia dibawah asuhan Budhi Ngurah, Pipin Garibaldi, Edward Van ness,
Surti Hadi, dan Dosen yang ikut serta di dalamnya. Penamaan sebuah orkestra di Indonesia sangatlah muda, dimana orang
yang dapat memimpin orkestra dan mengaransir sebuah lagu untuk orkestra dapat mengatas namakan orkestra tersebut namanya, seperti andreas orkestra, salah
seorang seorang mahasiswa Universitas Pelita Harapan Jakarta yang menamakan orkestra namanya sendiri, Dwiki Darmawan Orkestra, Surya Vista Orkestra kota
semarang, Erwin Gutawa Orkestra, Ony orkestra dan Banyak lagi nama sebuah orkestra yang terdapat pada kota Surabaya, Bandung, Bogor, Jakarta, dan Jogja.
Namun tidak sedikit pula yang menamakan sebuah orkestra menambahkan kata
Universitas Sumatera Utara
Philharmony dan menunjukkan sebuah kota asal orkestra itu terbentuk seperti Jogja philharmony orkestra Jophilo, Jakarta Philharmony Orkestra JPO,
Surabaya Symphony Orkestra SSO, dan lain-lain. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki sangat banyak orkestra dan memiliki banyak musisi orkestra yang
kebenarannya pemain dari orkestra tersebut adalah pemain freeland yang dapat bermain pada orkestra mana saja. Salah satu orkestra Indonesia yang dapat
mengontrak musisi adalah Nusantara Symphony Orkestra dibawah asuhan Miranda Gultom yang dipimpin oleh Edward Van Ness yang saat ini beliau ada di
kota medan menjadi kepala sekolah di Sumatra Conservatoire. Para pemain yang sering terlibat didalam sebuah orkestra adalah
mahasiswa dan dosen di institute seni Indonesia Yogyakarta yang sering sekali berangkat ke Jakarta, Semarang, Bandung atau ke Surabaya dikarenakan
kurangnya pemain orkestra didaerah tersebut. Dosen dan Mahasiswa institute seni Indonesia tidak terlepas dari sekolah menengah musik SMM yang hampir
90 persen mahasiswa dan dosen di ISI Jokjakarta adalah hasil dari sekolah menengah musik.
Indonesia memiliki dua sekolah menengah musik yang satu terletak di kota Jogjakarta yang sekarang disebut SMKN 2 Kasihan Bantul dan dikota
Medan yang sering disebut SMK Negeri 11 Medan. Sekolah inilah yang banyak menciptakan musisi orkestra yang setelah melakukan pendidikan selama 4 tahun
berangkat ke Institut Seni Indonesia Jogjakarta dan menjadi pemain orkestra. Sekolah menengah musik adalah bibit dari tumbuhnya musisi orkestra
diIndonesia. Sekolah musik ini memiliki pelajaran musik yang sangat sulit, siswa
Universitas Sumatera Utara
yang tamat dari sekolah ini adalah siswa yang telah mengikuti kompetensi dengan bermain solo instrumen dan diiringi piano. Sekolah musik juga memiliki
orkestra yang sering dibawa untuk bermain disuatu tempat tak jarang juga siswa- siswi SMM sering sekali berangkat ke luar kota untuk bermain orkestra. Sekolah
musik ini juga memiliki sebuah pelajaran yang sama dengan sekolah-sekolah lainnya seperti mate-matika, bahasa Indonesia, PPKN, namun tetap lebih menitik
beratkan pelajaran musiknya. Saat ini mungkin telah berubah karena tuntutan pemerintahan pada sebuah kurikulum.
Siswa-siswi dari sekolah inilah kebanyakan selalu menjadi musisi orkestra terlebih pada instrumen biola yang banyak menggunakan pemain dalam
pertujukannya. Pemain orkestra harus dapat memainkan lagu secara langsung primavista, teknik primavista adalah teknik membaca partitur dengan
menggunakan tempo dan nada yang baik yang saat itu juga dapat diaplikasikan pada sebuah instrumen. Teknik tersebut harus didasari oleh pengetahuan dan teori
yang cukup kuat agar dapat memberikan suara dan nada yang diinginkan komposer dan interpretasi kondukter, tidak sedikit pula para musisi orkestra yang
pada awalnya tidak belajar disekolah menengah musik khususnya pada instrumen biola dikarenakan pada saat itu telah berdiri juga instansi swasta seperti Irama
Musik, Lembaga Musik Murni Sumatra Concevatoire, dan Medan Musik. Namun demikian pembelajaran instrumen biola di Indonesia masih
banyak mengalami kekurangan terhadap sebuah metode, instrumen yang kurang memadai, dan seorang guru dengan kapasitas yang baik, banyaknya minat untuk
Universitas Sumatera Utara
Pembelajaran biola di Indonesia menjadikan kurangnya pendidik atau instruktur biola dalam mempelajari instrumen biola.
Banyaknya instansi, sekolah musik, maupun universitas yang telah banyak membuat musik menjadi mata pelajaran yang dikhususkan mempelajari
musik dari berbagai instrumen, hal ini menjadikan banyaknya para musisi yang profesional untuk memainkan instrumen khususnya biola sehingga para musisi
mencari pekerjaan melalui instrumen tersebut pada sebuah grup Band, Chamber maupun ansambel terlebih sebuah orkestra dari kelompok yang lebih besar lagi
serta menjadi seorang guru dengan tingkat edukasi yang tinggi terhadap instrumen.
Terlebih lagi bentuk grup yang dilakukan 4, 5 sampai 8 pemain biola, banyaknya gendre musik seperti pop, blues, balada, dangdut, rock sampai pada
musik kontenporer yang melibatkan instrumen biola dalam pencapaian bunyi dan nada yang diiginkan terlebih lagi musik-musik daerah seperti melayu,
simalungun, Sunda untuk sebuah iringan tarian dan ritual dengan posisi bermain berbeda dengan musik barat.
3.3 Teknik Dasar Permainan Biola