Tabel 19. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB
No Bulan
Frekuensi kali Kuantitas kg
1. Januari 2. Februari
2 7.047,5
3. Maret 2
5.842,25 4. April
2 6.291,75
5. Mei 2
5.815 6. Juni
2 8.099,25
7. Juli 1
2.921,75 8. Agustus
2 6.751,75
9. September 2
7.604 10. Oktober
2 7.502
11. November 2
7.180 12. Desember
2 5.612,25
Total 21
70.667,5 Rata-rata
1.75 5.888,95
Sumber: Data primer diolah, 2010
Berdasarkan Tabel 19, kuantitas pesanan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebanyak 8.099,25 kg. Sepanjang tahun 2009 kuantitas pesanan dengan teknik ini
sebanyak 70.777,5 kg. Kuantitas pesanan daging sapi teknik PPB lebih rendah dibandingkan teknik LFL. Perincian total biaya persediaan metode MRP teknik
PPB disajikan pada Tabel 20 dan Lampiran 11.
Tabel 20. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB
No Komponen
Jumlah
1. Frekuensi kali 21
2. Biaya pemesanan 3.675.000
3. Biaya penyimpanan 3.780.711,3
4. Biaya pembelian 2.544.030.000
Total Biaya Persediaan Rp 2.551.485.711
Sumber: Data primer diolah, 2010
Perusahaan melakukan pembelian daging sapi sebesar Rp 2.544.030.000 dengan frekuensi pemesanan sebanyak 21 kali. Kuantitas pemesanan teknik PPB
menempati urutan ketiga dalam pemesanan terendah. Biaya persediaan dengan teknik PPB menghasilkan total biaya persediaan sebesar Rp 2.551.485.711.
5.4 Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan daging sapi menjadi sangat penting karena menjadi bagian dari pengeluaran untuk biaya pengendalian persediaan bahan
baku. Jika pengeluaran untuk daging sapi minimum maka biaya pengendalian persediaan bahan baku secara keseluruhan dapat ditekan.
Berdasarkan hasil
perhitungan metode
pengendalian persediaan
perusahaan dengan teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB selama periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2009, dapat dilakukan perbandingan diantara teknik-
teknik tersebut. Perbandingan biaya persediaan daging sapi disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore dengan MRP Teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB
Metode Frek
kali Kuant
Kg Biaya
Pemesanan Rp
Biaya Penyimpanan
Rp Biaya
Pembelian Rp
Total Biaya Persediaan
Rp
PT. DEE 57
83.133 9.975.000
6.116.253,7 2.992.788.000 3.008.879.254 LFL
43 70.659
7.525.000 3.780.256,5 2.543.724.000 2.555.029.257
EOQ 13 73.006,7
2.275.000 3.905.858,4 2.628.241.200 2.634.422.058
POQ 11 70.667,5
1.925.000 3.780.711,3 2.544.030.000 2.549.735.711
PPB 21 70.667,5
3.675.000 3.780.711,3 2.544.030.000 2.551.485.711
Sumber: Data primer diolah, 2010
Berdasarkan Tabel 21, dapat dilihat bahwa frekuensi pemesanan 57 kali yang dilakukan perusahaan merupakan yang tertinggi, karena perusahaan
melakukan pemesanan setiap minggunya dengan biaya total tertinggi sebesar Rp 3.008.879.254. Sedangkan pada metode MRP teknik LFL sebanyak 43 kali,
pemesanan dilakukan pada saat stok persediaan habis. Metode MRP teknik LFL menghasilkan biaya pemesanan tertinggi sebesar Rp 7.525.000 dibandingkan
metode lainnya. Jumlah pemesanan disesuaikan dengan kubutuhan bersih daging sapi tanpa memperhatikan cadangan yang harus disimpan perusahaan
Metode MRP teknik EOQ, menghasilkan frekuensi pemesanan sebanyak 13 kali, dikarenakan jumlah persediaan ditangan lebih besar akibat dari
pemesanan kuantitas ekonomis sehingga biaya penyimpanan tinggi. Total biaya persediaan teknik EOQ lebih tinggi jika dibandingkan dengan teknik LFL, namun
lebih rendah jika dibandingkan dengan menggunakan teknik perusahaan. Metode MRP teknik EOQ menghasilkan biaya penyimpanan dan biaya pembelian yang
relatif tinggi. Metode MRP teknik POQ, frekuensi pemesanan sebanyak 11 kali
sehingga teknik POQ menghasilkan total biaya persediaan paling rendah dibandingkan metode perusahaan, metode teknik LFL, EOQ dan PPB.
Penghematan biaya persediaan total yang dihasilkan dengan metode PPB tersebut adalah yang terbesar.
Sedangkan metode MRP teknik PPB frekuensi pemesanan sebanyak 21 kali dengan jumlah kuantitas yang sama dengan teknik POQ, yaitu sebanyak
70.667,5. Metode MRP teknik PPB menempati urutan kedua dalam penghematan
persediaan bahan bahu. Total biaya persediaan yang dihasilkan sebesar Rp 2.551.485.711.
Nilai penghematan bahan baku diperoleh dengan menghitung selisih antara metode perusahaan dengan nilai pada keempat teknik, yaitu LFL, EOQ,
POQ dan PPB, selanjutnya hasilnya akan dibandingkan. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut ditentukan metode dengan teknik terbaik yang dapat
mengefisiensikan persediaan bahan baku di perusahaan untuk direkomendasikan pada perusahaan sebagai alternatif sistem pengendalian persediaan bahan baku
yang terbaik. Penghematan persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik POQ
mampu menghemat biaya persediaan terbesar mencapai 17,47 persen dibanding dengan yang dilakukan oleh perusahaan. Penghematan terhadap biaya pemesanan
teknik POQ menghasilkan penghematan tertinggi yaitu 80,70 persen dibandingkan dengan metode perusahaan. Sedangkan untuk penghematan
terhadap biaya penyimpanan dan biaya pembelian teknik LFL menghasilkan penghematan tertinggi masing-masing 38,19 persen dan 15,00 persen.
Penghematan biaya persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB disajikan pada Lampiran 12.
Diketehui berdasarkan Lampiran 12, ketiga alternatif teknik pengukuran lot dalam metode MRP memiliki keunggulan dan kelemahan. MRP teknik LFL
merupakan teknik yang konsisten dalam ukuran lot yang kecil, pesanan berskala, persediaan tepat waktu tanpa persediaan pengaman dan permintaan terikat yang
telah diketahui sebelumnya. Kelemahan teknik LFL ini menimbulkan risiko
kekurangan bahan baku, karena perusahaan tidak memerlukan persediaan bahan baku di gudang, sehingga apabila terjadi fluktuasi permintaan, permintaan bahan
baku tidak terduga, terjadi kerusakan mesin dan keterlambatan penerimaan bahan baku dari pemasok akan menyebabkan perubahan jadwal produksi maka siklus
produksi di perusahaan akan terganggu. Metode MRP teknik EOQ memiliki keunggulan dalam hal mempermudah
manajemen dalam menentukan jumlah pesanan yang optimal dalam setiap kali pemesanan. Teknik EOQ ini juga memenuhi kebijakan perusahaan dalam
tersedianya bahan baku dalam jumlah yang cukup. Kelemahan teknik ini, persediaan yang tersisa di akhir periode masih bervariasi sesuai dengan kebutuhan
pemakaian sehingga biaya penyimpanan bervariasi sesuai dengan tingkat persediaannya.
MRP teknik POQ memiliki keunggulan yaitu dalam mengurangi biaya penyimpanan persediaan bila kebutuhan tidak uniform seragam karena
persediaan berlebih dapat dihindarkan, tetapi metode ini tidak selalu memberikan biaya total persediaan yang paling rendah diantara metode lain. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh besar biaya pemesanan, biaya penyimpanan per unit barang dan variasi kebutuhan bahan baku setiap periode.
MRP teknik PPB digunakan jika biaya pemesanan lebih tinggi dibandingkan biaya penyimpanan, sehingga akan lebih menguntungkan jika
perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah yang besar. Kelemahan teknik ini adalah menimbulkan penumpukan bahan baku yang cukup besar di gudang dan
memiliki risiko kerusakan pada bahan baku karena penyimpanan yang lama.
5.5 Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan