Pengertian Pembelajaran PKn Pembelajaran PKn
masing dari mereka mempunyai metode, pendekatan, dan latar belakang yang berbeda, serta lingkungan sosio-kultural yang
mengitarinya juga berbeda pula. Namun diantara mereka masih terdapat titik singgung atau titik temu mengenai apa belajar itu sendiri
dan juga apa hakikat dari belajar. Menurut Muhibbin Syah,
“Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.
4
Sedangkan Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito mengartikan kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai
padanan kata dari kata bahasa Inggris instruction yang mempunyai pengertian lebih luas daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada
dalam konteks guru-murid dikelas ruang formal, pembelajaran atau instruction mencakup kegiatan belajar mengajar yang dihadiri guru
secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran.
5
Dalam beberapa kutipannya, Muhibbin Syah mendefinisikan makna belajar sebagai berikut: Belajar adalah suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. …
acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience. belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya process of acquiring responses as a
result of special practice, belajar ialah proses memperoleh respons- respons sebagai akibat adanya latihan khusus. Learning is a change in
organism due to experience which can affect the organism’s behavior. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme
manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Any relatively
permanent change in an organism’s behavioral repertoire that accurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap
yang terjadi dalam segala macamkeseluruhan tingkah laku suatu
4
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997, cet. 3, h. 92.
5
Arief S. Sadiman dkk., Media Pendidika: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, Jakarta: Pustekom. Dikbud. dan PT. RajaGrafindo, 2010, cet. 14 h. 7
organisme sebagai hasil pengalaman. The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Belajar adalah A
relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan
bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
6
Menurut Udin Syaefudin Saud, kini mengajar lebih sering dimaknai sebagai perbuatan yang kompleks, yaitu penggunaan secara
integrative sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan.
7
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran hampir sama dengan mengajar, namun pada dasarnya
berbeda. Dalam
pembelajaran, kondisi
atau situasi
yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan
dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau
proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar, dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara
sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa. Jadi pembelajaran adalah suatu usaha
yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Pembelajaran
juga merupakan suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya
suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Setelah memahami definisi dari pembelajaran di atas, selanjutnya
akan dipaparkan mengenai pengertian Pendidikan Kewarganegaraan dan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
UU No 202003 pasal 1 ayat 1 menyatakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
6
Muhibbin Syah, Psikologi... h. 91.
7
Udin Syaefudin Saud., Pengembangan Profesi Guru, Bandung: Alfabeta, 2010. Cet. 4 . h. 55.
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
”. Konsep pendidikan dalam era globalisasi tidak boleh terlepas dari
pendidikan nilai afektif, begitupun dengan aspek pengetahuan kognitif, dan keterampilan psikomor. Pendidikan tidak sekedar
terfokus pada alih pengetahuan transfer of knowledge, namun disertai pula signifikansi alih sikap transfer of attitude. Hal ini
seiring dengan pendapat Adimihardja bahwa fungsi pendidikan yang dibangun dan dikembangkan oleh suatu Negara adalah untuk
meningkatkan peradaban civilization anak bangsa, agar memiliki nilai- nilai budaya yang lebih tinggi. Melalui peningkatan peradaban,
diharapkan manusia akan berprilaku lebih arif dalam memelihara keseimbangan hubungan antara sesama manusia, lingkungan di mana
mereka hidup, dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
8
Konsep Dewey dalam Somantri yang dikutip Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim menyebutkan bahwa, perlunya rekonstruksi
kewarganegaraan dengan prinsip-prinsip filsafat pendidikan, yaitu: a prinsip pendidikan harus mempunyai tujuan perennialism, b
prinsip kesinambungan pengalaman kebudayaan essensialism, c prinsip bahwa proses perubahan budaya dimungkinkan oleh tindakan
intelligent reflectifve thinking, dan harus merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan proses perubahan social progressivism,
serta d reconstrucsionism, proses membangun makna pendidikan.
9
Pendidikan kewarganegaraan Civic Education atau Civics yang mengemban misi pendidikan demokrasi dan HAM telah banyak
dilakukan pemerintah
diantaranya adalah:
pelajaran Civics
Pendidikan Kemasyarakatan,
Pendidikan Kewargaan
Negara, Pendidikan Kewarganegaraan, Civics, dan Hukum, Pendidikan Moral
Pancasila, di perguruan tinggi, Manipol dan USDEK, Pancasila dan UUD 1945, Pendidikan Kewiraan, dan Filsafat Pancasila.
Menurut Muhammad Numan Somantri yang kutip A. Ubaedillah dan Abdul Rozak
“bahwa Civic sebagai ilmu kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan: a manusia dalam
perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi [organisasi social, ekonomi, politik]; b individu-individu dengan negara. Dan
8
Ine Kusuma Aryani Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Cet. 1. h. 10.
9
Ine Kusuma Aryani Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 14.
Edmonson menyatakan bahwa makna Civics selalu didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pemerintahan dan kewarganegaraan yang
terkait dengan kewajiban, hak, dan hak-hak istimewa warga Negara
”.
10
Sedang Azyumardi Azra yang dikutip A. Ubaedillah dan Abdul Rozak mengemukakan bahwa pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan yang cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM karena mencakup kajian dan pembahasan
tentang banyak hal, seperti pemerintahan, konstitusi, lembaga- lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban warga Negara,
proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warga Negara dalam masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga-lembaga dan
sistem yang terdapat dalam pemerintahan, politik, administrasi public dan sistem hukum, pengetahuan tentang HAM, kewarganegaraan aktif
dan sebagainya.
11
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang di dalamnya
memuat berbagai nilai dan norma sendi-sendi kehidupan universal manusia baik individu, kelompok, bahkan masyarakat secara umum
terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.
Dan konsep pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup
pengetahuan nilai, sikapnya, serta keterampilannya. Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih.
Menurut Sikun Pribadi yang dikutip Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim berpendapat,
“mendidik yaitu suatu usaha yang lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti, hati nurani,
semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan dan lain-lain. Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang
bermanfaat bagi perkembangan kemampuan intelektual manusia. Melatih
merupakan suatu
usaha untuk
memberi sejumlah
keterampilan tertentu, yang dilaksanakan secara berulang-ulang, sehingga akan terjadi suatu pembiasaan dalam bertindak
”.
12
10
A. Ubaedillah Abdul Rozak., Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education. Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2008. Cet. 3. h. 5.
11
A. Ubaedillah Abdul Rozak., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 7.
12
Ine Kusuma Aryani Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 39.
Lebih dasar dari pengertian PKn secara umum, maka pembelajaran PKn di tingkat sekolah dasar bertujuan untuk menanamkan sikap dan
prilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan kepada nilai- nilai Pancasila baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
masyarakat, dan memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP.
Dan jika dilihat dari fungsinya, mata pelajaran PKn memiliki tiga misi
besar. Pertama,
misi conservation
education, yakni,
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila. Kedua, social and moral development, yakni, mengembangkan dan membina siswa
yang sadar akan hak dan kewajibannya, taat pada peraturan yang berlaku, serta berbudi pekerti luhur. Dan ketiga, fungsi socio-civic
development, yakni membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antar sesama anggota keluarga, sekolah, dan masyarakat,
serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio cultural, usia, dan suku bangsa,untuk menjadi warga Negara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter. Materi kewarganegaraan bertujuan mengembangkan kemampuan
sebagai berikut: - Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
isu kewarganegaraan. - Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia,
agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
- Berintegrasi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung , dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
13