Perbedaan Good Corporate Governance Konvensional dengan Shariah
pemerataan, dan pemanfaatan. Selain itu, berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan
sebelumnya, tujuan GCG pada intinya adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut
adalah pihak pihak internal yang meliputi dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi investor, kreditur,
pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan stakeholders. Sementara itu dalam konteks bisnis syariah, pelaksanaan
good corporate governance atau shariah governance merupakan salah satu upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan
syariah. Dalam langkah penyusunan CG structure, pedoman GCG menekankan
organisasi perusahaan yang mencerminkan berfungsinya mekanisme manajemen risiko, pengendalian intern, dan kepatuhan. Menyangkut
manajemen risiko, kajian ahli-ahli ekonomi melihat kedudukannya sangat penting pada praktik perbankan syariah. Perbankan syariah tidak hanya
menghadapi tipe-tipe risiko yang lazim pada bank konvensional tetapi juga risiko-risiko lainnya yang unik sebagai akibat dari keunikan struktur aset
dan liabilitasnya.
17
Studi-studi konseptual menunjukkan bahwa tujuan penerapan manajemen risiko adalah untuk menghindari akibat-akibat negatif dan
memperoleh akibat-akibat positif. Dalam hal perbankan, menurut Romzie Rosman
18
tujuan untuk menghindari akibat negatif itu terkait dengan tujuan-tujuan kepatuhan, agar perusahaan terhindar dari kesulitan
keuangan dan selalu memiliki kecukupan modal. Di sisi lain, tujuan untuk mencapai akibat positif adalah untuk mencapai tujuan tujuan bisnis
melalui peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Tujuan-tujuan kepatuhan dalam perbankan syariah tentu saja
melibatkan unsur kepatuhan syariah dengan mempertimbangkan semua kemungkinan risiko yang dihadapi. Karena itu, penting sekali bagi
perbankan syariah untuk memiliki dan menerapkan manajemen risiko beserta proses pelaporannya yang komprehensif untuk mengidentifikasi,
mengukur, memantau, mengelola, dan melaporkan semua kategori risiko, yang memberi tempat pada aspek kepatuhan terhadap prinsip atau
kepatuhan syariah.
19
17
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed. 2008. Manajemen Resiko Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Bumi Aksara dan Rajashekara V. Maiya. 2009. “Risk and Compliance
Management in
Islamic Banking”,
dikutip dari
http:www.infosys.comfinaclesolutionsthoughtpapers
DocumentsRiskCompliance- Islamic-Banking.pdf
diakses pada 15 Juli 2014.
18
Romzie Rosman, “Risk Management Pracvctices and Mangament Processes of Islamic
Banks: A Proposed Framework”, International Review of Business Research Papers, Vol.
5, no.1 2009: h.242-254.
19
Ibid.
CG dalam pendekatan Islami harus berbasis orientasi nilai value oriented dan prinsip kejujuran dan keadilan terhadap semua stakeholder.
Dari sisi fungsi obyektifnya, menurut Zulkifli Hasan
20
CG Islami harus berupaya menempatkan
maqāshid al-syarī„ah sebagai tujuan akhir, dengan membawa konsepsi perlindungan dan hak semua stakeholder ke
dalam aturan aturan syariah. Dilihat dari orientasi nilai yang dimaksudkan, bank syariah tidak bisa
tidak memerlukan budaya korporasi yang khas, yaitu budaya korporasi yang menurut Lewis dan Algaoud
21
merefleksikan nilai-nilai Islami dalam segala segi perilaku perusahaan, dari hubungan internal, urusan dengan
nasabah dan bank-bank lain, kebijakan dan prosedur, praktik bisnis, hingga persoalan-persoalan seperti pakaian, dekorasi, dan sebagainya.
Dengan begitu, Islam tampil sebagai sebuah gaya hidup yang lengkap dan utuh, yang menciptakan moralitas dan spiritualitas kolektif yang apabila
dipadukan dengan produksi barang dan jasa dapat menopang pertumbuhan dan kemajuan jalan hidup yang luhur dan Islami.
20
Zulkifli Hasan, “Corporate Governance: Western and Islamic Perspectives”, International
Review of Business Research Papers, Vol. 5, no.1 2009: h.277-293.
21
Latifa M. Algaoud dan Mervin K. Lewis, “Corporate Governance in Islamic Banking: The Case of Bahrain”, International Journal of Business Studies, Vol.7, no.1 1999: h.56-86.