Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, 2009.
ketiga zat tersebut akan mengakibatkan kerusakan endotelium vaskular yang merupakan risiko timbulnya penyakit hipertensi dan kardiovaskular.
4.6.4 Hubungan Konsumsi Alkohol dengan Hipertensi
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa konsumsi alkohol tidak berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi; terlihat dari nilai signifikansi yang
hampir mendekati 1. Hal ini disebabkan karena dari seluruh subjek yang diteliti dan mengkonsumsi alkohol tidak satu pun yang menderita hipertensi. Konsumsi
alkohol merupakan gaya hidup modern yang cenderung dilakoni oleh remaja dan dewasa muda serta kalangan eksekutif di daerah perkotaan. Sedangkan di daerah
pedesaan seperti Bungo Tanjung gaya hidup yang demikian tidak begitu membudaya. Hanya sebagian kecil masyarakat saja yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi alkohol dan masih berusia dibawah 35 tahun, sehingga belum terlihat pengaruh minuman beralkohol tersebut terhadap kesehatannya.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa konsumsi alkohol tidak berisiko hipertensi. Konsumsi secara berlebihan alkohol dan kafein yang terdapat dalam
minuman kopi, teh dan kola akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada seseorang. Alkohol bersifat meningkatkan aktivitas saraf simpatis karena dapat
merangsang sekresi corticotropin releasing hormone CRH yang berujung pada peningkatan tekanan darah. Sementara kafein dapat menstimulasi jantung untuk
bekerja lebih cepat sehingga mengalirkan lebih banyak darah pada setiap detiknya Anonim
b
, 2009; Sayogo, 2009; Anggraini et al., 2008.
4.6.5 Hubungan Obesitas dengan Hipertensi Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa risiko untuk menderita
hipertensi bagi subjek yang tergolong obesitas adalah 3 kali lebih besar
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, 2009.
dibandingkan dengan subjek yang tidak mengalami obesitas. Obesitas berarti ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi; yang
disimpan dalam bentuk lemak pada jaringan sub kutan usus, jantung, paru-paru dan hati sehingga menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak in aktif dan
ini akan meningkatkan beban atau kerja jantung. Obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Curah
jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal dengan
tekanan darah yang setara. Kegemukan dan obesitas disebabkan oleh pola makan diet tinggi kalori, dan ketidakseimbangan hormonal resistensi insulin atau
hiperinsulinemia dan retensi natrium atau natriouresis. Para ahli kesehatan telah membukt ikan bahwa hal-hal yang menyebabkan
obesitas juga dapat mengakibatkan hipertensi. Meskipun pada beberapa individu obese retensi natrium disebabkan oleh faktor genetik, namun berbagai penelitian
menemukan bahwa retensi natrium disebabkan karena pola makan dan gaya hidup. Selain itu dapat diterangkan pula bahwa pada individu obese jumlah darah
yang beredar cardiac output dan reabsorbsi natrium di ginjal akan naik, sehingga tekanan darah juga akan naik. Banyak penelitian menunjukkan
penurunan berat badan akan mengakibatkan menurunnya tekanan darah pada pasien-pasien hipertensi Anonim
b
, 2009; Rohaendi, 2008; Anonim
c
, 2009. Lee, et al., 2005 menemukan hubungan yang sangat kuat antara IMT
dengan insiden hipertensi pada masyarakat Korea, yaitu pada subjek dengan IMT 27 dan risiko hipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, 2009.
4.6.6 Hubungan Konsumsi Natrium dengan Hipertensi