Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, 2009.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Nama Nagari Bungo Tanjung berasal dari nama sebuah tumbuhan yaitu Bungo Tanjuang bunga tanjung. Batangnya sangat besar dan liat, memiliki bunga berwarna putih kehijau-hijauan dengan aroma yang sangat harum. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan langka dan tidak banyak lagi dijumpai di Nagari Bungo Tanjung. Tahun berdirinya Nagari Bungo Tanjung tidak diketahui dengan pasti, tapi sesungguhnya Nagari Bungo Tanjung telah ada jauh sebelum zaman kolonialisme Belanda. Keberadaan Nagari Bungo Tanjung sering diceritakan oleh para tetua yang dikaitkan dengan Kerajaan Pagaruyung. Menurut cerita rakyat, pada suatu ketika yang tidak diketahui dengan pasti tahunnya, para niniak mamak mengadakan musyawarah di lapangan terbuka, di bawah pohon bunga tanjung. Musyawarah ini ditujukan untuk pembagian tanah ulayat. Salah seorang ninik mamak menganjurkan “patahlah bungo Tanjung” yang dimaksudkan sebagai alas duduk di atas tanah. Inilah asal mula nama Pitalah, Bungo Tanjung, dan Tanjung Barulak Ilia sekarang lebih dikenal dengan Tanjung Barulak. Bungo Tanjung, Pitalah, dan Tanjung Barulak adalah Nagari Badunsanak satu adat yang dikenal dengan Pangulu Anam Baleh 5 di Bungo Tanjung, 5 di Pitalah, dan 6 di Tanjung Barulak. Sesama suku di tiga nagari ini tidak boleh menikah. Begitu juga dengan acara Batagak Pangulu, kepala kerbau diberikan kepada semua saudara di ketiga nagari ini. Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, 2009. Secara geografis, saat ini Nagari Bungo Tanjung terletak di kecamatan Batipuh, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat, memiliki luas daerah ± 18 km 2 . Batas-batas wilayah Nagari Bungo Tanjung adalah: a. barat berbatas dengan Nagari Batipuh Baruh dan Gunung Rajo. b. timur berbatas dengan Nagari Sialahan dan Batu Basa. c. selatan berbatas dengan Tanjung Barulak, Sumpur, dan Malalo. d. utara berbatas dengan Pitalah dan Gunung Rajo. Jumlah penduduk berdasarkan data bagian Statistik KB Kec. Batipuh adalah 4.644 jiwa terdiri dari 2.290 jiwa pria dan 2.354 jiwa wanita. Mata pencaharian penduduk yang utama adalah petani, wiraswasta, pedagang, dan pegawai negeri. Agama yang dianut adalah agama Islam. Suku kaum dalam nagari adalah Koto, Jambak, Tanjung, Katapang, dan Melayu. Pemerintahan Nagari Bungo Tanjung dipimpin oleh seorang Wali Nagari setingkat Kepala Desa yang saat ini dijabat oleh M. Dt. Sinaro Batuah, S.Ag untuk periode 2009-2015. Setiap jorong dalam nagari dipimpin oleh seorang Wali Jorong setingkat kepala dusun. Nagari Bungo Tanjung terdiri dari tujuh jorong, yaitu Jorong Balai Akad, Jorong Haru, Jorong Jambak, Jorong Ampia Rayo, Jorong Padang Kunyit, Jorong Guguk Nyaring, dan Jorong Kapuh. Segala urusan pemerintahan harus dilaksanakan dengan melibatkan suatu badan perwakilan masyarakat nagari yang dinamakan Kerapatan Adat Nagari KAN.

4.2 Karakteristik Umum Subjek