Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, 2009.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah survei epidemiologik analitik deskriptif dengan menggunakan rancangan cross-sectional. Penelitian cross-sectional adalah
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi suatu efek atau penyakit pada suatu waktu, oleh karena itu disebut juga dengan studi prevalensi. Prinsip
penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara variabel bebas faktor risiko dan variabel tergantung efek melalui pengukuran sesaat atau hanya satu kali
saja, di mana faktor risiko serta efek tersebut diukur secara bersamaan pada waktu observasi dan yang dinilai adalah subjek yang baru dan yang sudah lama
menderita efek yang diselidiki. Hasil penelitian berupa odds ratio OR atau rasio prevalensi yaitu perbandingan antara prevalensi penyakit atau efek pada subjek
dari kelompok yang mempunyai faktor risiko, dengan prevalensi penyakit atau efek pada subjek yang tidak mempunyai faktor risiko Ghazali, et al., 2006.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Subjek penelitian ini adalah seluruh masyarakat Nagari Bungo Tanjung. Oleh karena karakteristik populasi di nagari Bungo Tanjung bersifat homogen,
maka untuk memudahkan penelitian dipilih tiga jorong yang dianggap representatif, karena letaknya berdekatan, dengan total populasi lebih dari
setengah populasi nagari dan luas daerah yang juga lebih dari setengah luas nagari secara keseluruhan. Ketiga jorong tersebut adalah Jorong Balai Akad, Jorong
Haru, dan Jorong Jambak.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, 2009.
Subjek yang dipilih adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah warga yang berusia
22 tahun ke atas dan kriteria eksklusi adalah warga yang berusia di bawah 22 tahun dan warga yang mengalami gangguan jiwa.
3.2.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling, yaitu pengambilan sampel secara kebetulan. Siapa saja yang secara kebetulan bertemu di lapangan
dapat digunakan sebagai sampel, sebab karakteristik populasi bersifat homogen sehingga tidak memerlukan teknik khusus dalam hal pengambilan sampel. Selain
itu, teknik ini sangat mudah dilakukan. Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus:
2 2
d q
p t
n ×
× =
Boelaert et al., 1995; Notoadmodjo, 2005
di mana: n = besar sampel yang diambil
t = nilai distribusi z pada tingkat kepercayaan 95, yaitu 1,96 p = proporsi subjek yang menderita hipertensi, yaitu 0,5
q = 1- p, proporsi subjek yang tidak hipertensi d = derajat ketepatan, yaitu 0,05
Berdasarkan rumus di atas diperoleh besar sampel untuk penelitian adalah 385 orang. Namun karena besar sampel yang diperoleh lebih besar dari
sepersepuluh jumlah populasi, maka besar sampel direvisi berdasarkan rumus berikut:
revised n 1
n n N
= +
Boelaert et al., 1995
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, 2009.
di mana n = 385 dan N adalah jumlah populasi total, yaitu 1434 orang, sehingga besar sampel yang diperlukan adalah 303 orang. Tetapi rata-rata jumlah penduduk
pada ketiga jorong tersebut di atas tidak sama, oleh karena itu distribusi besar sampel pada masing-masing jorong dihitung dengan cara perbandingan terhadap
total besar sampel, yaitu: Jumlah Populasi Jorong
Besar Sampel Jorong =
Jumlah Populasi Total Besar Sampel Total
sehingga distribusi besar sampel untuk setiap jorong adalah: a.
Jorong Balai Akad :
303 1434
244 x
= , maka besar sampel = 52 orang
b. Jorong Haru
:
303 1434
749 x
=
, maka besar sampel = 158 orang
c. Jorong Jambak
:
303 1434
441 x
=
, maka besar sampel = 93 orang
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian