Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, 2009.
4.6.6 Hubungan Konsumsi Natrium dengan Hipertensi
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa risiko untuk menderita hipertensi bagi subjek yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah yang tinggi
adalah 5,6 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah yang rendah. Natrium memiliki hubungan yang sebanding
dengan timbulnya hipertensi. Semakin banyak jumlah natrium di dalam tubuh, maka akan terjadi peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Meskipun demikian, reaksi seseorang terhadap jumlah natrium di dalam tubuh berbeda-beda.
Garam merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang
minimal. Asupan garam kurang dari 3 gramhari prevalensi hipertensinya rendah, sedangkan asupan garam antara 5-15 gramhari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20. Asupan natrium yang tinggi dapat menyebabkan tubuh meretensi cairan sehingga meningkatkan volume darah Anonim
b
, 2009. Reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal akan meningkat pada penderita
hipertensi primer yang disebabkan oleh stimulasi beberapa pengangkut natrium yang terletak di membran luminal seperti halnya pompa natrium yang terletak di
membran basolateral dan menyediakan energi untuk transpor tersebut. Selain itu suatu zat endogen yang disebut digitalis-like factor yang identik dengan ouabain
atau merupakan stereoisomer dari ouabain, dilepaskan oleh kelenjar adrenal sebagai respon terhadap asupan natrium yang tinggi. Pada penderita hipertensi
primer ditemukan kadar digitalis-like factor yang tinggi di dalam plasma dan berhubungan langsung dengan tekanan darah digitalis-like factor mengakibatkan
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, 2009.
retensi natrium dengan cara meningkatkan aktivitas pompa natrium ginjal Adrogue and Madias, 2007.
4.6.7 Hubungan Konsumsi Lemak dengan Hipertensi
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa risiko untuk menderita hipertensi bagi subjek yang mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang tinggi
adalah 8,7 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang rendah.
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang
bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman
dapat menurunkan tekanan darah Anonim
b
, 2009. Saat kadar kolesterol darah terutama Low Density Lipoprotein LDL
meningkat maka akan terjadi perubahan bentuk plak yang mengakibatkan penyempitan arteri. Penyempitan arteri ini mengakibatkan aliran darah menjadi
lambat sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompakan darah yang berujung pada hipertensi.
TDD dan kadar LDL yang tinggi merupakan faktor penyebab terjadinya stroke. Apabila tekanan darah tinggi diabaikan dan konsumsi lemak tidak
dikurangi, maka berisiko menderita Alzheimer. Individu obese dengan kadar kolesterol tinggi juga memiliki risiko tinggi untuk menderita hipertensi dan dapat
berkembang menjadi penyakit kardiovaskular Anonim
d
, 2009.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, 2009.
4.6.8 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Hipertensi