BAB I PENDAHUUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan musik adalah salah satu bagian penting dari subsektor pendidikan kesenian di Indonesia, yang memiliki potensi yang sangat besar untuk
dikembangkan. Namun dalam kenyataannya, masih memiliki beberapa kendala yang meliputi sistem pendidikan, kurikulum, tenaga pengajar, fasilitas,
perpustakaan, pembiayaan, dan lain sebagainya. Menurut penulis, hal yang paling kurang mendapat perhatian adalah sebuah metode pembelajaran musik.
Pembelajaran adalah titik sentral pendidikan musik yang seharusnya menggunakan metode sebagai alat untuk mencapai keberhasilannya.
Profil pendidikan musik kita tampak beraneka ragam. Berbagai bentuk penyelenggaraan pendidikan musik dari yang formal seperti sekolah menengah
musik hingga perguruan tinggi atau kursus-kursus musik privat, tetapi terdapat fakta bahwa pembelajaran musik pada umumnya kurang memperhatikan
metodenya. Pendidikan musik tanpa menggunakan metode pembelajaran tentu tidak menguntungkan Martopo, 2005:3.
Pembelajaran instrumen merupakan salah satu bentuk pendidikan musik. Pembelajaran tersebut menggunakan berbagai metode, kemudian metode tersebut
ditulis dalam bentuk notasi balok, dibuat menjadi sebuah buku panduan sebagai sebuah metode untuk proses pembelajaran praktik instrumen. Kemudian
diterapkan kepada peserta didik melalui sebuah teknik, lagu, arpeggio, serta tangga nada dalam permainan instrumen. Hal ini dilakukan dengan sebuah
Universitas Sumatera Utara
metode untuk pembelajaran musik. Pertunjukan musik dan sarana untuk mempelajari musik saat ini sangat berkembang pesat. Hal ini dapat dibuktikan
melalui banyaknya alat-alat musik yang sudah berkembang, buku panduan instrumen musik, tempat untuk mempelajari musik, serta tumbuhnya kesadaran
orang tua, yang memberikan kesempatan kepada anak-anaknya mempelajari musik walaupun tujuannya bukan untuk menjadikan anak mereka musisi yang
profesional. Keadaan ini menjadikan perkembangan musik di Indonesia sangat berkembang pesat.
Namun demikian, di sisi lain permasalahannya adalah, tidak sedikit para orang tua yang berpendapat, ketika anaknya ingin mempelajari musik harus
mempunyai bakat tersendiri, yang mana Bakat tersebut sudah terlihat oleh orang tua sejak seorang anak berusia 5 sampai 10 tahun. Pemikiran orang tua yang
selalu beranggapan pada sebuah bakat terhadap sebuah pembelajaran, menjadi sebuah faktor penghambat untuk proses pembelajaran khususnya pada instrumen
musik. Akibatnya anak tidak akan pernah dapat menjadi musisi yang profesional, dikarenakan tidak adanya pelatihan mempraktikkan instrumen musik serta
dukungan yang lainnya, jika para orang tua menunggu anak tumbuh dengan bakat ketika mempelajari instrumen musik.
Sugesti para orang tua terhadap sebuah bakat, menimbulkan sebuah pertanyaan negatif, bagaimana seorang anak yang tidak memiliki bakat
mempelajari sebuah instrumen musik, apakah anak tersebut tidak dapat menjadi musisi yang handal, atau seorang komposer dengan karya yang luar biasa.
Sebaliknya, dengan anak yang memiliki bakat apakah sudah pasti menjadi
Universitas Sumatera Utara
seorang musisi yang profesional atau seorang komposer. Kesuksesan anak mempelajari musik bukan hanya dari faktor bakat yang dimiliki anak. Tetapi,
dukungan orang tua, guru, teman dalam bermain, kurikulum, metode, berlatih di rumah, pertunjukan dan ujian, yang dilakukan anak menjadi sebuah faktor yang
perlu diketahui para orang tua. Pembelajaran instrumen musik tanpa bimbingan orang tua dan seorang guru, seorang anak akan kesulitan untuk mengeluarkan
bakatnya dalam mempelajari musik. Faktor-faktor tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan orang tua dan guru untuk kemahiran
seorang anak atau peserta didik. Keinginan orang tua yang ingin anaknya cepat dalam mempelajari musik
menjadikan peran penting seorang guru dibutuhkan dalam sebuah proses belajar- mengajar praktik instrumen. Apabila dalam pembelajarannya seorang guru
memberikan materi dengan cara yang sangat monoton, akibatnya anak yang mempelajari musik, akan lambat untuk dapat memainkan sebuah lagu dari sebuah
instrumen yang dipelajari seorang anak, dan tidak mau mempelajari musik dari instrumen musik khususnya pada instrumen biola.
Dalam hal ini, seorang guru harus mengerti akan sebuah permasalahan dari sebuah bahan ajar dan sebuah metode, serta mengerti akan proses penerapan
pembelajarannya. Kemudian memiliki hubungan yang baik antara orang tua peserta didik dengan guru pendidik instrumen musik. Kedekatan para orang tua
peserta didik dengan seorang guru praktik, menjadi hal yang sangat baik untuk proses pembelajaran praktik instrumen tersebut, karena guru dan orang tua akan
mengetahui kegiatan apa yang dilakukan peserta didik ketika mempelajari praktik
Universitas Sumatera Utara
instrumen dengan seorang guru di sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik, serta kegiatan peserta didik ketika mengulang kembali praktik instrumen
dirumah, yang telah diajarkan seorang guru dalam pembelajaran praktik instrumen terlebih pada instrumen biola.
Biola adalah salah satu instrumen musik yang sering sekali dipelajari seorang anak yang dibunyikan malalui gesekan, dan sumber bunyinya berasal
dari dawai yang digesek atau dipetik sesuai dengan kebutuhan fungsi dan kegunaannya. Biola merupakan salah satu instrumen yang sempurna secara
akustik dan kemampuan musikal yang serbaguna, bahkan penampilannya indah dan juga emosional. Register suara biola juga hampir mendekati suara sopran
manusia. Selain itu, biola yang disajikan pemainnya juga memiliki kemampuan untuk dapat memainkan nada dengan cepat dan lincah serta figurasi yang
cemerlang efeknya. Selain itu dapat menjangkau suasana lirik dan lembut hingga tercipta suasana yang gemilang dan dramatik, tergantung dari keinginan dan
kepiawaian pemainnya. Kapasitas untuk menahan nada amat mengagumkan dan jarang sekali instrumen lain dapat menghasilkan begitu banyak nuansa dari
ekspresi dan intensitas suaranya.
1
Biola adalah alat musik yang memiliki 4 senar, terdiri dari senar yang paling rendah adalah G atau sol, kemudian D atau re, A atau la, serta E atau mi
senar yang register nadanya paling tertinggi di instrumen biola. Biola sering sekali disebut dengan violin, biola juga memiliki kesamaaan dengan instrumen
biola alto viola, cello violoncello, dan contrabass contrabasso. Jarak stem
1
R.M. Surtihadi, Tan Thiam Kwie Celah-celah Kehidupan Sang Maestro Pendidik Musik Tiga Zaman, Panta Rhei Books, Yogyakarta, 2008, hal. 13.
Universitas Sumatera Utara
dari seluruh intrumen ini terdiri dari interval kwint atau jarak 3 12 laras dan teknik memainkannya melalui gesekan, perbedaannya adalah pada ukuran size
dan register nada dari setiap instrumen. Biola salah satu alat musik yang sangat berperan penting untuk sebuah
orkestra, yang memainkan karya-karya musik maupun komposisi musik klasik. Banyaknya pemain biola yang dibutuhkan untuk sebuah orkestra dapat mencapai
16 sampai 28 musisi yang dapat memainkan instrumen biola untuk membentuk sebuah harmonisasi yang baik. Pemain biola di dalam sebuah orkestra dibagi
menjadi dua sampai tiga bagian yang disebut dengan pemain biola 1, 2, dan 3. Pemain biola 1 memainkan melodi, sedangkan pemain biola 2 memainkan
harmoni dengan nada 1 oktaf di bawah biola 1, biola 3 juga memainkan harmoni 1 oktaf di bawah biola 2, agar mendapatkan suara yang baik dan harmoni yang
seimbang. Selain dalam orkestra, pemain biola juga sering tampil dalam sebuah
kelompok-kelompok kecil seperti string kuartet yang dimainkan sebanyak 4 orang pemain instrumental yang terdiri dari biola 1, biola 2, alto, dan cello, dan
dapat juga menghilangkan biola 2 dan menambahkan contrabass. Begitu juga dengan duet yang dimainkan 2 orang pemain instrumen seperti biola dengan biola
atau biola dengan instrumen yang lain seperti flute, cello, biola alto, dan juga contrabass.
Biola juga sering sekali digunakan dalam format musik yang lain. Seperti Jazz, Pop, Blues, sampai pada musik tradisi atau lagu-lagu rakyat seperti Melayu,
Keroncong dan jenis musik tradisi lainnya. Terlebih lagi biola juga sering
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dalam bentuk solo dengan iringan orkestra, piano, maupun kelompok- kelompok kecil lainnya seperti ansambel dan string kuartet. Hal ini sering
terdapat pada karya-karya musik klasik untuk sebuah aplikasi dalam pembelajaran instrumen biola.
Musik klasik adalah salah satu jenis musik diatonis di antara sekian banyak jenis atau bentuk musik yang sering sekali dimainkan oleh instrumen
biola dalam bentuk Partita, Sonata, Concerto, Pieces, Musik Kamar, dan bentuk karya lainya. Di dalam karya-karya inilah terdapat karakter-karakter musik
seperti riang, lirih, dan juga dramatik, yang sering dimunculkan dengan indah melalui suara biola yang sesuai dengan bentuk karya-karya tersebut ketika
memainkan instrumen biola. Selain interpretasi, pemain biola juga harus memiliki teknik yang baik
serta pemilihan repertoar yang tepat. Sesuai dengan tingkat kemampuan pemain biola, agar dapat memainkan karya tersebut dengan indah dan sempurna. Namun,
permasalahan yang sering terjadi ketika memainkan bentuk karya tersebut adalah teknik tangan kiri pada penjarian seperti posisi jari dan perpindahan posisi,
tangan kanan pada gesekan seperti teknik legato, staccato, detache, spiccato, serta teknik lainnya pada instrumen biola.
Permasalahan teknik tangan kiri seperti posisi jari dan perpindahan posisi, tangan kanan pada gesekan seperti teknik legato, staccato, detache, spiccato,
serta artikulasi sering sekali terdapat pada sebuah pembelajaran praktik instrumen biola. Hal ini dilakukan baik pada sebuah universitas atau institut seni jurusan
musik, sekolah musik, maupun instansi musik. Ketika pelajar biola memilih
Universitas Sumatera Utara
sebuah reportoar atau karya musik klasik, yang akan dimainkan seorang pelajar untuk kepentingan ujian atau sebuah pertunjukan, selalu merubah teknik
penjarian, gesekan, pada karya instrumental tersebut agar dapat mempermudah pelajar dalam memainkan karya atau reportoar musik. Perubahan yang dilakukan
pelajar biola pada teknik tangan kanan seperti gesekan legato, staccato, detache, spiccato, dan tangan kiri seperti penjarian, posisi jari, perpindahan posisi serta
artikulasi lainnya sering sekali lebih menyulitkan pelajar biola dalam memainkannya bukan mempermudah ketika memainkan karya tersebut.
Hal ini terjadi karena seorang pelajar biola tidak mengerti akan persoalan setelah merubah teknik-teknik yang ada pada karya tersebut. Kemudian
permasalahan ketika seorang pelajar biola mengikuti tulisan atau simbol yang ada pada sebuah reportoar atau buku panduan, pelajar juga mendapatkan kesulitan
dalam memainkannya, dikarenakan pemain yang telah merubah teknik dan artikulasi pada karya tersebut adalah pemain musik atau musisi yang sangat
hebat, bukan mengacu pada proses pembelajaran. Maka penulisan teknik dan gesekan seperti legato, staccato, detache, spiccato, dan masalah penjarian, yang
ada pada karya-karya tersebut atau buku panduan akan selalu menurut kemampuan dan kehebatan musisi yang telah merubahnya. Akibatnya perubahan-
perubahan teknik tersebut sering sekali kurang sesuai untuk pemain biola pada tahap pembelajaran, bahkan cendrung lebih sulit secara teknik baik dari
penjarian, gesekan dan artikulasi lainnya. Siswa sekolah musik atau peserta didik biola, yang ada pada sebuah
sekolah, instansi atau lembaga musik maupun universitas dan sebuah institut,
Universitas Sumatera Utara
sering sekali lebih memfokuskan kepada sebuah pembelajaran praktik instrumen. Dimana proses pembelajaran bahan lagu dan teknik tersebut akan diujiankan,
sudah dilatih oleh pelajar biola dan dibimbing oleh instruktur violin 6 enam bulan sebelum bahan tersebut diujiankan. Permasalahannya adalah siswa atau
pelajar biola yang memainkan lagu, teknik dan tangga nada, selalu berpedoman pada buku panduan yang mana peserta didik akan mempelajari, mencari serta
mempermudah semua yang akan dimainkan peserta didik, pada sebuah lagu maupun teknik yang akan diujiankan oleh pelajar atau pemain biola tersebut.
Buku panduan yang memfokuskan pada sebuah lagu, teknik serta tangga nada, banyak memiliki kesamaan dan perbedaan yang terdapat pada beberapa
buku panduan, membuat pelajar maupun pemain biola akan memilih edisi mana yang akan dipakai pada buku panduan tersebut. Perbedaannya adalah pada teknik
tangan kanan seperti gesekan legato, speccato, staccato dan tangan kiri seperti penjarian dan posisi. Permasalahan lain adalah bahwa setiap edisi yang ada pada
buku panduan memiliki teknik yang berbeda-beda pada titik kesulitan dan kemudahannya. Hal ini membuat pelajar dan pemain biola sering sekali merubah
teknik yang ada pada sebuah lagu menurut kepentingan pelajar maupun pemain biola.
Terlebih lagi permasalahan pada peserta didik ketika mempelajari biola,
pada tahap awal pembelajaran. Guru yang mengajarkan peserta didik tidak melalui buku panduan, tetapi lagu yang diajarkan seorang guru terdapat pada
sebuah buku panduan. Proses tersebut dilakukan guru praktik dikarenakan sulitnya peserta didik untuk membaca not balok, kemudian diaplikasikan pada
Universitas Sumatera Utara
instrumen biola. Akibatnya peserta didik akan dapat memainkan beberapa lagu saja yang mana proses memainkan lagu tersebut melalui hafalan dan tidak
membaca buku panduan yang ada melalui sebuah notasi. Hal ini dapat diatasi melalui awal pembelajaran pradasar seorang peserta
didik ketika melakukan praktik dengan seorang guru. tanda baca yang diawali seorang guru dalam pembelajaran, kemudian menjelaskan teori musik barat dan
cara mengaplikasikan pada pembelajaran insrumen biola pada penjarian dan teknik gesekan. Kesulitan yang terdapat pada buku panduan yang dirubah oleh
seorang peserta didik biola, sebaiknya terlebih dahulu dikonsultasikan pada seorang guru praktik, agar peserta didik mendapat sebuah arahan, masukan, atau
pelajaran teknik untuk dapat menguasai permasalahan yang terdapat pada buku panduan.
Buku panduan yang memiliki perbedaan pada setiap edisi, memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, hal ini dapat dipilih oleh seorang guru praktik
untuk bahan yang akan di pelajari peserta didik melalui teknik tangan kiri dan tangan kanan, dinamika, interpretasi ketika peserta didik memainkan sebuah lagu
melalui teknik dan interpretasi pada instrumen biola. Kemudian banyaknya metode pembelajaran biola yang diambil melalui
lagu-lagu rakyat yang ada pada buku panduan seperti German Folk Song, French Folk Song, dan lagu-lagu rakyat Eropa lainnya, untuk kebutuan kurikulum dalam
pembelajaran instrumen biola. Hal ini sering sekali terdapat untuk sebuah pembelajaran awal ketika mempelajari praktik instrumen biola, yang selalu
memainkan sebuah lagu dalam pembelajarannya melalui penjarian dan gesekan.
Universitas Sumatera Utara
Melalui permasalahan ini, maka guru harus mengerti serta mengetahui hal dasar apa yang harus diajarkan pada seorang peserta didik seperti, memberikan
peserta didik kenyamanan bermain sebuah lagu, sesuai dengan tingkatan peserta didik, pemilihan bahan yang tidak terlalu sulit untuk dipelajari peserta didik,
mengertikan peserta didik tujuan dari teknik yang diterapkanya pada sebuah lagu. Memainkan bahan tersebut secara bersamaan dengan murid ketika mengajarkan
dan memainkan sebuah lagu pada peserta didik ketika mempraktikan instrumen biola.
Selain lagu, terdapat juga sebuah tangga nada scale pada buku panduan, hal ini dilakukan untuk mempermudah penjarian dalam memainkan sebuah
tangga nada dengan metode seperti perpindahan posisi jari, penempatan sebuah jari, dan awal sebuah jari ketika memainkan sebuah tangga nada. Metode ini
menjadi sebuah identitas, ketika pemain atau pelajar biola bermain tangga nada, pemain biola yang lain akan mengetahui buku panduan apa yang dipakai pemain
biola dalam memainkan tangga nada tersebut. Berbeda halnya dengan buku panduan untuk mempelajari teknik dasar
yang mana buku panduan tersebut mengajarkan anak gesekan dan penjarian pada posisi satu. Maka dalam hal ini guru praktik harus mengerti cara mengajarkan
teknik gesekan dan penjarian, agar peserta didik tidak merasa jenuh ketika mempelajari gesekan, serta penerapan penjarian. Guru praktik juga harus memilih
buku panduan yang tepat, untuk sebuah pembelajaran pada tahap awal praktik instrumen biola.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini terlihat melalui banyaknya buku panduan pembelajaran instrumen biola yang cukup sulit, untuk tahap pembelajaran yang terdapat pada buku
panduan. Walaupun peserta didik mendapatkan kesulitan melalui nada yang tidak harmonis untuk mempelajari proses praktik instrumen biola dirumah.
Pembelajaran awal praktik instrumen biola melalui sebuah gesekan menjadi hal yang harus dipertimbangkan dan dimengerti oleh seorang guru.
Pembelajaran ini menjadi sebuah permasalahan bagi seorang peserta didik, ketika mempelajarinya di rumah secara mandiri, tanpa sebuah iringan dan bantuan oleh
seorang guru. Peserta didik akan merasa jenuh ketika mempelajari gesekan pada instrumen biola, karena dalam pembelajaran awal instrumen biola, peserta didik
tidak memainkan sebuah melodi, melainkan melatih sebuah gesekan dari salah satu senar kesenar yang lain untuk awal pembelajaran instrumen biola. Akibatnya
keinginan dan semangat peserta didik akan berkurang ketika mempelajari instrumen tersebut, kemudian para orang tua akan menganggap anaknya tidak
berbakat dalam mempelajari instrumen tersebut dan segera menghentikan proses pembelajaran biola. Pembelajaran pada teknik gesekan yang dilakukan awal
pembelajaran, dapat berlangsung sebanyak 4 empat sampai 12 dua belas pertemuan.
Permasalahan ini sangat berbeda dengan pembelajaran piano yang ketika mempelajari instrumen tersebut pada tahap awal praktik, peserta didik sudah
dapat memainkan tiga sampai lima nada yang dapat membentuk sebuah melodi, ketika mempelajari praktik instrumen piano. Berbeda dengan praktik instrumen
biola yang ketika anak ingin mendapatkan beberapa nada untuk membentuk
Universitas Sumatera Utara
sebuah melodi, peserta didik harus dapat memainkan penjarian satu sampai pada penjarian tiga, untuk dapat memainkan biola. Pembelajaran awal ini dapat
menghabiskan waktu selama 4 empat sampai 6 enam bulan untuk mendapatkan penjarian yang baik. Permasalahan penjarian yang ada, dikarenakan
produksi nada, terdapat pada jari ketika memainkan biola, hal ini karena instrumen biola tidak memiliki tempat penjarian fret yang pasti, ketika
memainkan sebuah nada melalui penjarian. Teknik penjarian pada instrumen biola menjadi sebuah masalah yang
sering terdapat ketika mempelajari instrumen tersebut. Hal ini menjadi cukup penting dimengerti seorang guru agar dapat menyampaikannya kepada peserta
didik biola, untuk mengerti akan proses pembelajaran penjarian yang akan dicapai oleh seorang peserta didik. Kemudian mendengarkan nada yang
dihasilkan melalui penjarian peserta didik. Guru juga harus memilih buku panduan yang tepat untuk peserta didik biola yang sedang menerapkan penjarian
atau memainkan instrumen biola. Permasalahan tangan kanan dan tangan kiri pada instrumen biola adalah
hal yang sangat penting dimengerti secara baik oleh pemain biola, agar mendapatkan keindahan dari karya-karya yang akan dimainkan. Buku panduan
lagu dan teknik serta tangga nada yang ada ketika mempraktikkan instrumen biola, memiliki kesamaan pada sebuah sekolah dan juga instansi atau lembaga
musik, sering sekali dimainkan peserta didik untuk proses pembelajarannya. Buku panduan tersebut seperti Suzuki Violin buku 1-8, Keyser 1-2, Majas,
Wolhfath 1-2, Kreuzer, A Tune A Day 1-2, David’s Violin School, Marcel Pinkse,
Universitas Sumatera Utara
Mathieu Crickboom, William Henley, Hanssit, Douze Petits Duos F, WohlFahrt, Scales Studies, dan banyak lagi buku panduan pembelajaran untuk kepentingan
praktik biola. Banyaknya sebuah metode yang terdapat pada buku panduan untuk proses
praktik instrumen biola, melalui teknik yang bermelodi seperti sebuah lagu yang diaransemen sesuai kebutuhan teknik yang ada pada tangan kanan dan tangan
kiri. Hal ini dilakukan, agar proses pembelajaran biola menjadi lebih baik dengan bermain dengan nada-nada yang indah konsonan. Lagu-lagu yang diciptakan
untuk sebuah teknik biola kebanyakan diambil dari nada-nada lagu rakyat Eropa dan lagu yang telah populer di telinga untuk proses pembelajaran instrumen biola.
Hal ini sering sekali diterapkan para pemula yang sedang mempelajari instrumen biola pada sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik. Sekolah
musik, selalu memakai buku panduan atau bahan praktik, baik dari sebuah lagu maupun teknik, yang selalu memilih bahan yang acuannya pada sebuah
universitas ataupun sebuah institut musik. Akibatnya lagu dan teknik yang dipraktikkan siswa selalu sulit dan terlalu tinggi, karena tidak memiliki
standarisasi kurikulum, konsep edukasi, dan metode pelajaran dan pengajaran pada siswa yang terdapat pada sebuah sekolah dan tidak pernah memfokuskan
bahan pembelajaran biola tersebut sampai selesai. Institut musik atau universitas selalu menerima pemain biola sebagai
mahasiswa yang tidak diajarkan untuk pembelajaran awal sebuah praktik instrumen. Berbeda halnya ketika pelajar biola masuk ke dalam sebuah sekolah
musik maupun instansi musik. Pelajar dapat masuk kedalam sebuah sekolah
Universitas Sumatera Utara
maupun lembaga musik untuk mempelajari sebuah instrumen tanpa memiliki pengetahuan tentang musik baik pada teori maupun instrumen musik.
Permasalahan ini jelas memiliki perbedaan antara sebuah universitas, sekolah musik, maupun sebuah instansi tempat pembelajaran musik.
Proses pembelajaran instrumen tersebut pada sebuah institut atau universitas, adalah mahasiswa lebih mandiri untuk sebuah praktik yang
dibimbing oleh dosen atau instruktur instrumen beberapa kali selama sebulan, dan tidak pada sebuah rutinitas proses memainkan bahan dari awal sebuah lagu
sampai akhir sebuah lagu. Maka dalam hal ini mahasiswa yang mempelajari bahan tersebut, akan selalu mencari, melatih serta melihat video-video dan
contoh-contoh musisi yang telah memainkan bahan atau karya yang sedang dipelajari mahasiswa tersebut melalui teknik dan interpretasi.
Berbeda halnya proses pembelajaran praktik instrumen antara sebuah sekolah musik dan sebuah instansi atau lembaga musik, yang mana sekolah
musik hanya mengkhususkan pada pelajaran musik saja baik pada sebuah teori maupun pada sebuah praktik instrumen. Sekolah musik memiliki visi dan misi
menciptakan musisi yang akan bermain musik setelah menyelesaikan studi di sekolah musik tersebut. Maka melalui visi dan misi sekolah, pelajar akan banyak
berlatih dan mempelajari semua yang berbentuk pelajaran musik, baik sebuah teori maupun praktik instrumen yang dibimbing instruktur maupun guru musik
secara rutinitas dari awal pembelajarannya sampai pada tingkat yang cukup sulit untuk pembelajaran praktik instrumen tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Terlebih lagi sebuah instansi atau lembaga musik yang melakukan proses pembelajarannya dilakukan sebanyak 4 empat pertemuan dalam satu bulan yang
masing-masing pertemuan selama 30 menit dan proses belajar-mengajar yang dilakukan sebuah instansi berbentuk privat yang hanya dilakukan guru dan
murid. Proses pembelajarannya dilakukan tanpa menuntut kemahiran dari seorang peserta didik yang sedang mempelajari musik. Hal ini menjadikan sebuah instansi
musik tidak memiliki standarisasi pencapaian pelajar musik untuk menjadikan seorang pelajar menjadi musisi yang hebat.
Sebaliknya, terdapat juga disebuah instansi kurikulum pembelajaran praktik instrumen dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi, ketika
mempelajari sebuah instrumen musik. Tanpa memikirkan seorang anak dengan mata pelajaran yang lainnya. Sebagian instansi dan lembaga musik memiliki
standarisasi untuk diujiankan pada akhir semester dan dapat juga tidak diujiankan oleh peserta didik yang disebut dengan akademis dan non-akademis.
Instansi atau lembaga musik ini juga membuat dua pilihan untuk para murid, dapat memilih regular dan non-regular atau akademis dan non-akademis,
regular atau akademis memiliki sebuah persyaratan khusus yang dilakukan anak setiap akhir semester, seperti ujian dan mengambil mata pelajaran musik lainnya
seperti perkusi, solfegio, teori, analisis, dan chamber yang wajib untuk sebuah persyaratan regular atau akademis. Berbeda halnya dengan non-regular atau non-
akademis yang dapat tidak mengambil mata pelajaran selain praktik instrumen dan dapat tidak mengikuti ujian setiap akhir semester. Hal ini diciptakan karena
banyaknya peminat musik, yang ingin belajar instrumen musik setelah dewasa,
Universitas Sumatera Utara
serta kebijakan sebuah instansi musik untuk tidak menutup jalur peminat musik di usia dewasa dalam bentuk proses pembelajaran instrumen pada sebuah instansi
atau lembaga musik khususnya Pelajar musik pada usia dewasa. Selain ujian pada sebuah instansi terdapat juga ujian internasional seperti
ABRSM Associated Board of the Royal School of Music yang dilakukan perorangan terlepas dari sebuah instansi musik. Kurikulum yang dipakai untuk
ujian ABRSM adalah kurikulum yang diciptakan dari kerjasama seluruh universitas yang ada di Eropa direvisi dan dikembangakan selama 3 tahun sekali
pada pembelajaran praktik instrumen maupun teori musik yang bahan tersebut dipakai hanya untuk bahan ujian saja.
Instansi juga membuat sebuah pembelajaran biola yang berbentuk kelas yang terdiri dari 8 murid dan 1 pengajar biola. Pembelajaran ini dilakukan karena
banyaknya anak yang lebih senang bermain bersama teman-temannya, proses pembelajaran ini selama 45-60 menit dan lebih kepada bentuk ansambel dengan
memakai melodi yang sama dalam praktik pembelajarannya. Pembelajaran musik yang di lakukan sebuah instansi, lebih kepada target sebuah kurikulum
pembelajaran yang akan diujiankan dua kali selama setahun yang diawali pada sebuah tingkatan great pradasar 1 dan 2, dasar 1 sampai 4, menengah 1 dan 2,
lanjut 1 dan 2, hal ini dilakukan selama anak masih belajar pada sebuah instansi musik. waktu yang dihabiskan anak untuk mencapai tingkatan lanjut 2 selama 5
tahun. Universitas atau institut, sekolah, serta instansi atau lembaga musik yang
ada di Indonesia, lebih mengkhususkan pada sebuah praktik instrumental yang
Universitas Sumatera Utara
didukung oleh sebuah pelajaran teori, solfegio, sejarah, analisis, chamber atau ensambel, praktik instrumen biola adalah salah satu instrumen yang dipelajari di
sebuah universitas, sekolah maupun instansi. Melalui permasalahan-permasalahan ini penulis ingin meneliti sebuah
metode pembelajaran praktik instrumen biola melalui buku panduan pembelajaran instrumen biola yang dikhususkan penulis pada tiga buku panduan:
a A Tune A Day, 2 Suzuki Violin, serta 3 Kurikulum ABRSM pada sebuah teknik dan lagu, yang terdapat pada buku-buku tersebut. Kemudian penulis
memfokuskan pada buku panduan A Tune A Day 1 Satu, yang mana terdiri dari buku 1 satu dan 2 dua, Suzuki Violin 1 yang terdiri dari buku 1 satu sampai 8
delapan serta Kurikulum ABRSM pada buku 1 yang terdiri dari buku 1 satu sampai 8 delapan. Hal ini akan diteliti oleh penulis pada musik program yang
terdapat pada sekolah Chandra Kusuma School, Sekolah ini memiliki kelas biola untuk pembelajaran praktik instrumen yang termasuk dalam mata pelajaran seni
budaya yang lebih di spesifikasikan. Seni budaya merupakan salah satu pelajaran yang terdapat di sekolah
Chandra Kusuma School. Mata pelajaran seni budaya meliputi bidang seni rupa, tari, dan musik. Pada pembahasan seni musik biasanya peserta didik
mendapatkan pokok pembahasan sejarah musik, musik populer, dan mempelajari cara membaca notasi angka dan notasi balok. Begitu pula peserta didik juga dapat
mempelajari alat musik seperti, rekorder, pianika, angklung, dan guitar, serta membahas materi tentang musik. Sekolah Chandra Kusuma School
memanfaatkan proses pembelajaran ekstrakurikuler ataupun mata pelajaran wajib
Universitas Sumatera Utara
dalam bidang musik pada siswa yang ingin belajar praktik instrumen musik secara lebih serius. Misalnya marching band, band, komposisi, ataupun
mempelajari alat intrumen klasik seperti violin, viola, cello, flute, guitar, dan piano.
Siswa-siswi Sekolah Chandra Kusuma School dapat memilih berbagai instrumen musik untuk musik program. Sekolah Chandra Kusuma School
menggunakan mata pelajaran ekstrakurikuler untuk dapat mempelajari alat musik klasik dan tradisional. Adapun alat musik yang digunakan dalam pembelajaran
yaitu mempelajari alat musik angklung, pianika, rekorder, violin, viola, cello, contrabass, flute, piano, paduan suara, dan komposisi. Prosesnya melibatkan
guru-guru yang mempunyai kemampuan secara individu untuk mengajar dan memainkan alat musik tersebut. Proses pembelajaran musik di sekolah Chandra
Kusuma School merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar-
mengajar dengan menggunakan fasilitas pendidikan yang telah disediakan. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan pekembangan otak, sains, dan
musikalitas peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada fungsi dan tujuan pembelajaran tersebut, dimana peserta didik tersebut dibentuk untuk dijadikan
sebagai pemain orkes di dalam sebuah kelompok orkestra kecil. Sekolah Candra Kusuma School yang terletak di Kota Medan yang
menggunakan metode pembelajaran biola melalui teknik dan sebuah lagu diambil dari buku panduan A Tune A Day, Suzuki Violin, dan Kurikulum ABRSM untuk
mendukung proses pembelajaran biola sebagai pelajaran musik program dan
Universitas Sumatera Utara
privat di Sekolah Chandra Kusuma School. Oleh sebab itu dalam tesis ini akan diangkat dengan judul: “Penerapan Pembelajaran Praktik Biola Melalui Tiga
Buku Karya Harfurth, Suzuki, dan ABRSM pada Tingkatan Pradasar dan Dasar I di Sekolah Chandra Kusuma School.
”
Penulis hanya memfokuskan pada buku panduan satu saja diharapkan dengan meneliti penerapan ketiga buku panduan tersebut
dapat memberikan masukan dan solusi dalam proses pembelajaran instrumen biola, penelitian
penulis melalui ketiga metode dilaksanakan dan diaplikasikan oleh tenaga pengajar untuk peserta didik pada tingkatan great pradasar dan dasar I melalui
ketiga buku panduan tersebut.
1.2 Pokok Permasalahan